by INBIO
Dr. Ir. Anang Lastriyanto, M.Si salah satu peneliti Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya telah mengembangkan teknologi pengolahan madu yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada produk tersebut (Gambar 1). Dibutuhkan waktu 3,5 tahun dalam menghasilkan madu bubuk melalui proses terintegrasi.
Gambar 1. Dr. Anang Lastriyanto, seorang peneliti dari Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, memproduksi madu bubuk dengan teknologi yang beliau kembangkan.
Penelitian tahap awal dalam menghasilkan madu bubuk disponsori oleh Badan Pendidikan Endowment Fund Indonesia (The Indonesia Endowment Fund for Education Agency) yang meliputi pengembangan langkah awal proses pengolahan madu dan pembuatan prototipe alat yang digunakan.
Pada tahun pertama, madu diolah dengan menggunakan metode pasteurisasi dan pendinginan cepat (vakum cooler). Pengembangan proses pengolahan madu dilanjutkan pada tahun kedua dengan tujuan meningkatkan produksi hingga skala industri.
Dalam meningkatkan produksi madu bubuk, metode pasteurisasi digunakan dalam pengolahannya namun hasil akhir produk tersebut mengandung busa yang mengindikasikan bahwa madu tersebut tidak berkualitas. Menurut Dr. Lastriyanto, madu akan berbusa ketika dipanaskan sehingga kualitas dan waktu pengolahannya belum tentu terjamin.
Dr. Lastriyanto berpendapat bahwa melalui pendingan cepat, busa yang dihasilkan pada saat pemanasan madu (metode pasteurisasi) dapat teratasi dan kandungan air pada madu menjadi rendah.
Dalam dua tahun penelitian terdapat empat proses yang diintegrasikan ke dalam teknologi pengolahan madu “4 in 1” yaitu pasteurisasi, pendinginan cepat, penghilangan busa, dan pengurangan kadar air. Sedangkan tahun ketiga pengembangan teknologi yang berfokus pada formulasi produksi madu bubuk. Dr. Lastriyanto menurutkan bahwa formulasi tersebut merupakan target utama untuk madu akasia karena para peternak madu hutan akasisa kesulitan dalam memasarkan produk madu akasia akibat turunnya harga madu tersebut.
Proses formulasi madu bubuk dilakukan melalui proses penelitian dan evaluasi hasil secara bertahap. Formulasi madu tersebut telah dipatenkan dan dilanjutkan dengan proses pemanasan madu yang telah diformulasikan.
Menurut Dr. Lastriyanto, setelah dipanaskan campuran madu tersebut mengembang dan mengering menjadi gumpalan. Gumpalan tersebut terjadi ketika campuran madu dipanaskan dan madu dilindungi oleh bahan-bahan yang diformulasikan sehingga menjadi terenkapsulasi. Potongan gumpalan tersebut didinginkan lalu digiling menjadi bubuk madu.
Dalam perjalanan penelitian selama 3,5 tahun, Dr. Lastriyanto telah berhasil memproduksi olahan madu terintegarasi, madu bubuk dan mesin untuk mengolah madu.
Dalam jangka panjang, Dr. Lastriyanto berharap madu bubuk tersebut dapat menjadi bahan baku sektor industri, baik untuk pasar domestik maupun internasional. Produk akhirnya juga dapat digunakan untuk menyuplai kebutuhan di negara-negara di Afrika dan Asia Tenggara.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.