by INBIO
Dies Natalis ke-65 Institut Teknologi Bandung pada Senin (4/3/2024) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Bandung kembali menghadirkan Orasi Ilmiah dari berbagai ilmuwan hebat terkait temuan terkini dalam bidang sains dan teknologi. ITB ternyata juga tidak menutup mata terhadap salah satu ilmu yang cukup relevan dan berperan penting dalam akhir-akhir ini. yaitu ilmu Bioinformatika. Salah satu kajian penting dalam era gempuran data biologi yang terdapat pada pangkalan data biologi.
Orasi ilmiah yang disampaikan oleh Husna Nugrahapraja, Ph.D mengambil tema yaitu “Bioinformatika Translasional Sebagai Kunci Revolusioner Pemanfaatan Data Molekuler di Era Komputasi dan Big Data.” Orasi yang disampaikan oleh Husna Nugrahapraja berfokus pada titik temu antara berbagai aspek dalam bidang biologi yang tentunya harus diintegrasikan dengan teknologi terkini untuk menciptakan kemaslahatan bagi masyarakat.
Pada awal orasi, beliau menyampaikan jika informasi yang terdapat di internet terkhusus informasi biologi sangatlah besar. Hasil dari pengurutan genome manusia dan kemudian diikuti dengan genome organisme lain menjadikan jumlah informasi tersebut sangat besar (Big Data).
Husna melanjutkan dengan pondasi keilmuan bioinformatika sebenarnya sudah ada sejak tahun 1960, tetapi istilah bioinformatika tersebut baru populer di 30 tahun kebelakangan tempatnya pada tahun 1990. Lebih lanjut, beliau menjelaskan jika Bioinformatika Translasional merupakan kunci dari suksesnya pembuatan vaksin COVID-19 melalui metode (Reverse Vaccinology). Hal ini tentunya menjadikan pengembangan Bioinformatika Translasional di Indonesia menjadi cukup penting.
Pak Husna menambahkan, jika lansekap dari Big Data pada Molekuler saat ini adalah terbagi pada dua garis besar, yaitu Genomika Struktural yang berasal dari genotipe dan Genomika Fungsional yang merupakan Genomika dengan irisan faktor lingkungan sehingga menghasilkan fenotipe. Genomika struktural sendiri terdiri dari Genomik (DNA) dan Transcriptomic (RNA), sedangkan genomika fungsional terdiri atas Proteomik (protein), metabolomic (metabolite), Fluksinomik (fluks), dan fenomic (Fenotipe).
Oleh karena itu, terhubungnya integrasi Big Data Molekuler dengan pengobatan secara trasional merupakan salah tujuan dari hadirnya Bioinformatika Translasional. Tentunya, beberapa upaya penerapan Bioinformatika translasional seperti dalam bidang Vaksinologi Balik, Bidang Terapeutik, Diagnosis berbasis Aptamer, dan Diagnosis berbasis sekuensing. Tentunya Bioinformatika Translasional mendapatkan tantangan yang luar biasa seperti integrasi data yang bersifat heterogeny, Data Geolokasi (Cuaca & Iklim), lalu lintas perjalanan, penggunaan gawa, dan pasar finansial.
Namun, peluang dari kemajuan teknologi terkhusus pada kecerdasan buatan (AI) dapat membuka jalan untuk mengembangkan padangan ilmu biologi. Seperti dengan pendekatan Genome-wide Association Studies (GWAS) pada penyakit-penyakit kompleks, seperti stroke iskemik, kanker, diabetes, sehingga konteks pengobatan presisi menjadi lebih terbuka bagi masyarakat Indonesia.
Beliau kemudian menutup orasinya dengan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantunya sejauh ini. “Pencapaian ini tentunya ada atas sokongan raksasa-raksasa besar yang ada di sekeliling saya yang berkenan memberikan pundaknya agar saya mencapai raihan sampai saat ini," tutupnya.
Referensi
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.