Trending

Gusti Salma Assyifa Balela                 
993 0 0
Kedokteran January 4 6 Min Read

Mengenali Hidrosefalus Sejak Dini




Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak. Pada bayi dan anak-anak, penyakit ini membuat ukuran kepala membesar. Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala yang hebat. Hidrosefalus ini dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh bayi dan orang dewasa yang berusia 60 tahun ke atas.

Cairan otak diproduksi oleh otak secara terus menerus dan diserap oleh pembuluh darah. Fungsinya untuk melindungi otak dari cedera, menjaga tekanan pada otak, dan membuang limbah sisa metabolisme dari otak. Hidrosefalus ini sendiri terjadi ketika produksi dan penyerapan cairan otak tidak seimbang.

 

Gejala Hidrosefalus

Pada bayi, gejala yang dapat dialami, yaitu :

  1. Lingkar kepala yang cepat membesar.
  2. Muncul benjolan yang terasa lunak di ubun-ubun kepala.
  3. Kulit kepala bayi tipis dan pembuluh darahnya dapat terlihat dengan jelas.
  4. Rewel.
  5. Mudah mengantuk.
  6. Tidak mau menyusu.
  7. Muntah.
  8. Pertumbuhan terhambat.
  9. Kejang.

Sedangkan pada anak-anak, dewasa, dan lansia, gejala hidrosefalus yang muncul tergantung pada usia penderita. Gejala-gejala tersebut diantaranya :

  1. Sakit kepala.
  2. Penurunan daya ingat dan konsentrasi.
  3. Mual dan muntah.
  4. Gangguan penglihatan.
  5. Gangguan koordinasi tubuh.
  6. Gangguan keseimbangan tubuh.
  7. Kesulitan menahan buang air kecil.
  8. Pembesaran kepala.

 

Penyebab Hidrosefalus

Hidrosefalus disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan di dalam otak. Akibatnya, cairan di dalam otak terlalu banyak dan membuat tekanan dalam kepala meningkat. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

  1. Aliran cairan otak yang tersumbat.
  2. Produksi cairan otak yang lebih cepat dibanding penyerapannya.
  3. Penyakit atau cedera pada otak, yang mempengaruhi penyerapan cairan otak.

Hidrosefalus bisa terjadi pada bayi ketika proses persalinan atau beberapa saat setelah dilahirkan. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kondisi tersebut, di antaranya :

  1. Perdarahan di dalam otak akibat kelahiran prematur.
  2. Perkembangan otak dan tulang belakang yang tidak normal, sehingga menyumbat aliran cairan otak.
  3. Infeksi selama masa kehamilan yang dapat memicu peradangan pada otak janin, misalnya rubella, sifilis, atau toksoplasma.

Di samping itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hidrosefalus pada semua usia, yaitu :

  1. Tumor di otak dan saraf tulang belakang.
  2. Perdarahan di otak akibat cedera kepala atau stroke.
  3. Infeksi pada otak dan saraf tulang belakang, misalnya meningitis.
  4. Cedera atau benturan pada kepala yang berdampak ke otak.

 

Pengobatan Hidrosefalus

Hidrosefalus biasanya ditangani dengan cara operasi. Tujuannya adalah mengembalikan dan menjaga kadar cairan di dalam otak. Metode operasi yang biasanya diterapkan pada pasien hidrosefalus, yaitu :

  1. Operasi pemasangan shunt (VP Shunt)

Shunt merupakan selang khusus yang dipasang di dalam kepala untuk mengalirkan cairan otak ke bagian lain di tubuh, agar mudah terserap ke dalam aliran darah. Bagian tubuh yang dipilih untuk mengalirkan cairan otak adalah rongga perut. Shunt akan dilengkapi dengan katup yang berfungsi mengendalikan aliran cairan, sehingga keberadaan serebrospinal di dalam otak tidak mengalir terlalu cepat.

 

  1. Endoscopic third ventriculostomy (ETV)

ETV dilakukan dengan membuat lubang baru di dalam rongga otak, agar cairan di dalam otak bisa mengalir ke luar. Prosedur ini sering kali ditetapkan pada hidrosefalus yang disebabkan oleh penyumbatan di dalam rongga otak. ETV ini bertujuan agar cairan otak dapat tersebar merata di seluruh bagian otak dan tidak menumpuk di satu lokasi tertentu.

 

Pada anak, hidrosefalus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan dalam perkembangan fisik dan intelektual anak. Sedangkan pada orang dewasa, hidrosefalus yang terlambat ditangani dapat menyebabkan gejala yang permanen.


AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +818020532438
Email: brc.inbio@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.