by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Asa Azraka                 
443 0 0
Opini Akademisi June 25 4 Min Read

Mendidik Anak Tak Durhaka




 

Viral di media sosial seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Hasil penyelidikan polisi, pelaku ternyata dua anak kandung korban sendiri. Pelaku, K (17th) dan P (16th) mengaku kesal dan sakit hati setelah dimarahi ayahnya karena dituduh mencuri uang sang ayah. (liputan6.com, 23 Juni 2024)

 

Sementara itu di Lampung, seorang pemuda usia 19th juga tega membunuh ayahnya sendiri lantaran kesal diminta mengantar ke kamar mandi ayahnya yang sakit stroke. (enamplus.liputan6.com/21 Juni 2024)

 

Akar Masalah

 

Sekularisme-kapitalisme yang melingkupi kehidupan kita saat ini telah merusak dan merobohkan pandangan tentang keluarga. Sekularisme, paham yang memisahkan agama dengan kehidupan, telah melahirkan manusia yang miskin iman, tidak mampu mengontrol emosinya, rapuh dan kosong jiwanya. Jauhnya agama menjadikan manusia lebih banyak memperturutkan emosinya, tidak berpikir panjang jauh ke depan, apalagi memikirkan konsekuensi akhirat. 

 

Kapitalisme yang menjadikan materi sebagai tujuan semua orang, membuat banyak anak abai pada keharusan berlaku birrul walidain, berbuat baik pada kedua orang tuanya. Tak sedikit diantara hubungan anak dan orang tua bahkan semakin mengarah pada hubungan transaksional, orang tua investor kehidupan anak, dan anak aset masa depan orang tua.

 

Islam Mendidik Anak Berbakti 

 

Karakter orang yang mendapat cinta Allah adalah berbakti pada kedua orang tuanya. 

 

Ada banyak kausalitas yang bisa menjadikan seorang anak berbakti;

 

Pertama, didikan agama yang baik dari orang tuanya. Orang tua wajib mengenalkan Allah, RasulNya, dan juga Syariatnya kepada anak-anaknya. Aqidah yang kuat akan membuat anak-anak memiliki tanggung jawab, taat pada perintah Allah, dan siap mengemban tanggung jawab. 

 

Kedua, berikan anak nafkah halal. Nafkah haram akan menyebabkan anggota keluarga jauh dari kebaikan. 

 

Ketiga, teladan orang tua. Imam Ghazali berkata, "praktik lebih manjur daripada teori." Jika ingin anak sholih, orang tua juga harus sholih, tak hanya memerintah tapi dia sendiri tak melakukan. Apalagi anak adalah peniru ulung, apa yang dia lihat lebih berpengaruh dibanding dengan apa yang dia dengar. 

 

Keempat, orang tua hebat bisa mengakui kesalahan dan meminta maaf. Anak durhaka seringkali diawali dengan adanya orang tua yang durhaka. Lalai dalam menjaga, mengasuh, memberikan kasih sayang juga jaminan perlindungan kepada anaknya. Jika anak terbiasa dengan kesalahan orang tua, tanpa adanya maaf, sangat besar kemungkinan membuat luka batin pada sang anak, yang bahkan memunculkan sakit hati bahkan dendam.

 

Kelima, perlunya sistem pendidikan Islam yang mengajarkan anak birrul walidain, hormat dan berbakti pada orang tuanya. Pendidikan Islam mendidik akal dan jiwanya, sehingga ia memiliki kemampuan mengendalikan diri dan emosinya. 

 

Keenam, membentuk lingkungan dan masyarakat yang baik, yang dipenuhi nuansa keimanan.

 

suasana penuh iman ini akan mendorong fastabiqul Khoirot, bukan malah menolerir keburukan dan kemaksiatan dengan hujjah "maklum anak muda."

 

Ketujuh, perlu ada sanksi yang tegas yang bisa membuat jera pelaku kejahatan, termasuk tindakan kekerasan anak pada orang tuanya.

 

Itulah langkah sistemik dalam Islam agar kita bisa menjadikan anak-anak kita menjadi pribadi yang sholih, hormat dan berbakti pada kedua orang tuanya, bukan malah menjadi durhaka. 

 

Sumber gambar : Bing AI


Editor:     Rezekinta Syahputra Sembiring                 

AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.