by INBIO
Tri Anita Sari1,2, Annis Catur Adi3, Heni Rachmawati1
Pengembangan obat dalam bentuk sediaan topikal untuk penyembuhan luka telah menjadi salah satu bidang penelitian yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dalam farmasi dan material. Salah satu penelitian yang menjanjikan di bidang ini adalah pengembangan nanoemulgel yang mengandung minyak ikan lele yang dimurnikan dan dikombinasikan dengan nanobentonit sebagai calon sediaan untuk penyembuhan luka. Minyak ikan lele telah diketahui memiliki berbagai sifat farmakologis, seperti antioksidan dan antiinflamasi, yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tri Anita Sari, Annis Catur Adi, dan Heni Rachmawati, dilakukan pengembangan sediaan berbasis nanoemulgel yang bertujuan untuk meningkatkan potensi minyak ikan lele dalam penyembuhan luka, serta memastikan kestabilan dan efektivitas sediaan dengan bantuan nanobentonit.
Latar belakang penelitian ini berfokus pada kebutuhan untuk mengembangkan sediaan topikal yang efektif, aman, dan mudah diterapkan pada luka. Penyembuhan luka adalah proses biologis yang kompleks dan membutuhkan keterlibatan berbagai mekanisme, seperti pembentukan jaringan baru, pengendalian peradangan, dan regenerasi sel. Minyak ikan, khususnya minyak ikan lele, diketahui kaya akan asam lemak tak jenuh, seperti asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA), yang memiliki sifat antiinflamasi dan mempercepat penyembuhan luka. Namun, minyak ikan dalam bentuk alami memiliki keterbatasan dalam hal kestabilan dan bioavailabilitas, terutama ketika diaplikasikan secara topikal. Oleh karena itu, para peneliti mencari cara untuk mengatasi kelemahan ini dengan mengembangkan teknologi nanoemulgel yang mampu meningkatkan stabilitas minyak ikan serta memperbaiki penetrasi bahan aktif ke kulit yang terluka.
Nanoemulgel adalah sistem dispersi berbasis gel yang mengandung partikel nanoemulsi. Kombinasi antara nanoemulsi dan gel memberikan keuntungan, yaitu kestabilan yang lebih baik, kemampuan penyebaran yang merata, dan pelepasan zat aktif yang lebih terkontrol. Dalam penelitian ini, nanoemulsi minyak ikan lele dibuat terlebih dahulu, kemudian dikombinasikan dengan gel yang mengandung nanobentonit. Nanobentonit dipilih sebagai komponen tambahan karena kemampuannya sebagai pengemulsi alami serta daya serap yang baik, sehingga dapat membantu dalam menjaga stabilitas sediaan dan meningkatkan pelepasan bahan aktif secara bertahap.
Dalam uji laboratorium yang dilakukan, minyak ikan lele dimurnikan untuk mendapatkan kandungan asam lemak yang tinggi. Proses pemurnian ini penting untuk memastikan bahwa sediaan mengandung konsentrasi bahan aktif yang cukup, serta untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang dapat mengganggu stabilitas formulasi. Setelah proses pemurnian, minyak ikan lele diformulasikan menjadi nanoemulsi dengan bantuan surfaktan dan ko-surfaktan, yang kemudian diuji untuk melihat karakteristik partikel yang dihasilkan, seperti ukuran partikel, indeks polidispersitas, dan stabilitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel dari nanoemulsi yang dibuat berkisar antara 100 hingga 200 nm, yang dianggap ideal untuk penetrasi kulit yang lebih baik tanpa mengiritasi jaringan.
Selanjutnya, nanoemulsi ini dikombinasikan dengan nanobentonit untuk menghasilkan nanoemulgel. Nanobentonit berfungsi tidak hanya sebagai stabilisator, tetapi juga memiliki peran dalam mempercepat proses penyembuhan luka melalui mekanisme pengendalian kelembapan di area luka. Penambahan nanobentonit juga membantu dalam menjaga kestabilan fisik dari sediaan nanoemulgel selama penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan dengan memantau perubahan viskositas, pH, dan ukuran partikel dalam berbagai kondisi penyimpanan. Nanoemulgel yang dihasilkan menunjukkan stabilitas yang baik selama beberapa bulan penyimpanan tanpa adanya perubahan signifikan dalam parameter-parameter tersebut.
Untuk membuktikan efektivitas penyembuhan luka dari nanoemulgel ini, dilakukan uji in vivo menggunakan model hewan uji. Luka sayatan dibuat pada punggung tikus, dan nanoemulgel yang mengandung minyak ikan lele dan nanobentonit diaplikasikan pada luka tersebut. Luka yang tidak diobati atau diobati dengan gel konvensional digunakan sebagai kontrol. Hasil dari uji ini menunjukkan bahwa luka yang diobati dengan nanoemulgel mengalami penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Jaringan granulasi terbentuk lebih awal, dan proses epitelisasi terjadi lebih cepat pada kelompok yang diobati dengan nanoemulgel. Selain itu, hasil histopatologi menunjukkan bahwa jumlah sel inflamasi pada luka yang diobati dengan nanoemulgel lebih sedikit, yang mengindikasikan bahwa sediaan ini memiliki sifat antiinflamasi yang kuat.
Dari perspektif mekanisme, kombinasi antara minyak ikan lele dan nanobentonit bekerja secara sinergis dalam mempercepat penyembuhan luka. Minyak ikan berperan dalam menurunkan peradangan dan mempercepat regenerasi jaringan melalui peningkatan aktivitas sel fibroblas, sedangkan nanobentonit membantu mempertahankan kelembapan di area luka, mengurangi risiko infeksi, dan meningkatkan daya serap dari sediaan. Keduanya berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan luka yang optimal.
Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan teknologi sediaan topikal untuk penyembuhan luka. Penggunaan nanoemulgel yang mengandung bahan alami seperti minyak ikan lele yang dimurnikan menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk komersial yang dapat digunakan dalam terapi penyembuhan luka. Kombinasi antara teknologi nanoemulsi dan nanobentonit memberikan keuntungan tambahan dalam hal kestabilan sediaan, bioavailabilitas, dan efektivitas klinis. Di samping itu, penggunaan bahan alami seperti minyak ikan lele juga menawarkan solusi yang lebih aman dan ramah lingkungan dibandingkan dengan sediaan topikal berbasis bahan kimia sintetis.
Pengembangan nanoemulgel yang mengandung nanobentonit dan minyak ikan lele yang dimurnikan merupakan inovasi yang menjanjikan dalam bidang farmasi dan dermatologi. Penelitian ini membuktikan bahwa formulasi tersebut efektif dalam mempercepat penyembuhan luka dengan cara meningkatkan regenerasi jaringan dan mengurangi peradangan. Stabilitas fisik dari sediaan juga terjaga dengan baik berkat penggunaan nanobentonit sebagai komponen pendukung. Melalui uji in vivo, terbukti bahwa nanoemulgel ini mampu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan konvensional, sehingga membuka peluang untuk pengembangan lebih lanjut sebagai produk farmasi yang dapat digunakan dalam praktik klinis. Pengembangan ini tidak hanya memberikan solusi bagi masalah penyembuhan luka, tetapi juga membuka jalan bagi eksplorasi lebih lanjut terhadap penggunaan bahan-bahan alami lainnya dalam teknologi farmasi modern.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.