by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Gusti Salma Assyifa Balela                 
879 0 0
Biologi December 15 5 Min Read

“Bekantan”, Monyet Hidung Besar dari Kalimantan




Hidung besar, panjang, dan rambut berwarna coklat kemerahan, yang menjadi maskot Kota Banjarmasin ini adalah bekantan. Iya, bekantan, monyet hidung besar dari Kalimantan yang berada diambang kepunahan.

                              

Pulau Borneo atau Kalimantan, menyimpan banyak kekayaan. Salah satunya adalah bekantan atau Bahasa Latinnya adalah Nasalis Larvatus. Saat ini populasi bekantan sudah sangat mengkhawatirkan. Bekantan saat ini keberadaannya mulai terancam punah. Lantaran habitatnya rusak atau terganggu akibat maraknya alih fungsi lahan, kerusakan hutan, dan perburuan liar. Maraknya perburuan ilegal juga menjadi salah satu faktor berkurangnya populasi bekantan.

 

Spesies primata ini adalah primata langka dan endemik Kalimantan. IUCN Redlist mengkategorikan hewan ini dalam status konservasi “Terancam” (Endangered). Bekantan juga termasuk primata yang terdaftar di dalam Appendix I dari CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) yang berarti tidak boleh diperdagangkan.

 

Ciri khas yang sangat mencolok selain memiliki hidung besar, ternyata terdapat perbedaan fisik antara betina dan jantan.  Untuk bekantan jantan hidung yang dimiliki lebih besar daripada yang betina tapi hidung betina tidak sekecil monyet. Hidung bekantan jantan begitu besar yang terlihat menggantung di atas mulut.

 

Tinggi bekantan jantan 2 sampai 2,5 kaki (66-72 cm), dan beratnya 16-23 kg, sementara betina 1,7-2 kaki (53-61 cm) panjang dan beratnya hanya 7-11 kg. Ekornya sama panjang dengan badan bekantan. Hewan ini juga dikenal sebagai hewan yang senang hidup berkelompok 12-27 ekor, ada juga yang memiliki anggota 60 sampai 80 jantan dan betina.

 

Bekantan dikenal sebagai hewan yang sulit ditangkap, lebih senang tingggal di hutan campuran, hutan bakau, hutan mangrove, hutan dataran rendah dekat air tawar, dan sungai. Hewan ini lebih memilih beristirahat dan tidur di hutan tak jauh dari aliran air. Mereka biasanya menghindari daerah - daerah terbuka dan permukiman manusia. Meski gemar sekali bergelantungan di pohon dan menghabiskan banyak waktunya di pohon. Bekantan juga dikenal sebagai perenang terbaik, tetapi berenang bila diperlukan saja. Selain mahir berenang, bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup.

 

Pada tahun 1994, populasi bekantan di Kalimantan ditaksir sejumlah 114.000 ekor. Namun dalam simposium PHVA bekantan tahun 2004, populasi bekantan ditaksir tinggal 25.000 ekor, dan yang berada di kawasan konservasinya 5.000 ekor. Lalu berdasarkan data tahun 2013 sampai 2020 yang dimiliki oleh SBI (Sahabat Bekantan Indonesia), dari jumlah 5000-an ekor berkurang menjadi 2500 ekor. Penurunan populasi bekantan di Kalsel khususnya mencapai 50 persen.

 

Sumber Foto : Dok. banjarmasin.tribunnews.com dan Indonesia.go.id


AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.