by INBIO
Menutup tahun 2024, Mohamad Endy Julianto, S.T., M.T., dosen dari Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro, kembali mencatatkan prestasi yang patut dibanggakan. Sosok yang akrab disapa Endy ini berhasil menerima penghargaan sebagai dosen dengan jumlah Paten Granted terbanyak kedua di Universitas Diponegoro. Penghargaan ini menjadi bukti nyata kontribusinya dalam menciptakan inovasi berbasis penelitian yang menghasilkan Kekayaan Intelektual (KI).
Salah satu terobosan terbesarnya adalah pengembangan teh hijau bebas kafein, yang tidak hanya memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat tetapi juga memperhatikan aspek teknologi mutakhir. Penelitian ini berjudul “Pengembangan Proses Biotermokimia Gelombang Mikro untuk Produksi Nanopolifenol Teh Hijau Bebas Kafein yang Termodifikasi Kolagen” dan didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM).
Endy tidak sendiri. Penelitian ini melibatkan kolaborasi erat dengan rekan-rekan dosen, yaitu Hermawan Dwi Ariyanto, S.T., M.Sc, Ph.D.; Dr. Indah Hartati; Didik Ariwibowo, S.T., M.T., serta mahasiswa seperti Elsan Febiyanti dan Nurika Nazilatul Ilmi. Mereka bersama-sama mengembangkan sebuah proses inovatif bernama microwave blanching, yang memungkinkan kafein dihilangkan dari teh hijau tanpa mengurangi kandungan bioaktifnya.
Menurut Endy, polifenol dalam teh hijau memiliki banyak manfaat luar biasa seperti antioksidan, antikanker, dan antihipertensi. Namun, tingginya kandungan kafein sering menjadi kendala bagi konsumsi luas, khususnya untuk produk pangan fungsional. Proses yang mereka kembangkan tidak hanya menyingkirkan kafein, tetapi juga menghasilkan produk tambahan berupa kafein sebagai bahan nutrasetikal.
Inovasi ini menghadapi tantangan besar karena polifenol dikenal tidak stabil dalam kondisi basa dan suhu tinggi, sehingga efektivitasnya sering menurun saat dicerna tubuh. Untuk itu, tim peneliti memanfaatkan teknologi nanoenkapsulasi berbasis liposom yang dimodifikasi dengan kolagen. Kolagen ini, terinspirasi dari karakteristik licin dan fleksibel pada belut, berfungsi sebagai pelindung bagi polifenol agar tetap stabil dan efektif hingga mencapai sel-sel tubuh.
Hasilnya, stabilitas polifenol meningkat signifikan, bahkan dalam suhu hingga 50°C, dan efisiensi pelepasan senyawa aktif melonjak hingga 250 kali lipat. Dengan teknologi ini, potensi teh hijau bebas kafein sebagai produk kesehatan premium menjadi semakin nyata.
Kolaborasi antara Universitas Diponegoro, mahasiswa, dan mitra industri seperti Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung membuka jalan untuk mengintegrasikan hasil riset ini ke dalam industri pangan dan kesehatan. Endy dan tim berharap inovasi ini tidak hanya menjadi solusi sehat bagi masyarakat, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang luas.
Penghargaan yang diterima Endy menjadi bukti nyata bahwa dedikasi dan inovasi dapat menciptakan dampak besar, tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Universitas Diponegoro optimis bahwa langkah ini akan menjadi inspirasi bagi generasi akademisi selanjutnya untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.