by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

dr. Dito Anurogo, M.Sc.                 
402 0 0
Opini Akademisi August 11 5 Min Read

[Bagian 1 dari 3 Tulisan] JINTEN HITAM, SANG PENAKLUK 1001 PENYAKIT




Jinten hitam (Black Cumin, Nigella sativa), kelompok imunostimulan fitogenik yang membantu membentuk dan memperkuat sistem kekebalan tubuh, telah dikenal sejak 3000 tahun Sebelum Masehi dan digunakan untuk pengobatan alami di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Habitat asli keluarga Ranunculaceae ini berasal dari kawasan Mediterania dan Timur Tengah. Tingginya 20-50 cm. Bijinya sangat kecil, dengan panjang 1-2 mm, hitam, rasa pedas seperti lada.

Kandungan

Jinten hitam (temu ireng) mengandung sedikitnya sembilan asam amino esensial, arginine, crude fiber, protein, vitamin A, B1, B2, B6, C, E, niacin, kalsium, potasium, besi, magnesium, selenium, seng, minyak atsiri dari minyak volatile (mudah menguap), interferon, Omega 3, Omega 6, Omega 9, sapion (mirip kortikosteroid), saponin (antiracun), sterol (sebagai sintesa dan bioaktivitas hormon), Nigellone.

Biji N. sativa kaya akan nutrisi dengan kandungan 32% karbohidrat, 22% protein (40–200 kDa), dan 38–40% lemak (lipid alamiah, glikolipid, fosfolipid). Selain itu, biji jinten hitam mengandung alkaloid, minyak fixed (> 30%), minyak volatile (0,40-0,45 % w/w). Minyak volatile ini mengandung 18,4-24 % thymoquinone dan sekitar 46 % dari banyak monoterpenes seperti: p-cymene dan alfa-pinene. Selain itu, juga terdapat zat-zat yang aktif secara farmakologis seperti: thymoquinone, dithymoquinone, thymol, carvacrol, nigellicine-N-oxide, nigellidine, dan alphahedrin.

Banyaknya kandungan senyawa kimiawi di dalam biji jinten hitam ini memang salah satu hal yang menjadikan jinten hitem memiliki banyak sekali khasiat di dunia pengobatan. Menurut Ramadan MF dan Moersel JT (2002), biji jinten hitam mengandung lebih dari 100 senyawa kimiawi yang bersifat terapeutik. Misalnya: asam-asam amino, asam-asam lemak, asam-asam organik, asam Arabic, alkaloid, tanin, resin, glukosida toksik, saponin glikosidal, moisture, abu melanthigenin, melanthin resembling helleborin, dsb.

(Bersambung - dr. Dito Anurogo, MSc, Dosen FKIK Unismuh Makassar, penulis puluhan buku dan trainer bersertifikasi BNSP, sedang S3 di Taipei Medical University, Taiwan)


AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.