by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Editor Generasi Peneliti                 
1501 0 1
Sains dan Teknologi December 22 3 Min Read

Mengenal Tes Poligraf dan Cara Kerjanya




Jika kita mengikuti kasus pembunuhan Brigadir J (Yosua Hutabarat) oleh Ferdi Sambo dkk, kita pasti tahu bahwa dalam persidangan dilakukan tes poligraf untuk mengetes kebohongan dari para terdakwa. Tes poligraf memang umum digunakan oleh kepolisian untuk mengetes kebohongan para pelaku tindak pidana.

Menurut keterangan Divisi Humas Polri, tes poligraf merupakan tes yang dilakukan guna menguji kejujuran seseorang melalui reaksi tubuh. Poligraf juga dikenal sebagai psycho physiological deception detection atau deteksi kebohongan seseorang melalui gejala psikis yang memicu reaksi fisiologis atau reaksi kebohongan.

Lalu apakah Anda tahu bagaimana cara kerja dari tes poligraf?

Menurut American Psychological Association (APA) alat poligraf merupakan gabungan dari alat kesehatan yang digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi pada tubuh. Poligraf akan mengumpulkan dan menganalisis respon fisiologis manusia lewat sensor yang dihubungkan dari mesin ke tubuh manusia.

Dalam prosesnya menurut situs How Stuff Works, seseorang dikondisikan untuk duduk dengan tenang di sebuah kursi khusus untuk pemeriksaan poligraf. Tubuh seseorang tersebut dihubungkan dengan tabung dan kabel yang berfungsi dalam memantau aktivitas fisiologis, kemudian diberi pertanyaan terkait kejadian tertentu yang berhubungan dengan kasusnya jika yang dites adalah seorang kriminal. Petugas pemeriksa nantinya akan melihat bagaimana detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan aktivitas elektrodermal (keringat, dalam jari-jari) orang tersebut. Apakah mengalami perubahan atau tidak jika dibandingkan dengan tingkat normal. Adanya fluktuasi dari hasil pengujian memungkinkan seseorang tersebut sedang berbohong.

Fluktuasi tersebut disebabkan oleh sistem saraf otonom yang mengatur internal tubuh dan hal lain di luar kendalinya. Manusia tidak mampu mengendalikan saraf otonom secara sadar, sehingga sehebat apapun orang tersebut berbohong pasti mengalami perubahan fisiologis seperti frekuensi pernapasan, tekanan darah, bahkan produktivitas keringat. Jadi ketika seseorang mengeluarkan pernyataan yang berbeda dengan apa ia yakini terjadi, maka akan terjadi perubahan fisiologis dan terdeteksi oleh poligraf. Pelaksanaan tes poligraf ini didampingi oleh psikofisiologis forensik.

Wah menarik sekali ya, sangking beraninya seorang kriminal berbohong sampai-sampai harus dites dengan alat pendeteksi kebohongan. Kenapa sih seseorang bisa berani berbohong? padahal jelas-jelas dalam QS. An-Nahl ayat 105 berbohong itu termasuk perbuatan dosa.

Sumber gambar : google image


AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.