by INBIO
Pada Desember 2019, telah tersebar sebuah penyakit yang membuat orang-orang di seluruh dunia merasa khawatir, yakni Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Kemunculan virus tersebut bermula di Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok. Dilansir dari semua media virus ini sangat berbahaya hingga dapat menyebabkan kematian.
Bahkan virus tersebut juga dapat mematikan seluruh sendi kehidupan manusia, baik secara ekonomi, sosial budaya, dan lain sebagainya. Virus ini merupakan virus terganas yang tiba-tiba menyebar di kehidupan manusia. Oleh karena itu, lahir lah sebuah kebijakan pemerintah, salah satunya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Di mana setiap pertemuan yang dilakukan harus dilakukan secara daring (online). Selain itu, pemerintah juga membuat program perlindungan sosial untuk melindungi orang-orang dengan tingkat pendapatan rendah akibat terdampak Covid-19. Meskipun pelaksanaan dari program tersebut kurang optimal, karena pendistribusian bantuan sosial kepada orang yang terdampak tidaklah tepat sasaran.
Selain itu pemerintah juga melakukan ikhitiar dalam menyelesaikan kasus kematian yang semakin tinggi. Sebab, jika tidak segera teratasi akan mengakibatkan krisis pada berbagai hal. Seperti dengan pemberian vaksin kepada masyarakat Indonesia.
Tujuan pemberian vaksin adalah untuk melindungi tubuh dari serangan virus. Tubuh seseorang yang disuntikkan vaksin, akan merangsang antibodi untuk mengenali virus yang telah dilemahkan tersebut. Dengan demikian dapat mengurangi risiko paparan virus. Hal ini dapat mempertahankan produktivitas karena meminimalisir dampaknya terhadap sosial dan ekonomi. Pemerintah mengeluarkan kebijakan vaksinasi yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan dan Pengimplementasian Vaksinasi dalam penanganan Covid19.
Sesuai dengan Instruksi Presiden dalam pogram vaksinasi tersebut bahwa vaksin diberikan secara gratis. Semua lini kabinet, kabupaten, lembaga, dan pemerintah daerah harus memprioritaskan program vaksinasi dalam anggaran tahun 2021. Semua diharapkan untuk memprioritaskan dan merelokasi anggaran lainnya untuk pengadaan vaksin untuk mendukung kegiatan vaksinasi gratis tersebut. Dalam kegiatan vaksinasi ini, presiden merupakan orang pertama yang mendapatkan vaksin. Sementara masyarakat diminta untuk tetap menerapkan 3M, yaitu Memakai masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan.
Namun program vaksinasi ini nampaknya mula-mula tidak dapat 100% diterima oleh masyarakat. Banyak orang mempertanyakan mengapa pemerintah menggunakan vaksin Sinovac yang notabene adalah buatan China. Padahal tingkat efikasi dari vaksin Sinovac tidaklah tinggi jika dibandingkan dengan merk vaksin yang lain. Berbagai media pun memberitakan pendapat dari para politisi, akademisi, dan juga para ahli medis yang secara terbuka meragukan akan efikasi dari vaksin Sinovac tersebut.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rokhman Ali yang berjudul “How are Media’s Reports on China’s Products? A Content Analysis on Indonesia Online Media Concerning Sinovac Vaccine” menunjukkan bahwa media sosial memiliki posisi yang amat krusial dalam membangun image dari sebuah produk, dalam hal ini adalah vaksin Sinovac. Sebab diterima atau tidak diterimanya sebuah produk oleh masyarakat itu tergantung dari bagaimana media massa memberitakan tentang produk tersebut. Sehingga, media massa dianggap memainkan peran penting dalam membantu konstruksi masyarakat tentang realitas sosial. Media dapat menentukan agenda publik (agenda setting) melalui pemilihan topik berita dengan mengidentifikasi topik yang paling kritis yang akan dilaporkan.
Awalnya penggunaan vaksin Sinovac tidak diterima oleh masyarakat karena terdapat berbagai asumsi. Pertama karena tingkat efikasinya rendah jka dibandingkan dengan merk lain, lalu masyarakat mulai meragukan vaksinasi karena takut berdampak buruk terhadap kesehatan, dan yang terakhir karena vaksin tersebut merupakan buatan China. Sebagian masyarakat mungkin takut jika bahan bakunya tidak halal.
Namun setelah MUI mengeluarkan fatwa bahwa vaksin Sinovac halal, masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam akhirnya berani untuk mengikuti program vaksinasi menggunakan vaksin Sinovac. Ditambah dengan adanya proses vaksinasi nasional yang dilakukan pertama kali kepada Presiden Jokowi. Selain itu, media juga membantu mengabarkan realitas itu ke media untuk mengajak masyarakat untuk melakukan vaksin.
Selama kurun waktu 7 bulan dari Januari hingga Juli 2021, pada media online terdapat 468 berita tentang vaksinasi menggunakan Sinovac yang terdiri dari 380 artikel dan 88 video. Laporan terbanyak yaitu 202 postingan adalah pada bulan Januari. Dari total 468 laporan, sebagian besar merupakan berita positif (44%), dan hanya ada 13% berita negatif, sisanya adalah berita netral. Dapat disimpulkan bahwa perlahan masyarakat mulai mempercayai tujuan vaksin yang sesungguhnya dengan adanya peran dari media massa, walaupun tidak 100%.
Tulisan ini adalah adaptasi dari artikel ilmiah berikut : https://ijmaberjournal.org/index.php/ijmaber/article/view/360
Referensi Gambar: pekanbaru.go.id
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.