by INBIO
Dalam pengambilan suatu keputusan sangat diperlukan objektifitas yang memungkinkan tidak adanya kecenderungan disebabkan hal-hal tertentu. Perlu kita ketahui bahwa proses pengambilan keputusan itu berada di otak kita. Terdapat tiga bagian dalam otak yaitu otak logika, emosional dan primitif yang akan membantu kita sehari-hari. Otak logika (neocortex) mengatur cara berpikir rasional kita, otak emosional (limbik) mengatur emosi serta otak primitif (reptile) mengatur kebutuhan dasar kita seperti bernafas, lapar dll.
Dalam mengambil keputusan, kita dibantu oleh dua bagian otak yaitu otak logika dan otak emosional. Apapun yang kita terima melalui panca indera akan diproses oleh salah satu atau kedua otak tersebut sebelum kita memberikan respon.
Secara umum, otak logika akan memproses terlebih dahulu segala apa yang kita terima (baik dalam bentu visual, suara, maupun sentuhan)
OTAK LOGIKA => OTAK EMOSIONAL => RESPON
Otak logika kemudian akan memberikan hasil analisis kepada amigdala di otak emosional untuk memutuskan respon emosi yang tepat. Saat kita dalam kondisi tenang dan tidak stress maka otak logika bekerja sangat baik. Misalnya Ketika kita mendengar bunyi keras, maka kita mengindetifikasi dan menganalisis bunyi tersebut sebagai drumb band lewat, maka respon yang kita berikan kembali tenang (tidak perlu dikhawatirkan)
Pada kondisi khusus atau bahaya, otak logika terkadang di ‘bypass’. Oleh otak emosional
OTAK LOGIKA => OTAK EMOSIONAL => RESPON
Contohnya saat kita mendengar bunyi ledakan yang sangat dekat, kita langsung merasa takut dan lari berlindung. Otak emosional melihat dunia secara ‘hitam atau putih’ (lari atau tidak lari). Bypass oleh otak emosional terjadi ketika kita dalam kondisi cemas, stres, panik dan marah. Hal ini yang menyebabkan pada kondisi marah atau kesal, kita sukar mengambil keputusan yang tepat secara logika. Seperti orang yang bersenggolan mobil di jalan raya, emosi otomatis keluar, itu bypass.
Contoh lainnya yaitu ketika kita kesal dan cenderung melakukan emotional buying. Otak kita mengatakan kita kurang bahagia, lalu tanpa berpikir panjang kita mengambil semua baju dan sepatu di setiap rak. Namun ketika kita sudah tenang, baru menyadari bahwa kita terlalu banyak membeli baju dan sepatu.
Seseorang dengan kecerdasan emosional (EQ) tinggi umumnya mampu mengendalikan diri dengan baik. Salah satu cara agar tidak terjebak dalam keputusan emosional adalah dengan berlatih mengendalikan stres dan amarah, beraktivitas positif untuk mebangun mindfulness. Setiap hari, yang terjadi adalah bahwa keputusan kita merupakan kombinasi dari otak (logika dan emosional). Gunakanlah dengan bijak!
Referensi
Charoensukmongkol, P., Benefits of Mindfulness Meditation on Emotional Intelligence, General Self-Efficacy, and Perceived Stress: Evidence from Thailand. Journal of Spiritualiy in Mental Health, 2014. 16(3): p. 171-192.
Diano, M., et al., Amygdala Response to Emotional Stimuli without Awareness: Facts and Interpretions. Frontiers in Psychology, 2017. 7.
LeDoux, J., The emotional brain. Phoenix. 1998, Orion Books Ltd.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.