by INBIO
Pernahkan kamu mengalami perubahan mood dalam melakukan aktivitas? Lelah dengan segala aktivitas yang biasanya dilakukan. Dalam sehari banyak sekali aktivitas yang dilakukan, tetapi tidak merasa puas dengan apa yang dikerjakan. Kamu telah melakukan banyak aktivitas dalam sehari akan tetapi kamu merasa masih kurang karena apa yang kamu lalukan belum dapat memenuhi ekspektasi pribadimu. Jika pernah merasakan ini mungkin saja kamu sedang mengalami productivity shame? Tahukah kamu apa itu productivity shame?
Productivity shame merupakan suatu perasaan seseorang yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang sedang dikerjakannya. Tidak peduli berapa waktu yang telah dihabiskan untuk bekerja atau berapa banyak pekerjaan yang telah dilakukan, seseorang tersebut masih saja merasa bahwa ia kurang produktif dan menginginkan untuk mengusahakan yang lebih dari itu. Productivity shame juga dapat diartikan kondisi di mana kamu merasa tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang kamu punya, sehingga kamu memaksa dirimu untuk selalu melakukan aktivitas. Seakan-akan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif adalah sesuatu yang dilarang dan tidak pantas dilakukan.
Apabila dibiarkan productivity shame ini dapat membahayakan kondisi kesehatan mental kita lho. Ketika kita tidak bisa memenuhi ekspetasi dan menikmati waktu istirahat kita, terlalu terpaku pada suatu aktivitas yang sedang kita kerjakan, tidak memberikan hak tubuh kita untuk istirahat, secara tidak langsung kita telah membuka jalan bagi perasaan stress dan burnout untuk masuk dan mengganggu kesehatan mental kita. Tidak cuman itu, perasaan bersalah karena merasa tidak produktif terhadap aktivitas yang telah dilakukan juga dapat menghancurkan rasa percaya diri kita.
Apakah kamu pernah mengalami productivity shame? Productivity shame ini dapat disebabkan oleh beberapa hal sehingga kamu merasa tidak cukup produktif, seperti kita mungkin terlalu membuat goals yang tidak realistis. Ketika tujuan yang selama ini kamu tetapkan terlalu besar sehingga kita sulit untuk mencapainya dan berujung rasa kecewa. Selain itu, ketika kita mempunyai goals yang terlalu besar kita akan lebih berfokus pada hasil akhir yang akan kita dapatkan dan ekspetasi kita terlalu tinggi, sehingga kita tidak dapat menikmati prosesnya dan tidak pernah merasa puas.
Productivity shame juga dapat disebabkan karena terlalu membandingkan diri kita dengan orang lain, membandingkan pencapaian kita dengan orang lain. Kita akan merasa malu jika tidak dapat seproduktif orang lain, sehingga akan timbul rasa tidak percaya diri. Secara tidak sadar kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain dapat mempengaruhi cara berpikir kita. Sifat ini juga dapat menjauhkan kita dari rasa bersyukur. Selain itu, productivity shame juga dapat disebabkan karena kita selalu mengaitkan harga diri dengan pencapaian. Dengan banyaknya aktivitas atau pekerjaan yang dapat kita selesaikan, kita akan merasa semakin berbangga terhadap diri sendiri. Hal ini bisa saja menjadi sesuatu yang baik, akan tetapi tidak selamanya apa yang kita rencanakan dapat sesuai dengan pencapaian kita. Sehingga sebisa mungkin jangan terlalu mengaitkan apa yang telah kita capai dengan harga diri kita atau dengan kata lain lebih mengedepankan gengsi dalam diri kita terhadap orang lain.
Productivity shame sendiri bukan merupakan suatu gangguan yang dapat mempengaruhi kehidupan, akan tetapi jika hal ini dibiarkan terus menerus dapat mengganggu kesehatan mental. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk tetap menjadi produktif tanpa mengalami productivity shame. Kita harus dapat membedakan kondisi yang selama ini kita alami atau kerjakan merupakan hal yang benar-benar membuat kita produktif atau hanya sekedar merasa sok sibuk. Untuk dapat menghindari productivity shame dapat kita lakukan dengan jangan menilai diri berdasarkan dari banyaknya pekerjaan yang dapat kita selesaikan atau seberapa banyak pencapaian yang dapat diraih. Kita harus dapat lebih memahami makna “cukup” dalam segala hal dan selalu menumbuhkan rasa syukur atas apa yang telah kita lakukan dan dapatkan dalam kehidupan ini.
Selain itu, kita juga harus lebih realistis dalam membuat suatu goals dalam hidup, sesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan kita. Stop buat bandingkan hidup kita dengan orang lain, karena setiap manusia punya takdir dan jalan hidupnya masing-masing. Suatu pepatah mengatakan “Bandingkan diri kamu dengan siapa kamu kemarin, bukan dengan siapa orang lain hari ini”. Jangan lupa untuk selalu menghargai setiap perkembangan dan proses yang telah kita lakukan. Berikan juga hak dirimu untuk istirahat dan menikmati hasil perjuanganmu selama ini.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.