by INBIO
Ibadah menurut KBBI diartikan sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah SWT yang didasari pada ketaatan mengerjakan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Sehingga ibadah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari agama apapun, karena ibadah merupakan wujud ketaatan umat terhadap agama yang dipeluknya. Selain itu, ibadah juga menjadi salah satu tujuan manusia diciptakan, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran surat Adz-dzariat ayat 56 yang berbunyi “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Ibadah menjadi sarana bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri dan membangun hubungan dengan penciptanya. Agama dan ibadah dapat memberikan ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupan yang begitu beragam, salah satunya adalah masalah gangguan kesehatan. Jika kesehatan terganggu, kita tidak bisa beraktifitas seperti biasa, harus menahan rasa sakit serta memikirkan biaya obat yang selangit. Hal-hal tersebut dapat memicu timbulnya stress dan depresi yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan penyakit, sehingga melakukan ibadah menjadi sangat penting agar mendapatkan ketenangan jiwa dan kejernihan pikiran.
Datangnya penyakit memang menjadi masalah yang bisa saja sangat serius mempengaruhi kehidupan seseorang. Apalagi jika penyakit tersebut memiliki tingkat kesembuhan yang rendah seperti penyakit kanker misalnya. Kanker menjadi salah satu penyakit dengan kasus kematian yang tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Riskerdas tahun 2018, terdapat 18,1 juta kasus baru dengan 9,7 juta kematian. Sehingga jika seseorang divonis menderita kanker, selain harus menyiapkan material maka mental penderita dan keluarga juga harus diperhatikan selama menjalani pengobatan, salah satu upaya untuk menyehatkan mental adalah dengan mendekatkan diri pada yang maha kuasa melalui ibadah. Jika beragama Islam, ibadah yang dilakukan dapat berupa sholat (wajib dan sunah), berdzikir serta membaca Al-quran. Sikap religius penderita kanker yang ditunjukkan dengan tingginya intensitas ibadah, dapat membantu meringankan beban pikiran serta memberikan keyakinan dan kekuatan dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
Sulastri dkk tahun 2021 melakukan penelitian aktifitas ibadah pasien kanker serviks yang sedang dirawat inap di bangsal flamboyant 7 RSUD Dr Moewardi Surakarta. Penelitiannya melibatkan 90 orang perempuan penderita kanker serviks dengan rentang usia antara 30 sampai 69 tahun, pendidikan tertinggi adalah SMK/SMA tetapi sebagian besar pasien pendidikan terakhirnya adalah sekolah dasar (SD) dan semuanya beragama islam. Data penelitian menunjukkan bahwa 44,4 % sampel memiliki pengetahuan agama yang baik sedangkan aktifitas ibadah yang paling sering dilakukan adalah berdzikir, hanya sedikit yang beribadah sholat dan membaca Al-quran saat menjalani rawat inap di rumah sakit, dengan alasan tidak membawa alat sholat dan Al-Quran.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya pasien kanker serviks meninggalkan ibadah sholat wajib ketika berada di rumah sakit. Faktor tersebut antara lain adalah rendahnya motivasi pasien dalam melakukan ibadah sholat, kurangnya pengetahuan tentang tata cara sholat bagi orang sakit, rendahnya dukungan dari keluarga dalam hal keagamaan serta kurangnya sarana peribadatan yang disediakan oleh rumah sakit.
Menyadari bahwa dengan menjalankan ibadah secara rutin dapat membantu pasien rawat inap mendapatkan kekuatan dan ketenangan jiwa, maka sudah seharusnya rumah sakit berupaya untuk meningkatkan pelayanan, dengan menyediakan kelengkapan sarana beribadah bagi semua pemeluk agama. Selain itu dukungan keluarga dalam memberikan informasi dan melengkapi peralatan ibadah bagi sanak saudaranya yang sedang sakit dan menjalani rawat inap juga tidak kalah penting.
Tulisan ini adalah adaptasi dari artikel berikut : https://sjik.org/index.php/sjik/article/view/614/449
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.