by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Dira Hefni                 
1003 0 0
Opini Akademisi February 26 3 Min Read

Korong Pulau Batam Sungai Napa




Jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang penuh akan kemacetan dan asap kendaraan yang tiada hentinya, ditempat nan berbeda, teduh dan damai. Sebuah desa kecil tubuh dan berkembang membangun peradaban-Nya sembari terus dikelilingi oleh hutan ditepian Sungai Batang Nareh.

Desa itu adalah "Korong" Kampung Dalam Sungai Napa, sebuah tempat yang tenang menghimpun kehidupan masyarakat didalamnya. Terletak di Kabupaten Padang Pariaman, yang berlokasi sekitar 15 km di sebelah timur kota Pariaman, membutuhkan waktu sekitar 20 menit perjalanan jika perjalanan dimulai dari Kota Pariaman.

Pada Wilayah hukum adat Minangkabau, penyebutan kata “Desa” bukanlah hal yang umum digunakan, melainkan diubah menjadi kata “Nagari”, serta penyebutan untuk “Dusun” yang biasa digunakan ialah “Korong/Jorong”. Pemimpin Korong disebut "Wali Korong" dan pemimpin nagari disebut "Wali Nagari".

Korong Pulau Batam Sungai Napa ialah sebuah Korong yang berada di dalam wilayah Nagari Sikucua Tangah, Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Korong ini sangatlah asri dan udaranya masih terasa sejuk walaupun jaraknya tidak terlalu jauh dari tepian pantai.

Sisi barat Korong ini dilalui oleh aliran Sungai Batang Nareh yang sangat jernih dan bersih. Sungai tersebut digunakan untuk menangkap ikan dengan cara dipancing atau ditembak dengan sejenis panah atau  dikenal “manembak lauak” (Gambar 1).

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Aliran Sungai Batang Nareh

Sisi timur Korong ini adalah wilayah pertanian warga, yang mana pertanian adalah mata pencaharian utama masyarakat setempat, tanaman utama yang biasa ditanam ialah padi, beberapa lainya adalah sawit, pinang, dan kelapa. Dalam kegiatan pertanian ini, masyarakat menjual hasil tani-nya kepada agen yang biasa membeli hasil tani masyarakat. Masyarakat tidak menjual hasil pertaniannya ke pasar karena jarak dan akses untuk membawa hasil  pertanian ke pasar amatlah jauh dan sulit.

Kehidupan masyarakat Korong Pulau Batam masih menjunjung tinggi budaya adat, hal ini tercermin dari aktif-nya kegiatan adat setempat berupa kegiatan silek yang diadakan pada Sabtu malam serta masih ada adat “Manjapuik” dalam melakukan perkawinan.

Masyarakat Korong Pulau Batam terdiri kurang lebih dari 62 Keluarga dengan jumlah masyarakat sekitar 216 jiwa. Uniknya, pada korong ini hanya ada satu suku yang dimiliki oleh masyarakat  yaitu Suku Koto, dan suku lainya hanyalah suku yang dibawa oleh urang sumando. Keadaan ini tentu saja menandakan bahwa masyarakat Korong Pulau Batam masih satu kaum dan berasal dari satu keluarga yang sama dengan ikatan kekeluargaan yang sangat kental dan erat. Kesatuan Suku yang ada pada oleh masyarakat Korong Pulau Batam mengartikan kondisi homogenitas yang ada pada masyarakat, keadaan ini tentu saja menjadi salah satu alasan terciptanya kelompok masyarakat dengan latar belakang sosial dan keturunan yang sama.

Dalam masyarakat Minangkabau keadaan satu suku ini menandakan keadaan bahwasanya seluruh anggota masyarakat berasal dari satu keluarga yang sama, yang mana artinya masyarakat tersebut memiliki nenek moyang yang sama sehingga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat dapat dengan mudah terjadi karena adanya ikatan darah dan keturunan yang sama.

Korong Pulau Batam memiliki topologi wilayah berbentuk lembah, yang mana dikelilingi oleh dataran tinggi dari segala sisinya, sehingga membentuk area cekungan layaknya sebuah lembah.

Pemberian nama Korong Pulau Batam sendiri diambil ketika adanya camping yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa di tepian Sungai Batang Nareh. Pada saat itu terjadi arus besar yang menyebabkan terjadinya banjir di sekeliling area camping yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut, keadaan banjir yang mengelilingi area camp ini tentu saja menciptakan bentuk pulau pada area camp tersebut, sehingga diberi nama Pulau Batam. Sejak saat itu nama tersebut terus digunakan sebagai penamaan dari Korong Pulau Batam.

Ada hal unik lainya yang ada di Korong Pulau Batam, yaitu Sungai Batang Nareh yang melalui korong tersebut beberapa kali berpindah aliran sehingga mempengaruhi masyarakat untuk membuat pemukiman, terakhir kali Sungai Batang Nareh berpindah aliran pada tahun 1980-an, pergeseran aliran sungai ini terjadi akibat banjir dan arus yang kuat. Masyarakat Korong Pulau Batam hingga saat ini meyakini bahwasanya kemungkinan perpindahan arus tersebut masih dapat terjadi lagi dikemudian hari.

Tulisan ini merupakan karya dari Ari Syahdana Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas dan merupakan peserta KKN Tematik Universitas Andalas 2024 di nagari Sikucur Tengah, Kec. V Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Ibu Dr. apt. Dira Hefni, M. Sc.


Editor:     Rezekinta Syahputra Sembiring                 

AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.