by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Naufal Maarif                 
104 0 2
Opini Akademisi January 25 9 Min Read

MENGAPA ISU PLAGIASI PENTING BAGI PENELITI?




Dalam kaitannya dengan sejarah ilmu pengetahuan, peneliti merupakan salah satu kontributor terbesar dalam penyumbang khasanah sampai dengan saat ini. Banyak peneliti yang lahir baik dari kalangan bangsawan kelas atas maupun kalangan rakyat biasa dan tentunya menambah nilai dari pengetahuan yang di bawakan. Beberapa peneliti tentunya tidak dapat hadir secara langsung dan mengemukakan pendapatnya. Namun, hadir setelah melalui proses yang panjang dan dedikasi yang tinggi pada suatu bidang atau keahlian. Selain itu, sumbangsih ilmu pengetahuan yang dapat diberikan oleh seorang peneliti tidak akan terlepas dari pengetahuan masa lalu atau pengetahuan pendahulu yang telah diperolehnya. Sehingga dapat menjadi sebuah acuan, jika pengetahuan yang didapatkan merupakan pengetahuan yang berasal dari sumber yang jelas dan dapat dipercaya. 

Pada dekade ini, ribuan atau bahkan jutaan tulisan telah menghiasi wajah dunia akademik. Baik tulisan yang dicetak maupun tulisan yang tersimpan di web-server atau kita mengenalnya sebagai majalah elektronik. Tulisan yang saat ini juga dibaca oleh pembaca juga merupakan hasil dari penulisan menggunakan bantuan komputer, bukan merupakan tulisan tangan semata. Namun, dari banyaknya artikel atau tulisan yang terdapat di dunia nyata maupun internet saat ini kita jadi meragukan kebenaran dan juga kesahihan dari pengetahuan yang kita dapatkan. Terkadang beberapa penulis mencantumkan kembali sumber dari mana mereka mengambil ide tulisan mereka, tetapi terkadang mungkin penulis tersebut lupa atau kurang memahami hal ini. 

Dalam hal komunitas penelitian, peneliti sudah selayaknya merupakan seorang yang jujur, akuntabel, serta menjunjung tinggi integritas. Namun, banyak dari tulisan yang kita temukan di media massa maupun forum ilmiah terkadang terselubungi oleh tindakan-tindakan plagiasi. Menurut Oxford Dictionary, plagiasi dapat dikatakan sebagai praktik menyalin ide atau gagasan orang lain atau pekerjaan orang lain dan mengatakan jika ide orang lain tersebut merupakan ide atau gagasan miliknya. Tindakan plagiasi ini merupakan tindakan yang tidak etis dan kurang bermoral karena secara langsung hakikatnya seseorang mencuri ide dari orang lain tanpa meminta izin secara langsung. 

Terkadang beberapa orang tidak menyadari jika mereka melakukan tindakan plagiasi. Hal ini dapat didasarkan pada banyaknya orang yang tidak mengetahui, tidak memahami, tidak mampu menyelesaikan riset atau penelitian yang dibuat. Beberapa orang yang memang memahami apa itu plagiasi, tetapi karena tekanan waktu atau tenggat yang menjadikan mereka secara tidak langsung melakukan hal tersebut. Bagi komunitas ilmiah atau akademik, terdapat beberapa hal yang mungkin dapat ditinggalkan untuk tetap menjaga kualitas tulisan peneliti sehingga terhindar dari plagiasi. Seperti contoh;

