by INBIO
Setelah ditemukannya kasus hepatitis misterius yang menjangkit anak-anak beberapa waktu lalu, kini kembali ditemukan penyakit misterius yang lain yaitu gagal ginjal akut misterius yang juga menyerang anak-anak. IDAI telah menemukan 152 kasus ginjal akut pada anak-anak di negeri ini. Kasus ini sebenarnya sudah ditemukan sejak bulan Januari 2022 kemarin, namun baru terjadi lonjakan yang signifikan di bulan September 2022.
Menurut data IDAI hingga Jumat kemarin (14/10/2022), 152 kasus tersebut terjadi di 16 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Jambi Kepulauan Riau, Papua Barat, Papua, dan Nusa Tenggara Timur.
Dari 152 total kasus yang ada di Indonesia, terdapat 11 pasien gagal ginjal akut meninggal sejak Agustus 2022 di RSUP Prof Ngoerah Denpasar, Bali. Total pasien penderita gagal ginjal akut di RSUP Prof Ngoerah Denpasar tersebut adalah sebanyak 17 orang. Dokter RSUP Prof Ngoerah Denpasar menyebutkan bahwa 5 pasien sudah pulang dari rumah sakit, dan 1 pasien masih di rawat di rumah sakit.
"5 pasien yang rata-rata usianya di atas 6 tahun sudah pulang dari RS. Sementara ini, 1 pasien yang usianya 17 tahun masih dirawat di sini," kata dr Sanjaya di RSUP Prof Ngoerah, Jumat (14/10/2022).
Disebut penyakit ginjal akut misterius karena belum diketahui secara pasti apa pemicunya. IDAI menyebutkan bahwa penyebab dari penyakit gagal ginjal tersebut belum bisa dipastikan, sehingga membutuhkan investigasi lebih lanjut.
"Awalnya kami menduga terkait dengan COVID-19, merupakan suatu MIS-C (peradangan di organ dalam). Tapi setelah di-tata laksana dengan MIS-C, ternyata hasilnya berbeda dengan MIS-C sebelumnya. Penyebabnya memang belum konklusif," ungkap dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, dalam temu media daring, Jumat (14/10/2022).
Salah satu gejala utama pada penyakit ini adalah ditandai dengan penurunan volume air kencing pada anak secara dratis, seperti yang dituturkan oleh Dr. Yanti Herman, Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes.
"Penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi penyaringan ginjal. Biasanya ditandai dengan peningkatan nitrogen urea darah dan/atau penurunan sampai tidak ada produksi urin sama sekali," jelas dr. Yanti dalam acara yang sama, Jumat (14/10/2022).
Dr. Yanti menyarankan agar jika ada anak yang mengalami gejala tersbut, hendaknya orang tua segera membawa anaknya ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Selain itu, menurut dr. Yanti gangguan ginjal akut progresif atipikal ini umumnya menyerang anak usia 0 sampai 18 tahun dengan mayoritas balita, tidak memiliki riwayat kelainan ginjal, hingga tidak mengalami demam atau gejala infeksi lain dalam 14 hari terakhir.
Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah jika anak demam, infeksi saluran pernafasan akut (batuk pilek), atau gejala infeksi saluran cerna ( diare dan muntah)
Meskipun keberadaan penyakit misterius ini sudah pasti membuat was-was para orang tua, namun Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI dr. Piprim Yanuarso meminta masyarakat untuk tetap tenang dan waspada. Masyarakat dihimbau untuk tidak mudah percaya dengan informasi yang simpang siur, harus mencari informasi dari sumber terpercaya.
"Kita harapkan masyarakat tetap tenang dan tidak panik, tetap waspada, dan pahami betul tentang bagaimana cara mengenali apakah urinnya cukup atau tidak. Jumlah urin yang cukup adalah 1 cc per-kilogram berat badan dan per-jam," sebut dr. Piprim Yanuarso.
Sumber : cnbcindonesia.com; detik.com
Gambar : Google Image
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.