by INBIO
Namanya sudah tidak asing lagi untuk dibahas. Bahkan, hampir aktivis perempuan, pegiat buku hingga penjual buku mengenal namanya. Kisah yang selalu dikaitkan dengan perjuangan perempuan yang melampaui zaman. Tentang pengetahuan dan keberpihakan.
Kalau sekarang semua perempuan tak habis membicarakan bagaimana kesemuanya bisa diakses terutama pendidikan. Dia sudah menjadi rujukan pengetahuan di daerahnya. Pasti para pembaca hendak bertanya, Bagaimana mungkin bisa perempuan di zaman lampau mampu mengakses pendidikan dengan sistem patriakal? Bagaimana bisa menjadi rujukan pengetahuan ?
Tentu, tidak lain karena dia telah memiliki modal sosial yang cukup. Sebut saja “Hyptia”, perempuan ini lahir dari keluarga menengah ke atas. Ayahnya yang bernama Theon merupakan ahli matematika di daerahnya. Namun, penulis tidak ingin mengulas hal tersebut dalam artikel ini.
Pada hakikatnya, yang akan dibahas adalah bagaimana keberpihakan Hyptia sebagai Intelektual Organik. Membela kebenaran walaupun harus mengkorbankan dirinya sebagai tumbal keegoisan manusia. Penulis teringat Galileo Galilei yang hampir sama kisahnya dengan Hypia.
Hyptia dan Pengetahuan
Hyptia lahir sekitar 355 SM. Putri Theon yang disebut paling cantik paras nan pengetahuannya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa dia lebih unggul dibanding ayahnya. Sayang, tidak ada satu pun literatur yang membahas perihal ibunya. Padahal, kalau mau dilihat kecerdasan seseorang anak, lihatlah bagimana kualitas ibunya.
Semuanya hanya membicarakan dua aspek dari sumber pengetahuan Hyptia. Pertama, didikan ayahnya yang begitu dekat dengan hyptia soal pengetahuan. Kedua, karena ketekunan dan gairahnya dengan pengetahuan. Rasa penasaran itulah yang melampaui pengetahuan ayahnya.
Lagi-lagi, kita hanya bisa meng-amin-kan dua hal tersebut. Tanpa mempertanyakan apa peran ibunya? Mungkin, semacam ini dianggap biasa saja tapi bagu mereka yang menggeluti pengetahuan basis gender pasti akan mempertanyakan hal semacam itu.
Barangkali, ada miss dalam setiap sejarah yang ada. Di sisi lain, pengaruh patrikal di masa lampau dapat berimbas pada pemotongan sejarah dalam biografi Hyptia. Sepertinya kita terlalu jauh membicarakan siapa ibunya hingga lupa menarasikan hidup Hyptia yang dibalut pengetahuan.
Di sisi lain, mari kita memulai kesemuanya dengan peran seorang Theon dalam mendidik anaknya. Sebab, segala literatur hanya berisi peran ayah yang membuat Hyptia menjadi perempuan yang sangat pintar. Disebut kembali, Theon mendirikan yayasan semacam home schooling di rumahnya, Salah satu muridnya termasuk Hyptia.
Segala pengetahuan, ia dapat dari ayahnya. Bukan saja pengetahuan, namun cinta kasih yang diberikan Theon. Menciptakan gadis ini bukah hanya cerdas dalam pengetahuan serta bijak dalam berperilaku. Betul kata pepatah terdahulu "buah jatuh tidak jauh pohonnya".
Ketika beranjak dewasa Hyptia menjadi perempuan yang memiliki kebebasan dalam menentukan pendidikan yang dia inginkan. Dia melanjutkan pendidikan ke sekolah Platonis yang semua ajarannya soal Plato. Walupun pada akhirnya hyptia menjadi filsuf Neoplato di Alexandria. Singkat cerita pasca kelulusan Hyptia kembali ke Alexandria dan diangkat sebagai Profesor, dimana ayahnya juga bekerja sebagai pengajar.
Perempuan yang pertama diangkat sebagai dosen atau pengajar di Alexandria. Berkat kemahirannya dalam berbagai disiplin ilmu di antaranya Astronomi, Metematika, Fisika, Alam, Seni, Sastra, Filsafat, dan Olahraga. Kecerdasannya atas berbagai keilmuannya membuat namanya terkenal di penjuru kota Alexandria. Kisahnya pun beredar soal pengetahuan dan Hyptia.
