Trending

Miri Pariyas Tutik Fitriyas                  
465 0 5
Opini Akademisi July 20 9 Min Read

Rumput Laut Hijau (Ulva sp.), Si Pakan Alami bagi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)




Ikan nila (Oreochromis niloticus) banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis yang sangat penting. Fungsi ekonomis ini lah,  yang membuat ikan nila produksinya meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Oleh karena itu membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup tinggi untuk keberlangsungan hidup spesies tersebut.

Pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pakan yang diberikan. Bahkan beberapa peneliti menyebutkan bahwa pakan merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan memelihara ikan, utamanya soal kualitas, kuantitas, dan waktu yang tepat. Dapat disimpulkan bahwa pakan merupakan unsur penting dalam menunjang pertumbuhan dan keberlangsungan hidup.

Namun, aspek pakan seringkali diabaikan dalam proses pembudidayaan. Kebanyakan dari mereka menggunakan bahan pakan ikan nila secara impor. Padahal pakan impor lebih mahal dibandingkan dengan produk lokal. Untuk mengurangi bahan pakan impor, salah satu yang dapat digunakan adalah bahan lokal.

Bahan lokal yang dimaksud bisa berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk pengganti bahan impor. Selain itu, bahan pakan lokal lebih banyak mengandung nilai nutrisi dibanding dengan pakan impor, dikarenakan berasal dari alam yang tak memiliki campuran dengan bahan kimia lainnya.

Salah satu bahan baku lokal yang berpotensi sebagai pakan ikan yaitu rumput laut hijau (Ulva sp.). Rumput laut hijau merupakan salah satu sumber daya bahari yang bermanfaat untuk kehidupan  sehari-hari, khususnya masyarakat pesisir pantai.

Rumput laut hijau yang bergenus Ulva tersebut telah digunakan sejak lama dalam kehidupan manusia karena memiliki kandungan bioaktif yang tinggi dalam berbagai aktivitas biologi. Selain itu, memiliki kandungan berupa 13.65% protein, 0.53% lipid, 33.19% abu, dan 9.2% karbonhidrat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan nutrient dari genus Ulva sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor musim, lokasi, geografis tempat tumbuh, umur panen, dan kandungan nutrient di beberapa perairan.

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Suryaningrum & Reza (2020) yang berjudul Nutrient digestibility of green seaweed Ulva meal and the Influence on Growth Performance of Nile Tilapia (Dreachromis niloticus), pada penelitiannya menjelaskan bagaimana kecernaan nutrisi sangat  berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup ikan nila. Yang disebut dengan kecernaan ialah banyaknya komposisi nutrien yang diserap dari saluran pencernaan dalam proses metabolisme. Pada penelitian tersebut menggunakan tepung Ulva sebagai pegganti dari pakan pollard (pakan impor).

Dalam proses pembuatan tepung Ulva, mula-mula dibersihkan terlebih dahulu untuk menghilangkan sisa-sisa garam yang menempel pada rumput laut. Kemudian rumput laut dikeringkan di dalam oven bersuhu 600 C. Setelah, dikeringkan kemudian digiling dengan menggunakan penggilingan mekanik untuk mempermudah proses pembuatannya menjadi bubuk tepung. Proses gambar penggilingan dapat dilihat di bawah ini. 

Dalam menguji kecernaan pada ikan nila, penulis menggunakan metode Takeuchi di mana pengujian dilakukan dengan menggunakan 30% tepung Ulva dicampur dengan 70% pakan acuan. Selain itu, dilakukan uji pertumbuhan, dibuat empat perlakuan dan tiga ulangan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Empat perlakukan tersebut ialah penambahan pakan Ulva sebanyak 0%, 10%, 20%, dan 30% untuk mengganti pollard. Sehubungan dengan hal itu, pengujian kecernaan ditambah penanda berupa Chromic oxide (Cr2O3) sebesar 0.6%.

Hasil menunjukkan bahwa ikan nila mampu mencerna isi nutrien dari Ulva, sehingga dapat digunakan untuk bahan pakan ikan nila. Namun, penggunaan Ulva sebanyak 20% hingga 30% dalam penelitian, tidak dapat mempengaruhi secara signifikan pada pertumbuhan ikan nila. Penggunan Ulva sebanyak 10% dalam formula pakan menghasilkan kenerja pertumbuhan ikan nila yang paling baik dan optimal dibandingkan formula lainnya. Formula 10% Ulva memiliki sumber energi berupa non-protein (lipid dan karbohidrat) untuk metabolisme ikan dan aktivitas biologisnya, sehingga mempengaruhi pertumbuhan ikan nila.

Dapat kita simpulkan bahwa penggunaan Ulva sebanyak 10% dalam formula pakan menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal dalam keberlangsungan hidup ikan nila.

Perkembangan ikan nila dapat dilihat dalam parameter hematologi pada penelitian Suryaningrum & Reza (2020). Pengukuran hematologi mengukur jumlah erirosit, leukosit, hemoglobin, dan hematocrit. Hasil pengukuran hematologi pada semua ikan yang diberi pakan Ulva semua formula menunjukkan bahwa hemotologi ikan dalam keadaan normal.

 

Sumber:

https://scholar.google.com/citations?user=YdAwe3YAAAAJ&hl=id&oi=ao)

Sumber Gambar:

https://www.re-tawon.com/2010/07/selada-laut.html

 


AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +818020532438
Email: brc.inbio@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.