by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Anisa Nurani                 
575 0 0
Sains dan Teknologi October 20 9 Min Read

Mengenal Alzheimer?s Disease Lebih Dekat




Alzheimer’s disease adalah salah satu bentuk penyakit neurodegeneratif yang merupakan penyebab demensia terbesar hingga mencapai 60%-80% dari kasus demensia Dikutip dari Alzheimer’s Association, terdapat 10 pertanda demensia Alzheimer antara lain: gangguan daya ingat, sulit fokus, sulit melakukan kegiatan yang familiar, disorientasi, kesulitan memahami visuospasial, gangguan komunikasi, menaruh barang tidak pada tempatnya, salah membuat keputusan, menarik diri dari pergaulan, hingga perubahan perilaku dan kepribadian.

Di tahap awal (mild), penderita Alzheimer masih dapat melakukan pekerjaan secara mandiri. Namun, mulai dapat kesulitan untuk mengingat nama atau kata yang tepat, mulai kesulitan mengingat bacaan yang baru saja dibaca, atau lupa di mana tempat menyimpan barang berharga. Tahap selanjutnya adalah tahap moderat yang umumnya merupakan tahap terlama yang dilalui oleh penderita. Gejala demensia di tahap ini lebih sering muncul sehingga menimbulkan frustasi dan kemarahan dari penderitanya. Penderita juga kebingungan untuk mengingat tempat dan waktu, mulai mengalami perubahan waktu tidur, dan menunjukkan perubahan perilaku. Di tahap ini, penderita masih dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial dengan diberi asistensi atau bantuan. Di tahap akhir, gejala demensia lebih parah. Penderita juga kesulitan merespon percakapan dan mengontrol pergerakan. Penderita juga mulai kehilangan kesadaran akan lingkungan sekitar dan rentan terhadap infeksi. Penderita akan kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari tanpa adanya asisten atau caregiver.

Penyakit Alzheimer pertama kali dideskripsikan oleh ahli saraf asal Jerman yaitu Alois Alzheimer di tahun 1901. Terdapat sekitar 5,5 juta penderita Alzheimer di seluruh dunia. Di Indonesia, tercatat ada sekitar 1,2 juta penderita Alzheimer di tahun 2016. Jumlah ini diprediksi akan meningkat hingga 2 juta jiwa di tahun 2030 dan menjadi 4 juta jiwa di tahun 2050.

 

Patofisiologi Alzheimer

Hingga saat ini penyebab utama dari penyakit Alzheimer belum diketahui. Tapi karakteristik umum yang ditemukan pada otak post-mortem penderita Alzheimer adalah adanya akumulasi extracellular amyloid beta (Aβ) senile plaque dan (atau) intracellular neurofibrillary tangles. Akumulasi Aβ disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluarannya (clearance). Aβ dihasilkan dari proses pemotongan amyloid-beta precursor protein (APP) yang merupakan protein integral pada sel membran. Beberapa fungsi dari APP antara lain sebagai protein reseptor dan regulator dalam formasi sinapsis dan plastisitas neuron. Proses pemotongan proteolitik APP melibatkan beberapa enzim antara lain enzim α-secretase, β-secretase, dan g-secretase.

Proses proteolitik APP dapat dilihat pada Gambar 1. APP dipotong oleh β-secretase dan melepaskan sAPPβ (soluble APP extracellular domain) ke matriks ekstraselular. Fragmen yang tersisa akan dipotong oleh g-secretase dan melepaskan Aβ1-42. Amyloid beta Aβ40 dan Aβ42 yang memiliki 40-42 asam amino bersifat toksik pada sel saraf (neurotoxic) dan banyak ditemukan pada penderita Alzheimer. Proses proteolitik ini dinamakan amyloidogenic pathway karena menghasilkan isoform Aβ yang toksik (gambar a). APP dapat pula dipotong oleh β-secretase yang kemudian diikuti oleh a-secretase dan menghasilkan isoform Aβ yang pendek (gambar b). APP yang dipotong oleh a-secretase akan menghasilan sAPPβ di matrik ekstraselular dan meninggalkan CTFa (carboxy-terminal fragment) pada sel membran. Jalur ini tidak menghasilkan Aβ sehingga dinamakan non-amyloidogenic pathway (gambar c).

Sementara itu, intracellular neurofibrillary tangles terbentuk dari protein Tau yang mengalami hiperfosforilasi dan membentuk agregat. Protein tau adalah protein yang terasosiasi pada mikrotubul yang berkontribusi pada stabilisasi mikrotubul. Pada penderita Alzheimer, hiperfosforilasi tau menyebabkan adanya pelepasan (detachment) tau dari mikrotubul. Selain itu, hiperfosforilasi tau ini akan menyebabkan pembentukan soluble tau aggregate dan insoluble helical filaments yang berujung pada pembentukan neurofibrillary tangle. Pelepasan tau ini juga akan berujung pada degenerasi sitoskeleton dan kematian neuron (Gambar 1.d).

Selain itu, terdapat pula hipotesis yang dianggap sebagai hipotesis tertua dan juga yang digunakan sebagai dasar terapi penyakit Alzheimer, yaitu cholinergic hypothesis. Hipotesis ini berdasarkan pada menurunnya sintesis neurotransmitter asetilkolin. Kematian sel penghasil asetilkolin pada sistem limbik teramati di penderita Alzheimer. Terapi pada penderita Alzheimer yang hingga saat ini dilakukan adalah dengan menggunakan acetylcholinesterase inhibitor yang bekerja dengan mencegah penurunan kadar asetilkolin pada otak. Sayangnya, terapi ini hanya bekerja dalam mengurangi gejala, tetapi tidak mengeliminasi penyebab dari Alzheimer itu sendiri.

Daftar Pustaka

Alzheimer’s disease facts and figures. 2023. Diakses pada 17 Oktober 2023 dari https://www.alz.org/alzheimers-dementia/facts-figures

Blennow, K., Hampel, H., Weiner, M. & Zetterberg, H. 2010. Cerebrospinal fluid and plasma biomarkers in Alzheimer disease. Nat. Rev. Neurol. 6, 131–144.

Citron, M. 2010. Alzheimer’s disease: strategies for disease modification. Nat. Rev. Drug Discov. 9, 387–398.

Geula, C. & Mesulam, MM. 1995. Cholinesterase and the pathology of the Alzheimer’s disease. Alzheimer Disease and Associated Disorders. 9, 23-28.

Grossman, H., Bergmann, C. & Parker, S. 2006. Dementia: a brief review. Mt. Sinai J. Med. 73, 985–992.

Lovestone, S. & Reynolds, C. H. 1997. The phosphorylation of tau: a critical stage in neurodevelopment and neurodegenerative processes. Neuroscience 78, 309–324.

Statistik tentang demensia. 2019. Diakses pada 17 Oktober 2023 dari https://alzi.or.id/statistik-tentang-demensia/

Tanzi, R. E. & Bertram, L. 2005. Twenty years of the Alzheimer’s disease amyloid hypothesis: a genetic perspective. Cell 120, 545–555.

Van Dam, D. & De Deyn, P. P. 2006. Drug discovery in dementia: the role of rodent models. Nat. Rev. Drug Discov. 5, 956–970.

Wang, J., Yu, J.-T., Tan, M.-S., Jiang, T. & Tan, L. 2013. Epigenetic mechanisms in Alzheimer’s disease: implications for pathogenesis and therapy. Ageing Res. Rev. 12, 1024–1041.


Editor:     Rezekinta Syahputra Sembiring                 

AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.