Trending

Shipa Rifelina                 
290 0 0
Opini Akademisi May 5 3 Min Read

Sesaat Amarah Menghampiri Duniaku




Rasulullah bersabda: "Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur." (HR. Ahmad, Abu Daud dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).

Amarah yang tidak terkendali sering sekali membuat kacau suasana dan bahkan sangat disarankan agar tidak mengambil keputusan saat marah. Hal ini karena amarah identik dengan kecenderungan yang salah ketika mengambil suatu keputusan -kinerja otak tidak berjalan dengan baik. Tapi apakah amarah itu termasuk karakter? Pada kenyataannya dilapangan, orang-orang yang temperamen cenderung menurunkan sifatnya tersebut pada keluraga atau lingkungan sekitarnya. Bisakah sifat temperamen tersebut diubah atau dihilangkan?

Tahukah kamu? Bahwa skema dan frekuensi amarah itu sangat dipengaruhi oleh Genentik (Gen MAOA) X Nuture X Lingkungan sama seperti sebagian besar sifat atau karakter kamu.

  • Genetik / DNA (Gen MAOA dan lainnya)
  • Nuture (Tidak melatih kendali amarah)
  • Lingkungan (Dikelilingi stimulus amarah)

Dari sisi genetik, gen MAOA dan klasternya diketahui mengatur neurotransmiter otak berkaitan dengan agitasi atau emosi. Adanya anomaly di gen yang disebut “Warrior Gene” ini, bisa berimbas pada emosi yang tidak terkendali. Lalu, bagaimana cara agar kita terhindar dari amarah?

Dari sisi lingkugan, menghindari lingkungan yang memicu amarah adalah salah satu solusi. Dan hal ini merupakan cara paling simple karena setiap manusia akan dibentuk oleh genetik dan lingkungannya, memastikan bahwa kita hidup di lingkungan yang baik dan positif adalah sebuah pilihan.

Dari sisi nuture, jika tidak bisa menghindari lingkungan, maka melatih persepsi diri adalah solusi lainnya. Tentunya kita juga tahu, semakin tinggi dikuasai emosi, maka semakin kecil memikirkan risiko saat bertindak. Banyak keputusan yang diambil saat marah berujung memperburuk permasalahan.

Dalam riset Frontiers in Behavioral Neuroscience 2021 ditunjukkan pentingnya memberikan jeda respom tubuh terhadap pemicu amarah. Jeda akan menunda respon immediate gen dan neurotransmitter.

Ada beberapa teknik memberi jeda. Yang termudah adalah dengan menarik nafas panjang dan menghitung. Contohnya:

  • Jika dia lebih muda, hitung sampai 10, baru bicara
  • Jika dia seusia, hitung sampai 30, baru bicara
  • Jika dia lebih tua, hitung sampai 50, baru bicara

Cara lain yang juga mudah adalah membasuh wajah dengan air. Teknik ini dikenal sebagai Mammalian Diving Reflex, yang secara efektif membuat saraf vagus mengatur detak jantung, laju nafas dan secara umum menenangkan. Amarah tidak selalu negatif. Terkadang mampu menjadi pemicu motivasi. Oleh karenanya, kematangan diri kita ditunjukkan dari cara kita mengendalikan amarah.

 

Referensi

Rahrig, H. et al., Punishment on Pause: Preliminary Evidence That Mindfulness Training Modifies Neural Responses in a Reactive Agression Task. Frontiers in Behavioral Neuroscience, 2021. 15.

Panneton, W.M. and Q. Gan, Thr Mammalian Diving Response: Inroads to Its Neural Control. Frontiers in Neuroscience, 2020.14.


Editor:     Riswandi Zakliansyah                 

AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +818020532438
Email: brc.inbio@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.