by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Shipa Rifelina                 
895 0 2
Opini Akademisi April 30 4 Min Read

Berpikir itu berat, biar aku saja!




Kegiatan scroll tik-tok, mengikuti akun gosip, menonton TV atau film sepertinya terdengar lebih menarik jika dibandingkan dengan belajar sains, rumus akuntansi atau rumus fisika yang identik dengan perlunya kerja ekstra pada otak dan harus memiliki tingkat kefokusan yang lebih. Tapi tahukah kamu bahwa kedua hal ini harus berjalan secara seimbang?

Nick Weiler dari Stanford University dalam Ask A Neuroscientist 2014 mengatakan bahwa berpikir memerlukan energi yang besar serta bukan sesuatu yang sudah kita latih. Hmmm apakah berna bahwa berpikir itu berat? Dalam acara-acara seminar mungkin sering kita temui tes berpikir sederhana bernama Stroop Task dimana kita diminta untuk menyebutkan warna yang mengisi lingkaran-lingkaran di bawah ini. Dan kemungkinan kita mampu menyebutkannya dengan relatif cepat.

Sekarang coba sebutkan warna huruf, bukan apa kata hurufnya. Berat ya?

Saat kita melakukannya, ada bagian di otak kita yang bekerja keras memisahkan antara membaca hurufnya dengan menentukan warna dari hurufnya.

Menurut Sciene 2000 & Neuroimage 2003, kedua bagian otak yang berperan dalam kendali eksekutif yaitu anterior cingulate cortex dan prefrontal cortex. Kedua bagian otak tersebut memikirkan “sebutkan warna, jangan huruf”, kemudian mencari resolusi atau penyelesaian dari aturan tersebut.

Setelah itu, baru lobus frontal otak kita kemudian menyebutkan warna yang tertera tetapi bukan kata dalam hurufnya. Otak kita melihatnya begini:

 

Berpikir itu sering disebut sebagai “mental” atau “thinking effort”. Segala kegiatan berbau hiburan memberikan gratifikasi seketika sejak melakukannya sementara kegiatan belajar dan analisis terasa berat. Namun, berpikir itu diperlukan, juga aktivitas hiburan. Keduanya sebaiknya seimbang, karena segala terobosan kita peroleh dengan berpikir yang kemudian diikuti dengan aksi.

Referensi:

Zink, N., Lenartowicz, A. & Markett, S.. 2021. A new era for executive function research: On the transition from centralized to distributed executive functioning. Neurosci Biobehav Rev 124: 235-244.

Heidlmayr, K., Kihlstedt, M. & Isel, F. 2020. A review on the electroencephalography markers of Stroop executive control processes. Brain Cogn 146: 105637.

Milham, M. P., Banich, M. T., Claus, E. D. & Cohen, N. J.. 2003. Practice-related effects demonstrate complementary roles of anterior cingulate and prefrontal cortices in attentional control. Neuroimage 18: 483-93.

MacDonald, A. W., 3rd, Cohen, J. D., Strenger, V. A. & Carter, C. S.. 2000. Dissociating the role of the dorsolateral prefrontal and anterior cingulate cortex in cognitive control. Science 288: 1835-1838.


AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.