by INBIO
Mengapa mencit dan tikus sering dijadikan sebagai hewan percobaan?Apa alasannya?
Mencit dan tikus seringkali digunakan dalam penelitian di laboratorium. Mengapa harus mencit dan tikus? Jika dilihat secara umum, mencit dan tikus ini memiliki ukuran yang kecil, mudah disimpan dan dipelihara, murah dan dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Selain itu, mencit dan tikus banyak digunakan sebagai hewan percobaan di laboratorium karena memiliki beberapa kelebihan, seperti siklus hidup yang pendek, banyak jumlah anak per kelahiran atau berkembangbiak dengan cepat, dan yang paling penting adalah karakteristik reproduksinya mirip dengan hewan mamalia lain, serta memiliki struktur anatomi, fisiologi, dan genetik yang mirip dengan manusia.
Menurut wakil dari The National Institutes of Health (NIH) Office of Laboratory Animal Welfare, Jenny Haliski, mengatakan bahwa “tikus dan mencit adalah mamalia yang berbagi banyak proses dengan manusia, dan sesuai digunakan untuk menjawab banyak pertanyaan penelitian”.
Selama dua dekade terakhir, kesamaan antara tikus ataupun mencit dengan manusia menjadi lebih kuat. Para ilmuwan dapat mengembangbiakkan tikus secara genetik, yang disebut dengan tikus transgenik. Tikus ini yang membawa gen mirip penyebab penyakit pada manusia. Beberapa contoh penyakit pada manusia yang mana tikus dan mencit dapat digunakan sebagai model penelitian, dianataranya adalah hipertensi, diabetes, katarak, masalah pernapasan, penyakit Parkinson, Alzheimer, kanker, HIV/AIDS, dan penyakit jantung.
Selain digunakan dalam model penelitian yang menjadi penyebab penyakit manusia, tikus dan mencit juga digunakan dalam penelitian tentang perilaku, sensorik, penuaan, nutrisi, studi genetik, dan pengujian obat yang berpotensi untuk mengakhiri kecanduan narkoba.
Menggunakan hewan dalam model penelitian ini sangat penting untuk dapat memahami sistem biomedis yang mengarah pada obat, terapi, serta perawatan, khususnya pada manusia. Namun, harus diingat bahwa peneliti yang menggunakan hewan sebagai model penelitian, harus memperhatikan kesejahteraan hewan tersebut sesuai dengan prinsip lima kebebasan yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa nyeri, trauma dan penyakit, dan bebas mengekspresikan tingkah laku alami.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.