Invasi pemikiran Barat yang sudah diluncurkan sejak dua dekade terakhir merumuskan sistem nilai yang disebut modernism dan post-modernisme. Program aksi konferensi Internasional tentang kependudukan dan pembangunan yang diselenggarakan di Kairo pada tanggal 5-15 September 1994 merupakan contoh deklarasi perang terhadap keluarga yang ingin dibangun oleh Islam.” (Dr. Mohamed Emara, dalam: “Tatanan Berkeluarga dalam Islam halaman ix dan x)

Dr. Muhammad Emara seorang pemikir besar, penulis prolifik, dan ulama terkemuka Islam dari Mesir. Ia lahir pada tanggal 8 Desember 1931,  meninggal pada tanggal 28 Februari 2020, di usia 89 tahun. Mohamed Emara merupakan ahli teori gerakan Islam yang paling menonjol.

Masa kecil Emara bermula dari desa Qalin di Kafr El Sheikh Governorate. Sejak usia enam tahun, ia mulai menghafal Al-Qur'an. Ketertarikannya pada literasi bermula dari karyanya “Jihad untuk Palestina” yang dimuat di koran “Young Egypt”.

Ia memperoleh gelar BA dalam Bahasa Arab dan Ilmu Islam di Fakultas Dar Al Uloom di Universitas Kairo pada tahun 1965. Gelar Magister di bidang Ilmu Islam dalam Filsafat Islam, diperolehnya dari Fakultas Dar Al Uloom-Universitas Kairo pada tahun 1970. Kemudian ia memperoleh gelar doktor dalam ilmu-ilmu keislaman dengan filsafat Islam umum pada tahun 1975 dari Fakultas Dar Al Uloom, Universitas Kairo.

Karya intelektual dan pemikirannya berfokus kepada kewaspadaan pemikiran Islam modern, terutama Jamal al-Afghani, Muhammad Abdu, Abdul Rahman. Belum lagi ribuan buku dan studi tentang pembaruan Islam, seperti: Dr. Abdul Razzaq Sanhouri Pasha, Sheikh Mohammed al -Ghazali, Rasyid Rida, Khairuddin Tunisia, Abu Ala Maududi, Sayyid Qutb, Hassan al-Banna, serta para sahabat seperti: Ali bin Abi Thalib. Beliau juga menulis tentang pemikiran kuno dan modern, seperti Guillain-Damaskus dan Hasan al-Basri.

Tulisan dan pemikiran modern beliau membahas tentang: wacana keagamaan antara pembaruan Islam dan Amerikanisasi (modernitas Barat), modernitas Barat dan Islam, fanatisme agama dan non-agama, sekularisme dan hukum Islam dan Barat, krisis pemikiran Islam modern, kreativitas intelektual, privasi peradaban, dan sebagainya.

Karakteristik pemikirannya adalah keyakinan dan pembelaannya terhadap persatuan bangsa Islam, serta strategi memperkuat legitimasi untuk menghadapi penolakan. Beberapa karyanya membuatnya pantas dijuluki ahli teori arsitektur sekuler tentang Pergerakan Islam. Ratusan tulisan dan pemikiran Dr. Amara bermula dari penelitian yang memperkaya khasanah pustaka Arab, mencoba memberikan strategi kebangkitan peradaban Arab dan bangsa Islam lainnya.

Selain berpartisipasi aktif di berbagai seminar dan konferensi ilmiah Internasional, ia juga menerima keanggotaan sejumlah lembaga intelektual dan penelitian, seperti:  Dewan Tertinggi Urusan Islam, Institut Tinggi Pemikiran Islam.

Emara telah memegang berbagai posisi penting, misalnya menjadi bagian dari Institut Internasional untuk Pemikiran Islam (The International Institute for Islamic Thought), Dewan Tertinggi untuk Urusan Islam (The Supreme Council for Islamic Affairs), anggota Akademi Riset Islam di Al-Azhar (Al-Azhar Al-Sharif Islamic Research Academy), pemimpin redaksi majalah Al-Azhar, anggota Majma Buhuts Islamiyyah di Al Azhar Syarif, anggota Dewan Cendekiawan Senior di Al-Azhar, Kairo. Dia terpilih menjadi bagian dari tim yang menulis ulang konstitusi Mesir sebelum jatuhnya Ikhwanul Muslimin. Pada tahun 2015, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Al-Azhar.

Beliau telah menulis lebih dari tujuh puluh buku, salah satunya “Currents of Islamic Thought”. Dr Emara menentang intervensi dan pengaruh Barat atas dunia Muslim. Ia sering menyerukan kepada semua muslim untuk bersatu dan membentuk negara Islam di bawah pemerintahan Islam moderat.

(Dinarasikan kembali oleh dr Dito Anurogo MSc, dokter literasi digital, penulis puluhan buku berlisensi BNSP, trainer bersertifikasi BNSP, sedang S3 di Taipei Medical University Taiwan)