Trending

Febby Fortinella                 
243 0 0
Others December 13 4 Min Read

APAKAH MASKER BASAH ATAU BERKERINGAT MASIH BERFUNGSI DENGAN BAIK?




Setelah hampir dua tahun dalam pandemi, kita semakin intim dengan masker dan bagaimana perubahannya. Entah itu karena keringat saat jalan-jalan atau sesuatu yang menetes dari hidung, banyak dari kita yang khawatir apakah masker yang basah masih bisa melindungi. Dan semua orang, mulai dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit hingga stasiun berita lokal, telah mencoba menawarkan jawaban yang dapat diterima.

Dalam sebuah penelitian yang baru-baru ini diterbitkan di Physical Review Fluids, ada bukti persuasif bahwa masker yang basah dapat memblokir partikel virus seperti halnya masker kering. Makalah tersebut, oleh peneliti dinamika fluida dari University of California San Diego, University of Toronto, dan Indian Institute of Science, menemukan bahwa baik dalam masker kain maupun masker bedah, kelembapan tidak menjadi masalah.

Virus seperti flu dan SARS-CoV-2 saat ini menyebar sebagai tetesan air di udara, menginfeksi mereka yang menghirupnya. Dalam banyak penelitian yang dilakukan pada masker dan keefektifannya dalam mencegah penyakit, ditemukan bahwa masker paling baik dalam menghentikan cairan agar tidak keluar daripada masuk. Jadi, jika seseorang sakit dan memakai masker, cairan yang terinfeksi akan terjebak dalam masker mereka, dan mereka cenderung tidak berbagi penyakit dengan orang lain.

Pada Mei 2021, sebuah makalah diterbitkan di Science Advances tentang seberapa baik masker memblokir partikel pernapasan. Eksperimen tersebut memunculkan pertanyaan apakah masker dalam kondisi lembab juga akan berfungsi. Jadi, studi tersebut dilakukan dengan mengamati adanya cairan yang mengenai tiga masker berbeda: masker bedah dan dua masker kain dengan ketebalan berbeda. Para peneliti perlahan-lahan meneteskan cairan dari pompa jarum suntik ke masker sampai menjadi lembab, kemudian melacak bagaimana lapisan cairan berinteraksi dengan bahan menggunakan kamera berkecepatan tinggi yang merekam dampaknya pada 4.000 frame per detik.

Baik masker kain maupun masker bedah lolos dalam penelitian ini, meskipun dengan cara yang berbeda. Masker bedah memiliki lapisan dalam yang terbuat dari polytetrafluoroethylene yang bersifat hidrofobik, yang berarti menolak air. Jadi, ketika cairan mengenai lapisan hidrofobik, butiran itu bukannya terserap. Cairan manik-manik menciptakan ketahanan ekstra terhadap lebih banyak partikel pernapasan, sehingga membuat cairan lebih sulit lewat daripada di masker kering.

Masker kain, bagaimanapun, bersifat hidrofilik, yang berarti sifatnya langsung menyerap air ketika bersentuhan dengan air itu. Ketika cairan mengenai masker kain kering, cairan itu mungkin bisa melewati sistem pori-pori. Namun dalam masker basah, pori-porinya sudah penuh, yang membuat lebih banyak cairan sulit melewatinya. Cairan yang sudah ada di pori-pori memberikan resistensi tambahan untuk setiap tetesan.

Meski begitu, bukan berarti kita harus mulai memakai masker basah dengan sengaja. Meskipun penelitian ini membuktikan keamanan jika masker kita basah kuyup saat kita keluar, penting untuk menggantinya dengan yang kering dan segar jika memungkinkan. Masker yang basah membuat pernapasan menjadi lebih sulit, dan dapat menyebabkan peningkatan kebocoran di sekitar tepinya. Satu-satunya faktor yang diuji dalam eksperimen tersebut adalah apakah masker efektif mencegah penyebaran cairan saat lembab, tanpa melihat bagaimana kondisi basah mempengaruhi kemampuan bernapas.

Pada daerah yang memiliki musim dingin, jika mulai memasuki musim dingin, kita dapat menjaga wajah kita tetap hangat dengan masker dan merasa lebih percaya diri dengan merasa bahwa kita menjaga orang lain tetap aman. Masker KN95 direkomendasikan dan menggunakan masker multi-layer atau multipel juga dapat membantu. Dan bahkan dengan penelitian baru tentang cara kerja masker melawan virus, intinya adalah masker membantu memperlambat penyebaran COVID-19, apapun jenis maskernya dan bagaimanapun kondisinya.

Hal yang tidak kalah pentingnya untuk kita selalu lakukan adalah dengan selalu membawa masker cadangan saat bepergian kemana pun, sehingga jika dalam kondisi tertentu masker kita rasanya sudah kurang layak untuk dipakai akibat terasa lembab atau sudah kotor, kita tetap memiliki masker pengganti yang lebih layak dan memberikan kenyamanan saat memakainya. Yang juga harus kita ketahui adalah mana masker yang hanya sekali pakai dan mana masker yang bisa dicuci. Jangan memakai masker medis berulangkali karena masker itu tidak dirancang untuk itu.

Sumber: MSN


AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +818020532438
Email: brc.inbio@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.