by INBIO
Ruang virtual Zoom, Ahad, 4 September 2022 – "Policy brief dapat dilaksanakan secara operasional dan tidak mengambang," demikian papar Manuel Agri Laksana selaku narasumber dengan paparan berjudul "Policy Brief" dalam kelas ketiga Sekolah Rodinda.
Kelas virtual yang diadakan Ahad, 4 September 2022, diselenggarakan oleh Sekolah Rodinda, dan dihadiri 37 partisipan ini mengupas tuntas dan bernas tentang cara mengetahui teknik pengumpulan data dan analisis stakeholder dalam policy brief.
Agri memaparkan secara detail dan terinci semua bagian, mulai dari ringkasan eksekutif, latar belakang, permasalahan, dan rekomendasi kebijakan. Saat seseorang ingin membuat policy brief, maka dia perlu merumuskan 5W dan 1H sebagai strategi penentuan permasalahan. Layaknya jurnalis atau penulis, membuat policy brief itu perlu mempertimbangkan aspek: What (apa urgensi, tema, inti, pokok pembahasan yang akan disajikan), Who (siapa saja perumus dan sasaran stakeholder yang dituju), When (kapan kronologis atau timeline referensi untuk policy brief ini dapat dicari melalui kajian pustaka), Where (di mana policy brief ini dibuat), Why (mengapa policy brief ini perlu dirumuskan segera), serta How (bagaimana follow up dan implikasi ke depannya).
Dalam perumusan policy brief, terdapat empat jenis triangulasi. Pertama, triangulasi data. Maksudnya, data dikumpulkan dari berbagai sumber untuk mempelajari suatu fenomena. Kedua, triangulasi teoretis. Maksudnya, pendekatan yang diambil dari suatu disiplin ilmu untuk menggambarkan fenomena disiplin lain. Triangulasi teoretis meminjam model dari satu disiplin ilmu lalu menggunakannya untuk menjelaskan situasi di disiplin keilmuan lainnya. Ketiga, triangulasi oleh penyidik. Maksudnya, peneliti yang berbeda mengumpulkan data secara individu dan independen untuk menganalisis dan mengobservasi fenomena yang sama. Keempat, triangulasi metodologi (episteme). Maksudnya, mengkonstelasi metodologi kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian untuk mendapatkan temuan yang andal. Hal ini mencakup triangulasi metode dengan metode lainnya.
Tahapan berikutnya dalam penyusunan policy brief adalah penyusunan rekomendasi. Saat merumuskan rekomendasi, tim peneliti perlu menjawab pertanyaan fundamental yang mendasari proses pembuatan policy brief. Tentunya, rekomendasi ini perlu terukur. Salah satu caranya dengan menggunakan indikator yang sudah teruji reliabilitas dan validitasnya sesuai dengan kondisi ideal dan faktual yang terjadi di masyarakat.
Kegiatan ini berlangsung sangat seru. Antusiasme partisipan terlihat dari banyaknya peserta yang bergabung sebelum acara dimulai tepat pukul 18.30 WIB. Beberapa partisipan juga terlibat aktif dalam diskusi dan tanya jawab. Agri juga dengan piawai merespons semua pertanyaan dari partisipan. Ia juga berkenan berbagi pengalaman pribadi bersama timnya saat merumuskan policy brief.
Tentunya, diskusi ini semakin menarik karena dibawakan oleh mereka yang pakar dalam bidangnya. Bertindak selaku MC adalah Rembulan Ananda Arum. Adapun yang berperan sebagai moderator adalah M. Atharceyhan Samodra. Tak terasa waktu dua jam berlalu. Banyak sekali pengetahuan dan pengalaman yang diberikan sebagai bekal partisipan dalam penyusunan policy brief.
(Liputan kegiatan ini ditulis oleh: Dito Anurogo, peserta sekolah Rodinda, sedang studi S3 di Taipei Medical University, Taiwan)
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.