by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Rezekinta Syahputra Sembiring                 
790 0 0
Opini Akademisi June 9 9 Min Read

Peran Fenolik pada Tanaman dalam Pengendalian Stres Penyakit Akibat Bakteri




Fenolik tanaman adalah senyawa sekunder yang dihasilkan oleh tanaman dan memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan tanaman, termasuk pertumbuhan, perkembangan, dan respons terhadap stres biotik seperti infeksi patogen bakteri. Dalam konteks manajemen stres penyakit bakteri pada tanaman, fenolik memiliki beberapa mekanisme kerja yang efektif dan kompleks. Fenolik dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan struktur kimianya, seperti asam fenolat, flavonoid, tannin, dan lignin. Setiap kelompok fenolik memiliki peran khusus dalam pertahanan tanaman terhadap patogen bakteri.

Fenolik tanaman berfungsi sebagai molekul sinyal dalam sistem pertahanan tanaman. Ketika tanaman mendeteksi keberadaan patogen bakteri, salah satu respons pertama adalah peningkatan produksi fenolik. Senyawa-senyawa ini dapat berfungsi langsung sebagai agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya secara langsung. Sebagai contoh, beberapa asam fenolat seperti asam kafeat dan asam ferulat diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang kuat, yang dapat menghambat pertumbuhan berbagai jenis bakteri patogen tanaman. Selain itu, fenolik juga dapat memperkuat struktur dinding sel tanaman. Dinding sel yang lebih kuat dan lebih kaku akan lebih sulit ditembus oleh patogen bakteri, sehingga mengurangi kemungkinan infeksi (Gambar 1).

Gambar 1. Ringkasan tentang mekanisme sintesis senyawa fenolik yang berbeda

Salah satu aspek penting dalam mekanisme pertahanan tanaman adalah peran fenolik dalam jalur sinyal pertahanan. Tanaman memiliki beberapa jalur sinyal utama yang mengatur respons pertahanan mereka terhadap patogen, termasuk jalur asam salisilat (SA), jalur asam jasmonat (JA), dan jalur etilen. Asam salisilat adalah molekul sinyal yang sangat penting dalam respons pertahanan terhadap patogen biotrofik, yang memerlukan jaringan hidup untuk bertahan hidup. Fenolik seperti asam salisilat dapat menginduksi ekspresi gen pertahanan dan meningkatkan produksi senyawa antimikroba lainnya. Sebagai hasilnya, tanaman menjadi lebih resisten terhadap infeksi patogen setelah paparan awal.

Asam jasmonat, di sisi lain, lebih terlibat dalam pertahanan terhadap patogen nekrotrofik, yang membunuh jaringan tanaman dan memakan sisa-sisanya. Fenolik juga dapat berinteraksi dengan jalur JA untuk memperkuat respons pertahanan tanaman. Misalnya, peningkatan produksi flavonoid dalam respon terhadap infeksi patogen dapat mengaktifkan jalur JA, yang kemudian memperkuat pertahanan tanaman. Etilen adalah hormon tanaman lain yang terlibat dalam berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan, serta respons terhadap stres biotik dan abiotik. Fenolik dapat mempengaruhi produksi etilen, yang pada gilirannya memodulasi respons pertahanan tanaman terhadap patogen. Interaksi antara fenolik dan jalur sinyal pertahanan ini menunjukkan betapa kompleks dan terintegrasinya sistem pertahanan tanaman.

Studi kasus tertentu dapat memberikan wawasan lebih mendalam tentang bagaimana fenolik tanaman berperan dalam manajemen stres penyakit bakteri. Misalnya, pada tanaman padi, penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas spp. merupakan masalah serius. Penelitian menunjukkan bahwa varietas padi yang memiliki kadar fenolik tinggi lebih tahan terhadap infeksi Xanthomonas. Senyawa fenolik seperti asam ferulat dan asam kafeat dapat menghambat pertumbuhan bakteri ini baik secara in vitro maupun in vivo, menunjukkan potensi fenolik sebagai alat pengendalian biologis. Pada tanaman tomat, penyakit bercak daun bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas syringae adalah ancaman signifikan. Flavonoid dalam tomat, seperti quercetin dan kaempferol, telah terbukti mengurangi keparahan penyakit ini. Flavonoid tersebut tidak hanya bertindak sebagai agen antimikroba tetapi juga dapat menginduksi jalur sinyal pertahanan pada tanaman tomat, sehingga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap infeksi. Aplikasi praktis dari pengetahuan ini dalam pertanian dapat mencakup pengembangan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap penyakit bakteri melalui seleksi dan rekayasa genetika.

Dengan memanipulasi jalur biosintesis fenolik, tanaman dapat diprogram untuk menghasilkan senyawa-senyawa ini dalam jumlah yang lebih tinggi, meningkatkan ketahanan mereka terhadap patogen bakteri. Namun, penerapan strategi ini tidaklah tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah memahami kompleksitas interaksi antara fenolik dan jalur sinyal pertahanan tanaman. Produksi fenolik yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme normal tanaman dan mempengaruhi pertumbuhan serta hasil panen. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan yang tepat dalam produksi fenolik untuk memastikan bahwa tanaman tetap sehat dan produktif.

Sumber: 


Editor:     Rezekinta Syahputra Sembiring                 

AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.