by INBIO
Pandemi COVID-19 telah memaksa dosen dan mahasiswa untuk merubah cara atau proses pembelajaran, salah satunya melalui platform komunikasi seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp dan lain sebagainya. Hal ini membuat media sosial memiliki peran penting untuk memberikan informasi di antara pengguna. Namun demikian, mahasiswa harus jeli dalam mengambil atau menggunakan informasi yang sesuai dengan etika yang berlaku. Oleh karena itu penekanan pada etika interaksi dan komunikasi menjadi penting dalam mencari dan mencari informasi.
Kepopuleran media sosial di kalangan pengguna, yang diterapkan sebagai sarana komunikasi dan pembelajaran, memudahkan mahasiswa untuk terhubung dan mencari informasi, serta mengembangkan hubungan untuk tujuan pendidikan. Studi terbaru menghubungkan etika dan kepercayaan mahasiswa (misalnya, kepercayaan berbasis kognitif dan afektif) dalam konteks pendidikan mengabaikan peran etika untuk memvalidasi kepercayaan mahasiswa dan aktivitas pencarian informasi. Oleh karena itu, etika, kepercayaan, dan pencarian informasi layak untuk dikaji lebih dalam.
Etika merupakan sifat dasar atau kebiasaan yang menjadi pedoman hidup manusia. Prinsip etika umumnya terdiri dari dua elemen penting, yaitu baik dan buruk. Ini memberikan norma-norma khusus dan aturan moral, serta pemikiran positif. Dalam konteks pendidikan, beberapa ahli khawatir melihat beberapa fenomena dari etika mahasiswa seperti pola komunikasi dan interaksi mereka berdampak pada etika yang mereka bawa ke masyarakat. Pendidikan harus mampu membangun etika peserta didik yang dapat diterima masyarakat. Misalnya, mahasiswa harus mampu berkomunikasi dengan bahasa yang sesuai (misalnya jujur, hormat, dan empati). Dengan demikian, mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memecahkan suatu masalah sosial.
Sedangkan, kepercayaan berperan penting untuk menjaga interaksi sosial, serta mengembangkan keharmonisan komunikasi dan interaksi menuju dimensi berbasis kognitif dan afektif. Kepercayaan berbasis kognitif mengacu pada karakteristik logis (misalnya, kompetensi, keandalan dan tanggung jawab), sedangkan kepercayaan berbasis afektif memiliki korelasi kuat dengan komponen emosional (misalnya, kepedulian dan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mas'ud Muhammadiah dkk tahun 2022 menyatakan bahwa rasa hormat di antara mahasiswa dan kolaborasi kerja memiliki peran penting terhadap perilaku mereka mengenai kepercayaan berbasis kognitif (misalnya, kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan keahlian) dan kepercayaan berbasis afektif (misalnya, komunikasi dan interaksi) untuk mencari informasi lebih murah dan cepat di media sosial.
Etika dan kepercayaan adalah konstruksi yang signifikan dan psikologis yang perlu digali lebih sering dengan studi di bidang pendidikan. Hal ini karena proses pembelajaran memerlukan kombinasi keterampilan dan pengetahuan tertentu (misalnya, komunikasi dan interaksi) untuk mencari informasi yang kredibel. Media platform yang sering dijadikan referensi yaitu Facebook dianggap paling legkap memfasilitasi pengguna untuk mencari informasi dengan tujuan dan cara yang berbeda melalui komunikasi dan interaksi online. Sehingga pengaruh faceebok berkontribusi dalam pembentukan dan pemeliharaan hubungan komunitas virtual melalui etika, kepercayaan, dan rasa persatuan. Sehingga kedepan, para aktor aktif dalam sistem penedidikan seperti pimpinan perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa perlu membangun rasa saling menghormati untuk mendukung proses pembelajaran, yang dapat meningkatkan komunikasi dan interaksi yang efektif.
Tulisan ini merupakan adaptasi dari artikel berikut :
http://cejsh.icm.edu.pl/cejsh/element/bwmeta1.element.ojs-doi-10_15804_tner_22_67_1_05
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.