by INBIO
Sampah merupakan masalah yang tidak kunjung henti, baik di pedesaan maupun perkotaan. Terlebih karena dampak yang ditimbulkan oleh sampah itu sendiri yang bisa memicu adanya penyakit, seperti diare, leptopirosis, ataupun penyakit kulit.
Permasalahan sampah sekarang ini menjadi menarik diperbincangkan karena justru dengan sampahlah perekonomian dapat ditingkatkan. Salah satu cara meningkatkan perekonomian skala rumah tangga dengan pengelolaan sampah adalah mempergunakan maggot (Hematelia ilucen). Maggot adalah larva dari lalat Black Soldier Fly atau lebih dikenal sebagai lalat hitam atau tentara. Sebenarnya lalat ini bukan lalat tetapi lebih sebagai sejenis serangga yang bisa menguraikan sampah. Serangga ini banyak ditemukan di sekitar timbunan sampah atau limbah dan menjadi pesaing dari lalat hijau atau lalat sampah lainnya. Keistimewaan serangga ini adalah selain mampu menguraikan sampah secara cepat, dia tidak memilih apakah sampah dari sayuran atau hewan, bahkan bangkai pun bisa diuraikan, hasil penguraian sampah oleh maggot bisa dimanfaatkan sebagai pupuk yang lebih dikenal dengan istilah kasgot. Kasgot ini mempunyai aneka fungsi selain sebagai pupuk juga sebagai media tanam dan pemberi nutrisi hara yang baik bagi tanah yang mengalami penurunan kadar lengas.
Siklus hidup serangga ini cukup singkat mulai dari telur hingga serangga dewasa sekitar 40 hari. Ketika kawin, serangga jantan ini langsung mati sedangkan betinanya akan mati setelah bertelur. Telur akan menetas setelah 3 hari, kemudian larva muda atau baby maggot ini berkembang menjadi maggot selama 24 hari. Pada fase inilah maggot dapat dipanen sebagai pakan ternak atau dibuat pelet. Setelah lewat 24 hari maggot ini akan berkembang menjadi pupa dan beristirahat selama 14-15 hari tergantung pada cuaca. Setelah itu pupa akan berkembang menjadi serangga, begitu seterusnya.
Pada saat bertelur serangga ini bisa menghasilkan telur 0.3 - 0.5 g, jika menetas semua akan menghasilkan kurang lebih 1.5 g baby maggot, dan ketika berkembang menjadi maggot akan menghasilkan maggot sebanyak 3 - 6 kg sekali panen. Dengan harga jual maggot sebesar Rp 8.000/kg, maka setiap panen bisa mendapatkan Rp 48.000. Padahal dalam satu biopond bisa menampung lebih dari 1.5 kg baby maggot, minimal satu biopond dapat menampung 2 - 5 kg baby maggot, sehingga untuk panennya dapat menghasilkan maggot 4 - 10 kg.
Belum lagi kalau dari usaha ini dihasilkan kasgot, yang rata-rata sekali panen dalam satu biopond dapat menghasilkan 20 kg kasgot. Jika diolah menjadi granula yang siap sebagai pupuk maka dapat dihasilkan 15 - 18 kg dengan harga jual Rp 13.000 / kg. Jika tidak diolah menjadi granula atau dipergunakan sebagai media tanam, maka dijual dengan harga Rp 7.500 / kg. Kandungan nutrisi dari maggot memiliki protein yang tinggi sekitar 35.6%, lemak 24.7%, karbohidrat 17.9% yang mampu memenuhi standart nutrisi untuk pakan ternak, baik unggas maupun ikan. Hal ini yang nantinya bisa untuk mendukung ketahanan pangan dari segi pemenuhan pakan ternak.
Selain itu sisa penguraian dari maggot berupa kasgot dapat dipergunakan sebagai media tanam dan mendukung ketahanan pangan dari segi pangan (sebagai media tanam tanaman pangan, hortikultura, atau buah) dan pupuk. Untuk membuat peternakan maggot skala rumah tangga cukup dengan Rp 3.350.000 modal tersebut dapat kembali dalam waktu 7 bulan dan dapat keuntungan rerata Rp Rp 575.000 per sekali panen.
Cukup menggiurkan bukan? Yuk tunggu apa lagi kita kelola sampah yang ada di sekitar kita dengan menggunakan maggot, si kecil yang sering terlupakan tapi bermanfaat
AUTHOR
Rencana ini sy mau angkat dlm Hibah terkait dg sampah. T. Kasih masukannya
untuk bapak rahmat dengan senang hati kami membantu. untuk lebih detailnya kita bisa berdiskusi di whatshapp. bolehkah bapak meninggalkan nomer bapak buat kami hubungi nanti?
untuk bapak Hadi dan bapak Rahmat Pannyiwi silahkan kalau mau kontak ke 083102766407. dengan senang hati saya siap membantu
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.