by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Arli Aditya Parikesit                 
546 0 0
Sains dan Teknologi August 30 9 Min Read

Virus Demam Lembah Rift: Genetika, Pengembangan Terapi, dan Epidemi yang Akan Datang




Demam Lembah Rift (RVF) adalah penyakit zoonosis yang merupakan ancaman langsung bagi kesehatan manusia dan hewan. Rift Valley Fever Virus (RVFV) dari genus Phlebovirus, yang merupakan agen penyebabnya, telah menjadi fokus penelitian yang mendesak dan ekstensif. Salah satu kebutuhan mendesak dalam penelitian ini adalah untuk memahami komposisi genetik RVFV, karena sangat penting untuk memahami evolusi dan penyebaran virus. Penelitian terbaru telah mengungkapkan perkembangan genetik RVFV di Afrika, yang sebagian besar dipengaruhi oleh perubahan lingkungan seperti pola curah hujan yang tidak normal dan perubahan iklim. Identifikasi 15 garis keturunan RVFV menggarisbawahi urgensi pengawasan genom untuk rencana intervensi yang efektif. Sebuah alat genomik komputasi telah dikembangkan untuk mengkategorikan dan menetapkan garis keturunan isolat RVFV dengan cepat, sebuah langkah penting dalam melacak sumber wabah dan membantu upaya surveilans [1].

Upaya untuk menemukan obat dan vaksinasi yang efektif untuk melawan RVFV terus dilakukan dan sangat menjanjikan. Penciptaan vaksinasi yang dilemahkan, yang dapat memberikan kekebalan tanpa menyebarkan penyakit, merupakan arah yang sangat menjanjikan. Sebagai contoh, varian RVFV yang sangat dilemahkan, 40Fp8, telah terbukti pada model hewan memiliki fenotipe yang sangat dilemahkan namun tetap memberikan kekebalan yang protektif, sehingga dapat menjadi pilihan yang aman untuk vaksinasi [2]. Selain itu, vaksin mRNA telah menunjukkan potensi; vaksin yang mengkodekan seluruh protein Gn dan Gc dari RVFV menimbulkan respons kekebalan yang kuat pada hewan percobaan. Meskipun saat ini belum ada studi klinis yang direncanakan, sejumlah obat yang digunakan kembali (Drug Repurposing), termasuk ribavirin dan favipiravir, sedang diselidiki untuk terapi RVFV [3]. Strategi alternatif yang menargetkan protein RdRp dari RVFV dan menggunakan obat yang digunakan kembali sedang dikembangkan dengan menggunakan teknologi bioinformatika struktural [4]. Terlepas dari tantangan yang ada, potensi dari upaya penelitian ini untuk secara signifikan meningkatkan pengobatan RVFV adalah sebuah harapan dan optimisme akan masa depan.

Kesehatan dunia prihatin dengan kemungkinan bahwa RVF dapat memicu epidemi baru. Beberapa faktor, termasuk perubahan iklim, jaringan transportasi internasional, dan vektor nyamuk yang mampu, mempengaruhi kemungkinan penyebaran RVF di luar lokasi endemis saat ini. Karena potensinya untuk mengganggu tatanan sosial dan berdampak pada ekonomi pertanian skala besar, RVF telah diidentifikasi sebagai bahaya serius oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)[5, 6]. Karena dampak virus terhadap ekonomi dan kesehatan masyarakat, RVFV masih menjadi masalah serius. Untuk mengembangkan rencana respons dan persiapan, sangat penting untuk melakukan lebih banyak penelitian terhadap genom RVFV, formulasi obat, dan kemungkinan epidemi di masa depan. Menciptakan obat dan vaksinasi yang manjur akan sangat penting untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh virus ini. Terakhir, lembar fakta WHO menawarkan informasi mendalam untuk tinjauan menyeluruh tentang RVF dan konsekuensinya terhadap pandemi yang akan datang.

 

References:

1. Juma J, Fonseca V, Konongoi SL, et al. Genomic surveillance of Rift Valley fever virus: from sequencing to lineage assignment. BMC Genomics. 2022;23(1):1-13. doi:10.1186/S12864-022-08764-6/FIGURES/4

2. Alkan C, Jurado-Cobena E, Ikegami T. Advancements in Rift Valley fever vaccines: a historical overview and prospects for next generation candidates. npj Vaccines 2023 81. 2023;8(1):1-16. doi:10.1038/s41541-023-00769-w

3. Atkins C, Freiberg AN. Recent advances in the development of antiviral therapeutics for Rift Valley fever virus infection. Future Virol. 2017;12(11):651. doi:10.2217/FVL-2017-0060 

4. Lorell, J., Gautama, N. R. P., Tanzil, T. S., Subagja, M., & Parikesit, A. A. (2025). In silico study of RNA polymerase inhibitor drugs for Rift Valley fever virus using RdRp protein as the target. Journal of Pharmacy & Pharmacognosy Research, 13(1), 1–15. https://doi.org/10.56499/JPPRES24.1967_13.1.1 (Accepted for publication )

5. Cossaboom CM, Nyakarahuka L, Mulei S, et al. Rift Valley Fever Outbreak during COVID-19 Surge, Uganda, 2021. Emerg Infect Dis. 2024;28(11):2290-2293. doi:10.3201/EID2811.220364 

           6. Daubney R, Hudson JR. RIFT VALLEY FEVER. Lancet. 1932;219(5664):611-612. doi:10.1016/S0140-6736(01)24634-0


Editor:     Rezekinta Syahputra Sembiring                 

AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.