by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Asa Azraka                 
474 0 1
Sosial dan Bisnis June 7 5 Min Read

Baby Blues Makin Bertambah, Ada Apa?




Peningkatan masalah kesehatan mental yang menimpa ibu hamil dan ibu menyusui semakin hari semakin bertambah. Berdasarkan laporan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey 2023, permasalahan depresi pada wanita pra-natal mencapai angka 25%, dan ini berarti menjadi tertinggi ketiga di Asia.

Sebelumnya, Andrianti (2020) melaporkan dalam hasil penelitiannya bahwa 32% ibu hamil dan 27% ibu pasca melahirkan mengalami depresi. Sedangkan pada data nasional pun menunjukkan bahwa 50-70% ibu mengalami gejala baby blues.

Kondisi baby blues banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor hormonal, hubungan rumah tangga yang kurang harmonis, atau riwayat gangguan mental. Biasanya, baby blues ditandai dengan seringnya menangis secara tiba-tiba, merasa cemas berlebihan, dan insomnia. Selain itu, ketakutan terhadap anak yang berlebihan, kekhawatiran tidak mampu menjadi orang tua yang baik, seringkali muncul. Kondisi baby blues yang tidak mendapat penanganan dengan baik akan berkembang menjadi depresi.

Gangguan mental ini bisa jadi dipicu karena adanya perubahan hormonal, kurangnya waktu istirahat karena pola tidur yang tidak teratur, atau kesulitan adaptasi menjadi ibu. Selain itu, terdapat faktor eksternal lain yang berpengaruh yaitu adanya pemikiran beratnya tanggung jawab menjadi orang tua yang memiliki peran utama dalam pengurusan dan pendidikan anak. Termasuk beratnya beban ekonomi yang semakin dirasakan bertambah, dengan bertambahnya anggota keluarga, terutama anak.

Analisa
Kesiapan menikah, ternyata seringkali tidak dibarengi dengan kesiapan berumah tangga dan kesiapan menjadi orang tua. Selama ini pendidikan anak lebih banyak diserahkan pada sekolah. Sementara, kurikulum pendidikan kita sama sekali tidak mengakomodir pendidikan keluarga dan pendidikan menjadi orang tua.

Pembekalan pranikah dari KUA sangatlah instant, bahkan terkesan hanya formalitas, sehingga tidak cukup membentuk pemahaman calon pengantin untuk benar-benar siap mengarungi bahtera rumah tangga, apalagi mendidik perempuan untuk menjadi ibu yang tangguh yang akan melahirkan generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas.

Sebaliknya, generasi saat ini sering diistilahkan dengan generasi strawberry, terlihat cantik dan kuat di luar, tapi ternyata rapuh dan rentan depresi saat berhadapan dengan berbagai masalah kehidupan.

Hasil riset The Conversion, University of Queensland, dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat pada 2022 menunjukkan bahwa 1 dari 20 remaja (5,5%) di Indonesia terdiagnosa memiliki gangguan mental. Artinya, remaja yang masuk dalam kelompok orang dengan gangguan jiwa sebanyak 2,45 juta jiwa.

Bagaimana bisa diharapkan mereka akan menjadi orang tua yang tangguh, jika saat remaja saja sudah mengalami masalah mental?

Butuh Solusi Komprehensif

Kondisi baby blues syndrome, sebagaimana sebuah penyakit kebanyakan, bisa dicegah sejak dini. Supporting system diperlukan agar baby blues tidak sampai terjadi. Apa saja langkah-langkah pencegahannya?

Pertama, menerapkan sistem kurikulum yang membentuk kualitas generasi yang tangguh, baik secara fisik, psikis, dan pemikiran. Selain itu pendidikan hendaknya tidak memisahkan peran agama, agar terbentuk pondasi keimanan yang kuat, dan memiliki kepribadian takwa. Dengan bekal takwa itulah, para calon orang tua menyikapi berbagai masalah sebagai ujian keimanan, sehingga tidak mudah stress atau depresi. Mereka pun akan berupaya menjadi orang tua terbaik, karena memahami bahwa keberadaan anak adalah amanahNya.

Kedua, dukungan dari orang-orang sekitar. Peran suami untuk menjaga kewarasan mental istri sangatlah besar. Kesadaran bahwa peran mengasuh dan mendidik anak, mengatur urusan rumah tangga, adalah peran bersama dengan asas persahabatan dan tolong menolong perlu ada pada suami dan istri. Sehingga beban dan tanggung jawab tidak hanya diserahkan kepada ibu saja. Jika tanggung jawab hanya diserahkan pada ibu, wajar jika kemudian ibu mengalami kelelahan dan kurang tidur, yang berakibat pada tidak terselesaikannya tugas dengan baik.

Selain itu, peran dari orang di sekitar selain suami, seperti keluarga besar (mertua, ipar, dst), tetangga, ataupun lingkaran pertemanan juga perlu kondusif. Karena tak jarang, seorang ibu yang baru melahirkan justru mendapat bullying verbal dari orang-orang di sekitarnya. Dari sekitar perdebatan proses lahiran normal vs secar, ASI vs Susu formula, hingga hal-hal yang bersifat mitos. Perlu ada pembentukan pemahaman yang sama, yang nantinya bisa memberikan support bagi ibu hamil dan menyusui.

Hadirnya keluarga besar dan masyarakat memiliki peran sebagai pendukung keluarga kecil, saling tolong menolong dan saling menyayangi antar sesama, sekaligus saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran.

Ketiga, dukungan negara yang bisa menjamin kesejahteraan setiap warga negara. Negara punya tanggung jawab untuk menjamin terpenuhinya sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan secara optimal. Dengan kemudahan dalam perekonomian, akan memperkecil tekanan dalam masalah rumah tangga. Karena tak bisa dipungkiri, masalah ekonomi membawa masalah stress dan depresi keluarga terutama ibu. Faktanya, beberapa kasus ibu yang membunuh anak kerap dipicu oleh kehidupan ekonomi yang dirasakan kian berat.
Karena itulah peran dan tanggung jawan negara sangatlah besar. Negara tidak boleh memperkaya dirinnya sendiri, apalagi hanya memperkaya para pejabatnya. Kesejahteraan setiap warga negara adalah kewajibannya, tak hanya sekedar jargon saat kampanye, tapi sebuah kewajiban yang memang harus ditunaikan dan akan dimintai pertanggungjawaban, tak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak.

Jika ketiga pilar ini terpenuhi, maka akan terbentuk masyarakat yang kuat, termasuk para ibu yang tangguh yang siap untuk mencetak generasi terbaik untuk peradaban.


AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.