by INBIO
Tahukah kamu tentang sindrom patah hati? Tentu ketika mendengar kata "patah hati" pasti berhubungan dengan kisah asmara. Namun, sindrom patah hati bukan hanya kondisi yang disebabkan oleh putusnya hubungan percintaan tetapi berkaitan dengan emosi yang berlebihan. Sindrom patah hati dikenal dengan istilah Takotsubo cardiomyopathy merupakan gangguan fungsi jantung sementara yang disebabkan oleh stres dan tekanan emosi yang ekstrem. Sindrom patah hati dapat menyebabkan gangguan sementara pada fungsi pemompaan jantung normal. Kondisi ini dapat diobati dan sembuh dalam beberapa minggu, namun bisa juga bersifat fatal jika tidak segera diatasi.
Penyebab utama terjadinya sindrom patah hati adalah stres. Stres dapat menyebabkan pelepasan hormon adrenalin. Saat seseorang mengalami stres berat hormon adrenalin yang dikeluarkan dalam jumlah besar sehingga dapat mempercepat detak jantung dan mengurangi efektivitas pompa jantung. Kondisi ini memicu adanya kelainan otot jantung yang akan menyebabkan munculnya gejala sindrom patah hati. Dikutip dari Heart.org, orang yang mengalami sindrom patah hati akan mengalami nyeri dada yang mendadak dan sesak napas. Meskipun hal tersebut terasa mirip dengan serangan jantung, tetapi sindrom ini tidak menyebabkan penyumbatan arteri. Wanita lebih memungkinkan terkena sindrom patah hati dibandingkan pria untuk mengalami nyeri dada yang tiba-tiba dan intens, karena reaksi terhadap lonjakan hormon ketika stres.
Beberapa faktor yang memicu stres hingga mengalami sindrom patah hati, antara lain:
Cara Mengobati dan Mencegah Sindrom Patah Hati
Orang yang mengalami sindrom patah hati perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Untuk mengatasi kondisi ini, dokter akan memberikan obat-obatan yang berguna untuk memulihkan kembali fungsi jantung, seperti obat diuretik, ARB, ACE inhibitor dan lainnya. Sebagian besar seseorang dengan sindrom patah hati akan sembuh total dalam waktu 1 bulan atau lebih. Setelah itu, perlu menjalani ekokardiogram sekitar 4–6 minggu untuk memastikan bahwa jantungmu sudah pulih.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.