Dikisahkan pula, banyak orang yang berbondong-bondong untuk memperoleh mata kuliah yang diajarkan oleh Hyptia. Kemahiran dalam mengajar membuat kebanyakan orang tertarik dengan mata kuliah yang diajarkan. Hyptia menjelaskan sesuatu yang rumit menjadi sangat mudah, Bahkan, setiap ajaran yang diberikan selalu dibumbui dengan tawa dan cerita lucu yang membuat kelas selalu memiliki ciri khas seorang hyptia. Dia adalah sesorang pengajar dengan penuh pengabdian dan cinta kasih
Kehidupan Hyptia hanya untuk mengabdi untuk pengetahuan. Janji suci yang telah disampaikannya sejak ia menganut ajaran neoplato. Bahkan, dia telah berjanji untuk tidak menikah. Karena janji itulah, ia banyak memberikan sumbangsih dalam perkembangan pengetahuan di Alexandria.
Menukil perkataan Baez bahwa Hyptia memiliki banyak karya di antaranya Aritmatika Diofantus, Konik Apollonius, dan melanjutkan edisi ketiga dari karya ayahnya yang berjudul Almagest Ptolemeus. Selain itu, dia juga menciptakan sebuah alat untuk membantu atau mempermudah pemahaman dalam melakukan penelitian ilmiah. Alat yang diciptakan misalnya Astrolabe, Planesphere (Peta Bintang/Peta Langit), dan Hydroscope (Alat yang digunakan untuk megukur berat jenis dari cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air).
Kehadiran Hyptia membuat Kota Alexandria mengalami perkembangan yang luar biasa khususnya pengetahuannya. Dibalik Alexandria ada Hyptia yang membangun peradaban. Betul apa kata Albert Einstein “Pikiran merupakan kekuatan penuntun perubahan yang mampu membawa kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana kepada tingkat yang lebih maju.” Sebagaimana pemikiran Hyptia yang memajukan Alexandria.
Pembantaian Hyptia
Kalau berbicara tentang Hyptia rasanya hidupnya akan makmur. Apalagi, lahir dari keluarga berada. Tapi, kisahnya tak seindah Anak Konglomerat hari ini yang bisa membeli segala hal. Berbeda dengan Hyptia ternyata uang tak bisa membeli hidupnya yang tragis itu.
Hyptia hidup di tengah ancaman yang sangat brutal. Kota Alexandria saat itu terbagi menjadi dua dolongan. Pertama, golongan agama Kristen Ortodoks dan kedua, golongan pengetahuan. Dimana, antara pengetahuan dan agama sangat serkuler. Tidak dapat disatukan dan akan selalu terpisahkan dengan visi misi yang berbeda.
Tentu, dia adalah golongan yang kedua. Walaupun, pada hakikatnya dia sesungguhnya sangat mencintai Tuhannya. Bukan berarti seseorang yang mencintai ilmu maka tidak mencintai Tuhannya. Namun, sangat disayangkan tidak disampaikan secara lisan tetapi ajaran yang dianut setidaknya mengajarkan hal itu. Kalau kita mengingat soal Robiatul Adawiyah maka, sesungguhnya kita sedang mengingat Hyptia. Keduanya memiliki cerita yang sama dengan latar yang berbeda.
Tersohornya Hyptia di Alexandria membuatnya bernasib malang. Setidaknya. Berita itu telah terdengar oleh Golongan Kristen yang sedang memusuhi golongan yang dianut Hyptia. “Di mana seorang gadis yang cerdik dapat memberikan mata kuliah, sehingga banyak orang terutama anak mereka tertarik untuk mengikuti kelas Hyptia”. Kerena mereka takut akan pengajaran atau pemikiran-pemikiran Hyptia dapat memberikan doktrin-doktrin keraguan soal agama Kristen.
