by INBIO
Sebuah studi menunjukkan lebih dari dua juta artikel tidak terdapat di arsip digital walaupun memiliki DOI yang aktif. Sahabat Generasi Peneliti, sebagai informasi tambahan, DOI merupakan Digital Object Identifier (DOI) merupakan alamat unik sebagai pengenal suatu dokumen elektronik yang berisifat permanen. Namun, studi terbaru yang dikemukakan oleh Journal of Librarianship and Scholarly pada 24 Januari 2024 menunjukkan lebih dari satu per empat artikel ilmiah tidak diarsipkan dan disimpan dengan baik.
"Seluruh epistemologi ilmu pengetahuan dan penelitian kita bergantung pada rantai catatan kaki," ungkap Martin Eve yang merupakan peneliti di bidang literatur, teknologi dan publikasi di Birkbeck, University of London. Eve menambahkan “jika kita tidak dapat memverifikasi sesuatu yang dikatakan orang lain pada sudut pandang yang berbeda, kita hanyalah mempercayi suatu artefak secara buta yang tidak dapat dibaca secara sendiri.”
Penelitian yang dilakukan oleh Eve dengan mengambil 1000 DOI yang dipilih secara acak. Namun, 20% dari karya yang terdapat di CrossRef (sebagai pangkalan data DOI terbesar) tidak muncul di arsip utama. Hanya 58% dari DOI yang merujuk pada karya yang telah disimpan dalam setidaknya satu arsip.
Tantangan Pelestarian Artikel
Eve sendiri sebagai peneliti mengungapkan jika studi ini memiliki banyak keterbatasan seperti yaitu bahwa penelitian ini hanya melacak artikel yang memiliki DOI, dan bahwa penelitian ini tidak mencari artikel di setiap repositori digital (dia tidak memeriksa apakah artikel yang memiliki DOI disimpan di repositori institusional, misalnya).
Namun demikian, banyak dari pakar di bidang kearsipan menyambut baik penelitian ini dengan mengatakan “ini sangat sulit untuk diterima jika pelestarian atau penyimpanan artikel secara digital ini menjadi tantangan dari E-Journal” ucap William Kilbride, direktur dari Digital Preservation Coalition, headquartered in York, UK.
“sebagian besar orang memiliki asumsi yang buta mengenai DOI, mereka berpikir DOI akan selamanya.” Ucap Mikael Laakso peneliti dari scholarly publishing at the Hanken School of Economics di Helsinki. Hal tersebut juga mengindikasikan jika link DOI tidak selalu berguna. Tahun 2021, Laakso dan teman-temannya juga menyatakan lebih dari 170 jurnal open access menghilang dari internet di tahun 2000-2019.
Kate Wittenberg, manager dari digital archiving service Portico di New York City, mengingatkan kepada penerbit kecil atas tingginya risiko kegagalan mengarsipkan artikel. “butuh biaya tambahan yang besar untuk melestarikan konten-konten”
Studi Eve menyarankan beberapa langkah yang dapat meningkatkan pelestarian digital, termasuk persyaratan yang lebih kuat di lembaga pendaftaran DOI dan pendidikan yang lebih baik serta kesadaran yang lebih baik tentang masalah ini di kalangan penerbit dan peneliti.
"Setelah Anda meninggal selama 100 tahun, apakah orang-orang akan bisa mendapatkan akses ke hal-hal yang telah Anda kerjakan?"
"Semua orang berpikir tentang keuntungan langsung yang mungkin mereka dapatkan dari menerbitkan sebuah karya tulis di suatu tempat, namun kita seharusnya memikirkan keberlanjutan jangka panjang ekosistem penelitian," kata Eve.
Sebagai peneliti, penting untuk kita memilih mana jurnal yan memiliki reputasi baik dan jangka panjang. Hal tersebut akan membuat karya penelitian kita menjadi sia-sia ketika jurnal yang kita pilih untuk mempublikasikan artikel tiba-tiba hilang dari internet. Oleh karena itu, pertimbangkan kembali sebelum Anda mempublikasikan artikel Anda di beberapa jurnal.
Referensi
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.