by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Rezekinta Syahputra Sembiring                 
178 0 0
Sains dan Teknologi January 22 9 Min Read

Inovasi TeleOTIVA AI Unsri Dikenalkan ke Menkes




Di era kemajuan teknologi yang terus berkembang pesat, inovasi di bidang kesehatan semakin menunjukkan peran pentingnya dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat. Salah satu inovasi yang tengah menjadi sorotan adalah pengembangan aplikasi berbasis Artificial Intelligence (AI) bernama TeleOTIVA. Teknologi ini dirancang untuk membantu tenaga medis dalam mendeteksi dini lesi prakanker serviks melalui metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Produk revolusioner ini menjadi hasil kolaborasi antara Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya, Bagian Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang.

Senin, 6 Januari 2025, tim pengembang TeleOTIVA yang dipimpin oleh Prof. Ir. Siti Nurmaini, M.T., Ph.D., selaku Ketua Grup Riset Sistem Cerdas Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya, melakukan audiensi dengan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin. Audiensi tersebut berlangsung di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Selatan, dengan dihadiri pula oleh Direktur Utama RSMH, dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS, serta Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Unsri, Prof. Dr. dr. Radiyati Umi Partan, SpPD-KR. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan TeleOTIVA secara resmi kepada Kementerian Kesehatan serta menjajaki peluang kerja sama untuk pengembangan lebih lanjut.

TeleOTIVA dirancang sebagai solusi inovatif yang menggabungkan teknologi telemedisin dengan kecerdasan buatan. Melalui penggunaan aplikasi ini, tenaga medis dapat melakukan deteksi dini lesi prakanker serviks dengan lebih efisien dan akurat. Proses Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) yang selama ini dilakukan secara manual kini dapat ditingkatkan dengan dukungan teknologi AI, yang mampu menganalisis citra secara real-time melalui kamera ponsel pintar. Dengan demikian, TeleOTIVA tidak hanya membantu mempercepat proses diagnosis, tetapi juga mengurangi potensi kesalahan manusia (human error) yang kerap terjadi dalam metode konvensional.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap inovasi ini. Menurutnya, pengembangan teknologi AI di bidang kesehatan seperti TeleOTIVA memiliki potensi besar untuk merevolusi layanan kesehatan di Indonesia. Beliau menekankan bahwa kolaborasi antara sektor pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pemerintah sangat penting untuk memastikan implementasi teknologi ini dapat berjalan dengan baik. Selain itu, Budi Gunadi Sadikin menyatakan kesiapan Kementerian Kesehatan untuk mendukung pengembangan TeleOTIVA agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker serviks di Indonesia.

Sebagai salah satu penyebab utama kematian perempuan akibat kanker, kanker serviks membutuhkan perhatian khusus dalam hal pencegahan dan pengobatan. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ribuan perempuan di Indonesia meninggal setiap tahun akibat kanker serviks yang tidak terdeteksi pada tahap awal. Oleh karena itu, keberadaan TeleOTIVA diharapkan dapat menjadi solusi strategis dalam mengatasi tantangan ini. Dengan memanfaatkan teknologi yang mudah diakses melalui ponsel pintar, aplikasi ini mampu menjangkau daerah-daerah terpencil yang sulit mendapatkan layanan kesehatan berkualitas.

TeleOTIVA juga dirancang untuk mendukung tenaga medis dengan menyediakan sistem berbasis AI yang dapat memberikan analisis hasil IVA secara otomatis. Teknologi ini dilengkapi dengan algoritma pembelajaran mesin (machine learning) yang telah dilatih menggunakan ribuan data citra medis. Melalui proses pelatihan ini, sistem mampu mengenali pola-pola spesifik yang menunjukkan adanya lesi prakanker. Sebagai hasilnya, aplikasi ini dapat memberikan rekomendasi kepada tenaga medis untuk tindakan lebih lanjut, baik berupa pemeriksaan lanjutan maupun rujukan ke spesialis.

Dalam proses pengembangannya, TeleOTIVA melibatkan berbagai pihak yang memiliki keahlian di bidang masing-masing. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya memberikan kontribusi dalam pengembangan algoritma AI dan desain aplikasi, sementara Bagian Kebidanan Fakultas Kedokteran Unsri berperan dalam menyediakan data medis serta validasi hasil analisis. Selain itu, RSMH Palembang menjadi mitra utama dalam uji coba aplikasi ini, memastikan bahwa teknologi yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan praktis di lapangan.

Momen audiensi dengan Menteri Kesehatan menjadi tonggak penting bagi tim pengembang TeleOTIVA. Dalam pertemuan tersebut, Prof. Ir. Siti Nurmaini memaparkan secara rinci fitur-fitur unggulan aplikasi ini, termasuk bagaimana aplikasi tersebut dirancang untuk mendukung program pemerintah dalam deteksi dini kanker serviks. Beliau juga menekankan bahwa TeleOTIVA tidak hanya bermanfaat bagi tenaga medis, tetapi juga dapat memberdayakan masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan reproduksi mereka.

Menanggapi paparan tersebut, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes, dr. Azhar Jaya, menyatakan optimismenya terhadap implementasi TeleOTIVA di berbagai fasilitas kesehatan. Ia percaya bahwa aplikasi ini dapat menjadi model inovasi yang menginspirasi pengembangan teknologi serupa di bidang kesehatan lainnya. Selain itu, ia juga menyarankan agar aplikasi ini dilengkapi dengan fitur edukasi yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks.

Ke depan, pengembangan TeleOTIVA diharapkan tidak hanya berhenti pada tahap implementasi awal, tetapi juga terus diperbarui dengan teknologi terkini. Tim pengembang berencana untuk menambahkan fitur-fitur baru, seperti integrasi dengan sistem rekam medis elektronik (Electronic Medical Record/EMR) dan kemampuan untuk mendeteksi jenis kanker lainnya. Dengan demikian, aplikasi ini dapat menjadi platform yang komprehensif dalam mendukung layanan kesehatan berbasis teknologi.

Dukungan penuh dari Kementerian Kesehatan serta berbagai pihak terkait menjadi modal utama bagi keberhasilan pengembangan TeleOTIVA. Selain memberikan manfaat nyata bagi tenaga medis dan pasien, aplikasi ini juga mencerminkan bagaimana kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan pemerintah dapat menghasilkan inovasi yang berdampak luas. Dengan terus berinovasi, Indonesia dapat menjadi pionir dalam penerapan teknologi AI di bidang kesehatan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Melalui TeleOTIVA, kita dapat melihat potensi besar teknologi dalam mengatasi tantangan kesehatan yang kompleks. Inovasi ini tidak hanya menawarkan solusi praktis, tetapi juga membuka jalan bagi transformasi sistem kesehatan yang lebih modern dan inklusif. Dengan komitmen dan kerja sama yang berkelanjutan, impian untuk mewujudkan layanan kesehatan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai.

Sumber:

Editor:     Rezekinta Syahputra Sembiring                 

AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.