Di tengah tantangan perubahan iklim, fluktuasi harga pasar, dan kerusakan hasil panen yang sering dihadapi petani Indonesia, Inovasi Teknologi D’Ozone hadir sebagai angin segar. Teknologi ini menawarkan solusi untuk memperpanjang masa simpan produk hortikultura dan meningkatkan kualitas hasil panen, sekaligus memberdayakan petani untuk lebih mandiri dalam mengelola hasil pertaniannya. Setelah sebelumnya diterapkan di berbagai daerah, kini giliran petani Wonosobo yang merasakan manfaat luar biasa dari teknologi ini.
Pada 12 Desember 2024, Dusun Reco, Desa Reco, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, menjadi tempat peluncuran program Ozonisasi Produk Sayuran Petani Wonosobo. Acara ini mengundang berbagai pihak strategis, seperti Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., Direktur Utama PT. Dipo Technology Azwar, S.E., M.M., dan Ketua Center for Plasma Research (CPR) UNDIP, Prof. Dr. Muhammad Nur, DEA. Peluncuran ini menandai awal perjalanan petani Wonosobo untuk memanfaatkan teknologi yang mampu merevolusi sektor pertanian.
D’Ozone adalah teknologi berbasis plasma yang menghasilkan ozon dari udara sekitar. Proses ini dirancang untuk memperpanjang masa simpan sayuran dan buah-buahan melalui sterilisasi yang menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Tidak hanya itu, teknologi ini juga mampu mengurangi residu pestisida hingga 90 persen, menjadikannya lebih aman untuk dikonsumsi. Dengan teknologi ini, cabai dan tomat yang biasanya hanya bertahan satu minggu dapat disimpan hingga dua bulan tanpa penurunan kualitas.
Rektor UNDIP, Prof. Suharnomo, menjelaskan bahwa penerapan teknologi ini merupakan bagian dari visi UNDIP untuk memberikan dampak langsung bagi masyarakat. “Kami ingin UNDIP menjadi mitra yang memberikan solusi nyata bagi masyarakat, khususnya dalam sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah seperti Wonosobo,” katanya. Ia juga menyebutkan rencana untuk memperluas program KKN Tematik di Wonosobo agar mahasiswa dapat membantu petani dalam implementasi teknologi ini.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Asisten Administrasi Umum, Mohamad Riyatno, menyatakan komitmennya untuk mendukung teknologi ini agar dapat diterapkan di desa-desa lain. “Ini adalah awal yang baik. Kita perlu merencanakan langkah berikutnya, termasuk membangun fasilitas penyimpanan hasil pertanian skala besar untuk memaksimalkan manfaat teknologi ini,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa keberhasilan teknologi ini dapat membantu petani lokal menghadapi tekanan pasar sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka.
Azwar, Direktur Utama PT. Dipo Technology, menjelaskan bahwa D’Ozone bukan hanya memperpanjang masa simpan, tetapi juga meningkatkan daya saing produk petani di pasar. “Produk hortikultura yang telah melewati proses ozonisasi menjadi segar, higienis, dan rendah residu pestisida. Ini adalah peluang besar bagi petani untuk mendapatkan harga lebih baik dan memasuki pasar modern seperti supermarket,” jelasnya. Bahkan, ia menambahkan bahwa teknologi ini mendukung program makan bergizi gratis (MBG) yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.
Teknologi ini memanfaatkan Nano Micobubble untuk melarutkan ozon ke dalam air. Prof. Muhammad Nur, penemu teknologi plasma ozon dan Ketua CPR UNDIP, menjelaskan bahwa larutan ozon dapat membunuh bakteri penyebab pembusukan dan menghilangkan residu pestisida. “Hanya dengan larutan ozon konsentrasi 0,1 ppm, bakteri penyebab busuk dapat dihilangkan, dan ini membuat produk lebih awet,” ungkap Prof. Nur. Produk hasil teknologi ini juga telah didaftarkan dengan merek Agrozone, menjadikannya standar baru dalam pengelolaan hasil pertanian.
D’Ozone juga membuka peluang besar bagi petani muda di Wonosobo untuk terjun ke bisnis agribisnis modern. Dengan teknologi ini, mereka dapat memperluas jangkauan pemasaran produk hingga ke luar daerah, bahkan ke pasar internasional. “Dengan kualitas yang terjaga, kita tidak hanya berbicara tentang pasar lokal. Potensi ekspor sangat terbuka lebar,” tambah Prof. Nur.
Dampak positif teknologi ini langsung dirasakan oleh petani. Dwi Haryanto, anggota Kelompok Tani Among Tani, merasa lega dengan solusi yang diberikan teknologi D’Ozone. “Dulu, ketika harga sayur anjlok, kami hanya bisa pasrah. Tapi sekarang, kami bisa menyimpan hasil panen hingga harga kembali stabil,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa teknologi ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial, tetapi juga membuat hasil panen lebih bernilai di mata konsumen karena lebih segar dan higienis.
Tidak hanya di Wonosobo, teknologi D’Ozone telah berhasil diterapkan di berbagai daerah, termasuk Jawa Timur, Sumatera Utara dan Kalimantan. UNDIP berharap teknologi ini dapat berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, sekaligus menjadi solusi untuk mengurangi kemiskinan di kalangan petani. Dengan keberhasilan di Wonosobo, harapan untuk memperluas penerapan teknologi ini semakin besar.
Keberhasilan teknologi D’Ozone adalah hasil dari kolaborasi yang solid antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat. Dengan visi untuk menciptakan ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, teknologi ini adalah bukti nyata bahwa inovasi dapat mengatasi tantangan terbesar di sektor pertanian. Masa depan yang lebih cerah kini tidak lagi menjadi impian, tetapi sesuatu yang dapat diraih bersama.
Editor:
Rezekinta Syahputra Sembiring