Pada musim Panas 415 SM, segerombolan massa yang terdiri dari biarawan-biarawan fanatik menyerbu Hyptia dipimpin oleh Petrus murid Sirilius. Setidaknya, hujaran kebencian dimulai dari pidato Sirilius yang menggap Hyptia sebagai salah satu Tukang Sihir. Menurut Fahruddin Faiz Hyptia dibunuh dengan beberapa tuduhan di antaranya Mempertanyakan keimanan agama, Menyembah dewa perempuan (di mana, kala itu penyembahan dewa perempuan sangat tidak dianjurkan. Setidaknya, sistem patriakal sangat dipenggang teguh), pandangan-pandangan neo plato, dan pemikiran ide astronomi yang helosentris (sebagaimana, Galileo Galilei yang dibunuh karena Helosentrisnya).
Tuduhan tersebutlah yang membuat Hyptia diseret dengan begitu kejam ke Gereja Casarion. Di tempat itu dan di depan masyarakat umum Hyptia di pukuli dengan genteng. Hyptia mencoba melawan dan berteriak, namun tidak ada satu orang yang mampu menolong Hyptia. Semua hanya bisa menonton kekejaman biarawan fanatik tersebut.
Mereka lakukan yang tidak memanusiakan manusia. Hyptia dianggap sebagai hewan yang layak mati dan dikorbankan karena ego yang dimiliki setiap manusia yang menyeret begitu kejam. Setelah dipukuli lalu ditelanjangi seorang hyptia. Mereka pukul kembali Hyptia, hingga mereka congkel bola mata dan memotong lidah dan setiap organ yang melekat di tubuh Hyptia. Pasca dimutilasi, mereka bakar Hyptia itu.
Bukan hanya organ tubuh Hyptia yang dibakar. Namun, segala hal yang melekat dari Hyptia yakni karyanya utamanya juga ikut dibakar. Tidak boleh ada hal yang tersisa tentang Hyptia. Baez mengatakan bahwa Niat mereka semata-mata memusnahkan secara total segala hal yang dilambangkan oleh Hyptia.
Kalau menyimpulkan bahwa kematian Hyptia dari kesemuanya sebenernya adalah kebencian dan keirian yang begitu mengakar. Sangat berbahaya sebenernya, apabila agama digunakan sebagai alat untuk merebut kekuasaan. Kematian Hyptia menjadi contoh agama yang menjadi alat politik. Bukan saja membasmi nyawa seseorang, namun pengetahuan. Bahkan, akan melahirkan kemandekan pengetahuan yang luar biasa.
Semua adalah kedok Sirilius yang licik dan menggunakan agama untuk membantai Hyptia. Perempuan yang tak bersalah. Sirilius hanya iri dengan pengetahuan dan kebijakan seorang Hyptia yang mampu menarik segala perhatian di Kota Alexandiria.
Padahal Hyptia adalah Filsuf terkahir di Alexandria yang mewarisi pemahaman neo plato. Pasca kematian, Kota itu benar-benar diwarnai kejahatan yang laur biasa. Tidak ada pengetahuan yang berkembang hanya kebencian yang beredar. Selain itu, para pustakawan dibunuh dengan perlahan. Hingga, Tak lama kemudian Perpustakaan Alexandria yang menjadi pusat pengetahuan hilang tampa jejak. Pada akhirnya kita mengerti untuk memusnahkan peradaban musnahkanlah para intelektualnya. Saat itulah, kehancuran bangsa itu akan tampak.
Hanya puing-puing kisah perjuangan Hyptia. Tanpa merasakan bagaimana karya sastra, filsafat atau lain sebagainya. Hanya dapat mendengar tanpa mempelajari. Terimakasih Hyptia telah menjadi perempuan yang begitu kuat dalam menjaga komitemen hidup.
Daftar Pustaka
Baez, F. Pengahancuran Buku dari Masa ke Masa. 2013. Jakarta : Marjin Kiri
Marsina, A. 2021, 3 Juli. Kisah Malang Hyptia. Dituduh Sebagai Penyihir dan Dibunuh Karena Melakukan Penelitian Ilmiah. (Video). Youtobe. https://youtu.be/6uEJNykde-M .
Maulidi, S. 2017. Einstein Inspirasi dan Pencerahan untuk Lebih Baik Bermakna. Jakarta : Gramedia.
MJS Channel. 2016, 25 Mei. Ngaji Filsafat : Hyptia (Video). Youtobe. https://youtu.be/QSeXiJPo3_0.
Daftar Gambar
https://id.wikipedia.org/wiki/Hipatia
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.