by INBIO
Mohammad Hatta, Tan Malaka, dan Sutan Syahrir adalah tiga tokoh yang sangat penting dalam sejarah Indonesia. Ketiganya memiliki perjalanan yang panjang dalam perjuangan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu faktor yang turut berperan dalam kesuksesan mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan adalah kemampuan mereka untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Kebanyakan dari mereka mendapatkan beasiswa dari pihak-pihak tertentu untuk melanjutkan studi di luar negeri. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai perjalanan mereka dalam mendapatkan beasiswa luar negeri, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi perjuangan mereka untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Mohammad Hatta mendapatkan beasiswa dari pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1921 untuk melanjutkan studi di Belanda. Ia belajar di Universitas Rotterdam dan memperoleh gelar doktor dalam bidang ekonomi pada tahun 1932. Selama menuntut ilmu di Belanda, Hatta aktif dalam organisasi pergerakan kemerdekaan Indonesia dan berpartisipasi dalam konferensi-konferensi internasional untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu konferensi penting yang dihadiri oleh Hatta adalah Konferensi Liga Bangsa-Bangsa di Jenewa pada tahun 1931, di mana ia menyuarakan keinginan Indonesia untuk merdeka.
Tan Malaka mendapatkan beasiswa dari Partai Komunis Indonesia untuk melanjutkan studi di luar negeri pada tahun 1921. Ia belajar di Universitas Frankfurt dan Universitas Rostock di Jerman serta di Universitas Moscow di Uni Soviet. Selama di luar negeri, Tan Malaka aktif dalam organisasi pergerakan kemerdekaan Indonesia dan berpartisipasi dalam konferensi-konferensi internasional untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu karya penting yang dihasilkan oleh Tan Malaka selama berada di luar negeri adalah buku "Madilog" yang memaparkan pandangannya tentang materialisme dialektis dan logika.
Sutan Syahrir mendapatkan beasiswa dari pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1931 untuk melanjutkan studi di Belanda. Ia belajar di Universitas Amsterdam dan memperoleh gelar doktor dalam bidang hukum pada tahun 1935. Selama menuntut ilmu di Belanda, Syahrir aktif dalam organisasi pergerakan kemerdekaan Indonesia dan berpartisipasi dalam konferensi-konferensi internasional untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu karya penting yang dihasilkan oleh Syahrir selama berada di luar negeri adalah buku "Indonesian Socialism" yang memaparkan pandangannya tentang sosialisme yang cocok untuk Indonesia.
Itulah tiga tokoh bangsa Indonesia dengan semangat belajar yang tinggi hingga ke luar negeri. mereka memperjuangkan kemerdekaan melalui tulisan, debat terbuka, dan diskusi di kampus mereka diluar negeri. Mereka membukakan mata kita semua bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran pendidikan dan semangat belajar yang tinggi.
Tentunya kita bisa meniru semangat tokoh-tokoh bangsa kita dalam belajar dan meraih salah satu cita-cita besar Indonesia yaitu menjadi bangsa yang cerdas. Walaupun tantangan yang dihadapi hari ini sudah berbeda dari waktu itu pendidikan tetap menjadi hal krusial. Akses pendidikan saat ini kian dimudahkan, misalnya seperti banyaknya beasiswa S1 luar negeri atau jenjang yang lebih tinggi yang bisa diikuti hari ini.
Namun ironinya semakin mudah akses tidak dibarengi dengan tingginya semangat belajar. Sering kita temui di daerah perkotaan atau daerah dengan akses pendidikan yang mudah malah menjadikan siswanya bolos sekolah, tawuran, bahkan melakukan hal-hal yang negatif bertentangan dengan nilai pendidikan itu sendiri. Sering juga kita baca atau lihat melalui berita bahwa saudara kita di daerah yang jauh akan akses pendidikan mudah malah memiliki semangat belajar yang tinggi, mereka harus bangun lebih pagi, berjalan jauh, melewati medan sulit, tetap mereka lalui demi mendapatkan pengetahuan yang fasilitasnya pun sangat terbatas.
Maka dari tokoh bangsa kita, semoga kita semua menjadi semakin sadar akan pentingnya pendidikan bagi bangsa. Tidak menjadikan kita kaya, namun mencerdaskan, melatih pola berfikir dan pastinya membuka banyak kesempatan bagi kita, termasuk kesempatan untuk menjadi kaya. Sekian.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.