by INBIO
AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan saat ini telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, tak terkecuali bidang ilmu Biologi. Salah satu program AI yang digunakan dalam Biologi adalah AlphaFold. Program ini baru dirilis oleh perusahaan Google DeepMind pada bulan Juli 2021, mereka bekerja sama dengan para ilmuwan di European Molecular Biology Laboratory's European Bioinformatics Institute (EMBL–EBI).
Berkat kehadiran AlphaFold dalam dunia biologi, 200 juta lebih struktur protein kini telah dibagikan secara online dalam basis data yang dapat diakses secara gratis, yang disebut dengan AlphaFold DB. AlphaFold mampu memprediksi bentuk 3D dari protein berdasarkan urutan asam aminonya. Terhubung bersama dalam rantai, urutan asam amino ini menggulung protein panjang yang terlipat menjadi lembaran berlipit dan pita-pita yang berputar.
Dengan dirilisnya AlphaFold ini, ahli jantung Eric Topol dari Scripps Research Translational Institute, Selasa (2/8/2022) menyebutkan pada Sciencealert bahwa saat ini menentukan struktur 3D suatu protein bisa dilakukan dengan waktu yang singkat.
“Sebelumnya untuk menentukan struktur 3D dari suatu protein membutuhkan waktu beberapa bulan bahkan beberapa tahun, tapi sekarang dapat dilakukan hanya dalam hitungan detik” jelasnya.
Ilmuwan dapat memahami bagaimana protein itu berfungsi, serta apa peran utamanya di dalam sel dengan cara memahami bentuk lipatan protein tertentu. AlphaFold dirancang untuk mempercepat proses pemahaman tersebut. Data terbaru yang tersedia pada saat AlphaFold dirilis adalah 200 juta lebih struktur protein yang telah diprediksi ditemukan pada tumbuhan, bakteri, hewan, dan organisme lain.
“Harapan itu telah menjadi kenyataan jauh lebih cepat daripada yang berani kami impikan,” Ucap Demis Hassabis, kepala eksekutif DeepMind.
Para peneliti telah menggunakan prediksi AlphaFold batch pertama ini untuk memperbaharui pengetahuan mereka tentang beberapa penyakit mematikan seperti malaria. Hal ini sangat berguna dalam pembuatan vaksin yang lebih baik, serta dapat menguraikan teka-teki biologis tentang protein raksasa yang telah membuat bingung para ilmuwan sejak lama.
Namun kualitas dari hasil prediksi AlphaFold terbilang bervariasi, hasil prediksi pada protein langka yang hanya diketahui oleh sedikit ilmuwan mungkin kurang akurat. Selain itu juga masih ada banyak kehidupan yang tidak diprediksi oleh AlphaFold, termasuk prediksi tentang bagaimana protein berinteraksi setelah dirakit. Protein dari mikroba yang diidentifikasi dari jejak materi genetik di tanah dan air laut juga tidak ada dalam database.
Beberapa ilmuwan juga telah komplain tentang kendala dalam mengakses database AlphaFold karena kontennya yang berukuran sebesar 23 terabyte. Hal ini mungkin membuat beberapa tim peneliti tidak dapat mengaksesnya karena membutuhkan daya komputer yang mahal dan membutuhkan penyimpanan berbasis cloud untuk analisis data yang canggih. Namun manfaat ditemukannya AlphaFold ini dalam bidang kesehatan dirasa lebih besar daripada kekurangannya.
Ahli biologi struktural dan ilmuwan senior EMBL-EBI, Dame Janet Thornton menjelaskan kepada The Guardian "Saya berharap pembaruan terbaru ini akan memicu serangkaian penemuan baru dan menarik di bulan-bulan dan tahun-tahun yang akan datang," "Dan ini semua berkat fakta bahwa data tersedia secara terbuka untuk digunakan semua orang." lanjutnya.
DeepMind dan EMBL-EBI akan terus memperbarui database AlphaFold secara berkala. Anda dapat membaca lebih lanjut tentang rilis data terbaru dan penemuan sebelumnya pada link berikut : https://www.deepmind.com/blog/alphafold-reveals-the-structure-of-the-protein-universe
Sumber : Sciencealert.com
Sumber Gambar : alphafold.ebi.ac.uk
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.