  • Direct Plagiarism (Plagias Secara langsung)
    Plagiasi secara langsung maksudnya adalah menuliskan kembali tulisan, ide, atau gagasan orang lain tanpa merujuk, melakukan parafrase, dan atau melakukan sitasi terhadap tulisan tersebut. Seperti contoh, terdapat satu tulisan yang sudah diterbitkan di suatu jurnal atau majalah. Sikap yang benar adalah dengan melakukan parafrase tulisan tersebut terlebih dahulu dan kemudian melakukan sitasi atau merujuk. Sehingga hal tersebut menyatakan jika tulisan tersebut merupakan ide atau gagasan peneliti lain yang telah kita kembangkan. 
  • Self-plagiarism (Plagiasi Diri Sendiri)
    Sebagai penulis atau peneliti, terkadang gaya penulisan atau gaya bahasa (kekhasan) dari satu penulis terhadap penulis lainnya tidaklah sama. Hal ini memungkinkan jika seorang peneliti yang telah menuliskan banyak manuskrip menjadi terlupa jika dirinya menuliskan kembali tulisannya di masa yang lalu.Fenomena ini menjadi perhatian, terutama bagi penulis atau peneliti yang mungkin lupa dan tidak sengaja menyalin ulang tulisan mereka sendiri. Oleh karena itu, walaupun sudah pernah kita tuliskan, tidaklah salah jika kita merujuk kembali kepada tulisan lama kita sehingga dari hal tersebut kita dapat lebih selamat dari plagiasi terhadap diri sendiri. 
  • Mosaic Plagiarism
    Plagiasi jenis ini mungkin masih awam atau kurang diketahui oleh beberapa orang terutama penulis atau peneliti yang baru menulis (seperti mahasiswa sarjana tahun-tahun pertama). Mosaic plagiarism dapat terjadi jika seorang membaca banyak manuskrip tetapi lupa menuliskan dari mana ide tersebut didapatkan. Dalam hal ini peneliti atau penulis sebenarnya sudah melakukan parafrase, tetapi tidak menuliskan rujukan atau sumber dari mana didapatkannya ide atau tulisan tersebut. Selain itu, sebagai penulis yang bahasa aslinya bukan bahasa inggris terkadang kita sering melakukannya. Sebagai contoh kita hanya melakukan sinonim terhadap kata dari tulisan tersebut tanpa melakukan sitasi atau mengubah struktur tulisan tersebut secara total. 
  • Accidental Plagiarism 
    Terakhir adalah accidental plagiarism atau dapat kita sebut sebagai plagiasi tidak sengaja. Hal ini dapat terjadi karena penulis lupa akan menyebutkan sumber atau rujukan dari mana ide tulisannya berasal. Kasus lain dari plagiasi tidak sengaja adalah ketika seorang penulis merasa ide tulisan yang didapatkannya merupakan pengetahuan umum, tetapi sebenarnya ide tulisan tersebut merupakan pengetahuan khusus yang membutuhkan atribusi tambahan. Oleh karena itu, pencegahan paling sederhana pada Accidental plagiarism adalah bertanya jika kurang mengetahui mengenai suatu informasi atau pengetahuan. 

Tindakan plagiasi merupakan tindakan yang merugikan baik kepada penulis tersebut maupun kepada komunitas akademik. Oleh karena itu, sanksi jika seseorang terjatuh ke dalam tindakan plagiasi adalah mendapatkan penalty academics (tidak dipercayanya seorang tersebut untuk menulis). Penalty academics atau hukuman akademik seharusnya diberikan agar menjadi pengingat bagi komunitas pengetahuan untuk tidak melakukan hal tersebut. Selain itu, tindakan plagiasi juga dapat mencoreng reputasi dan nama besar tidak hanya bagi seorang penulis, tetapi juga mencoreng instansi dari mana mereka berasal. Selain itu, manuskrip atau artikel yang terbukti melakukan plagiasi harus ditarik dari peredaran dan dinyatakan tidak layak karena melanggar kaidah etika penulisan. 

Semoga tulisan ini dapat menjadi reminder bagi penulis dan juga bagi sobat pembaca Generasi Peneliti. Hal tersebut penting agar kita sebagai penulis menjadi penulis atau peneliti yang transparan, akuntabel, jujur, dan juga adil dalam membuat tulisan.

Sumber

  • https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/plagiarism
  • https://www.bowdoin.edu/dean-of-students/conduct-review-board/academic-honesty-and-plagiarism/common-types-of-plagiarism.html
  • Dwijayanti, D.R., 2025. Ethical issues in Scientific Writing. BRC-INBIO dengan Klinik Jurnal pada Special Talk Session. 

Editor:     Rezekinta Syahputra Sembiring                 

AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.