by INBIO
Kenali Fenomena FOMO pada Remaja dan Solusinya
FOMO alias Fear of Missing Out adalah perasaan kekhawatiran bahkan cemas yang muncul dalam diri seseorang karena tak ingin ketinggalan berbagai hal yang baru seperti berita, tren, ataupun yang lainnya. Fenomena ini banyak menjangkiti generasi muda. Sayangnya FOMO ini tidak hanya sekedar menimbulkan rasa keinginan untuk berinteraksi secara sosial dan menikmati pengalaman baru tetapi FOMO juga dapat berkaitan dengan kecemasan dan takut kehilangan pengalaman orang lain. FOMO ini mempengaruhi seseorang dengan berbagai tingkatan, yang paling parah bisa berpengaruh serius pada kesehatan mentalnya.
Penyebab FOMO
Keberadaan media sosial dengan berbagai platform memudahkan remaja mudah mendapatkan berbagai berita, informasi kehidupan seseorang, atau perilaku-perilaku yang dianggap trending. Saking banyaknya, informasi ini masuk ke dalam otak remaja seperti badai tsunami yang tak ada habisnya. Ada berita 'baik' dan tak sedikit informasi yang 'buruk', yang tanpa ada adanya kekuatan mental, menjadikannya remaja mudah membandingkan dirinya dengan apa yang dia lihat di media sosial. Ketika ada banyak gap antara apa yang dia lihat dengan apa yang dia pikirkan, dan dengan apa yang dia jalani, akan mudah memunculkan kecemasan. Mempertanyakan dirinya sendiri, dan mulai tidak percaya diri. Hal ini memacu adrenalinnya untuk menjadi sosok sebagaimana yang dia lihat, sosok trendsetter. Sejak itulah FOMO mulai menjangkiti.
Dampak Negatif dari FOMO
FOMO memiliki pengaruh tak sedikit pada kesehatan mental antara lain;
Pertama, Kecemasan dan stress.
Seseorang bisa mengalami kesulitan tidur akibat rasa cemas tak bisa mengikuti apa yang sedang trend. Ketika kecemasan ini dibiarkan, akan bisa meningkat menjadi depresi.
Kedua, perasaan tidak puas pada dirinya sendiri, bahkan menghilangkan rasa percaya diri
Ketiga, mengganggu konsentrasi dan produktivitas. Seringnya memantau kehidupan orang lain menjadikan fokus mereka yang FOMO ke hidupnya sendiri berkurang. Tren menjadi ukuran mercusuar kehidupan mereka. Terlalu sering memantau media sosial menjadikan waktu mereka habis tanpa terasa, dan tak mampu menjalani kehidupan sosial mereka sendiri.
Keempat, Memicu perilaku negatif. Jika remaja melihat tren justru berkisar pada hal-hal negatif, akan membuat mereka meniru atau mengalami sendiri hal-hal yang dianggap populer. Minimnya filter dan pemahaman, akan mudah menjebak remaja berperilaku negatif hanya dengan alasan tren.
Kelima, menurunnya kualitas hidup dan hilangnya rasa bahagia. Pengidap FOMO akan mengalami kelelahan secara fisik dan mental tanpa adanya aktifitas produktif. Waktu yang dimiliki habis untuk mengikuti apa yang sedang tren, sekaligus memvalidasi diri dari orang lain bahwa dia tidak ketinggalan.
Solusi dalam Menghadapi FOMO
Bagaimana jika FOMO menjangkiti?
ertama, terima diri bahwa FOMO memang ada dan menjangkiti. Kesadaran ini akan menjadikan seseorang memiliki kesadaran untuk mengubah dirinya sendiri.
Kedua, kurangi penggunaan gadget, terutama memantau berbagai media sosial yang selama ini mempengaruhi
Ketiga, mulai fokus pada diri sendiri. Tetapkan apa yang menjadi value diri, bahkan menentukan target dan tujuan hidup. Mereka yang memiliki tiga hal ini tak akan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang viral dan trending.
Keempat, Meaningfull life. Menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Hadir fisik, pikiran, dan jiwa nya dalam setiap aktifitas yang dilakukan. Hal ini akan membuat orang mampu bersyukur, senantiasa berpikir positif, dan tak mudah mengalami kecemasan.
Hanya saja, pembenahan ini semua sifatnya individual. Jika kita menghendaki fenomena FOMO ini berkurang secara signifikan bahkan totalitas, tentu harus ada pembenahan yang bersifat sistemik, yaitu (a) memaksimalkan peran negara dalam pembentukan karakter dan kepribadian remaja melalui sistem pendidikan dan kontrol media sosial, dan (b) adanya kontrol orang tua dan lingkungan melalui pola interaksi sosial.
Negara tidak boleh memisahkan peran agama dalam pembentukan karakter dan kepribadian generasi. Karena agama lah yang memiliki batasan jelas, tentang aturan dalam kehidupan, mana yang boleh dan mana yang tidak.
Agama, khususnya Islam, memiliki standar "do and don't" yang menjadikan mereka yang terdidik dengannya, tak mudah terpengaruh dengan apa yang menjadi trending. Standar hidupnya adalah halal dan haram. Dia menjalani kehidupan semata untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya, dengan penuh kesadaran.
Selain itu, Islam mengajarkan kita untuk mampu bersikap adaptif dengan berbagai perkembangan dan menyikapinya dengan benar. Mengambil yang maslahat untuk masyarakat, bukan malah terseret arus dimanfaatkan pada hal-hal yang kontraproduktif. Hal inilah yang harus dijaga oleh negara dalam mendidik generasi muda dalam bangku-bangku sekolah.
Selain itu, negara juga perlu melakukan pembatasan terhadap hal-hal negatif di berbagai media yang berpeluang menjadi trendsetter bagi remaja. Harus ada evaluasi secara berkala untuk melakukan pengawasan terhadap penyebaran informasi, berita, ataupun hal-hal yang merusak di tengah-tengah masyarakat.
Negara tidak boleh mengubah pendidikan menjadi sekuler, yang akan menjauhkan remaja dari agama. Hal ini akan menjadikan remaja kehilangan pegangan dan arah tujuan hidupnya, dan mudah terseret dengan arus dalam perjalanan hidupnya. Justru pola kehidupan sekuler ini harus kita cabut di tengah-tengah masyarakat, dan menggantinya dengan pola kehidupan yang lebih baik, pola kehidupan sesuai aturan Ilahi.
Sumber gambar ; optika.id
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.