by INBIO
Pengembangan teknologi nanopartikel dewasa ini bukan sekadar tren, tetapi telah menjelma sebagai tonggak utama dalam berbagai penelitian ilmiah dan aplikasi praktis di bidang bioteknologi, kedokteran, dan industri. Kemampuan unik nanopartikel untuk berinteraksi dengan tubuh manusia tanpa menimbulkan reaksi berbahaya menjadikannya pilihan ideal bagi para ilmuwan dan praktisi yang mencari metode inovatif untuk mengatasi tantangan-tantangan medis dan industri. Kuliah Umum bertajuk Application of Nanoparticles in Biotechnology and Biomedics yang diadakan oleh Program Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada pada 17 Oktober 2023 mempertemukan sejumlah pemikir brilian dalam bidang ini, termasuk TS. Dr. Rabiatul Basria S.M.N. Mydin dari Universiti Sains Malaysia. Dr. Rabiatul adalah seorang ilmuwan yang mengabdikan dirinya pada riset dan pengembangan nanopartikel dengan fokus pada aplikasi biomedis yang beragam.
Dalam kuliah umum tersebut, Dr. Rabiatul menguraikan berbagai aspek fundamental dan teknis seputar nanopartikel, dari jenis-jenisnya hingga penerapannya dalam berbagai terapi medis. Nanopartikel tak hanya sekadar partikel kecil, tetapi merupakan unit teknologi dengan karakteristik khusus yang dapat disesuaikan untuk berbagai tujuan. Keunggulan ini terlihat jelas dalam aplikasi nanopartikel untuk terapi gen dan terapi kanker, dua bidang yang sangat membutuhkan solusi efektif untuk mendekati permasalahan pada tingkat molekuler. Dengan bantuan nanopartikel, terapi-terapi ini mampu menargetkan sel atau jaringan yang terkena penyakit dengan presisi yang belum pernah dicapai sebelumnya. Keuntungan tambahan berupa kemampuan theragnostik dari nanopartikel memungkinkan para peneliti mengembangkan agen yang tidak hanya mendeteksi, tetapi juga mengobati penyakit dalam satu langkah.
Proses pembuatan nanopartikel sendiri melibatkan serangkaian karakterisasi untuk memastikan efikasi dan stabilitasnya. Dr. Rabiatul menjelaskan bahwa karakterisasi seperti ukuran partikel, potensi zeta, indeks polidispersitas, dan efikasi entrapmen sangat penting untuk menentukan seberapa baik nanopartikel dapat menembus sel dan jaringan tubuh. Proses ini mirip dengan penyusunan resep obat di mana komponen-komponen harus diukur dan dikombinasikan dengan tepat agar mencapai hasil yang diinginkan. Lebih lanjut, Dr. Rabiatul juga menyoroti pentingnya molekul aksesoris seperti antibodi, aptamer, dan ligan yang dapat ditambahkan ke nanopartikel untuk mengarahkan mereka ke lokasi target dengan lebih tepat. Kombinasi ini meningkatkan keefektifan nanopartikel sesuai dengan jenis penyakit dan lokasi organ sasaran.
Di luar aspek teoretis, penelitian Dr. Rabiatul telah membuahkan hasil konkret dalam bentuk aplikasi praktis yang telah teruji. Salah satu inovasinya yang menonjol adalah pengembangan Titania Nanotube Arrays (TNA) sebagai permukaan nano untuk implan. Teknologi ini terbukti mampu meningkatkan daya tahan implan terhadap korosi dan degradasi biologis, sebuah pencapaian yang signifikan dalam bidang kedokteran implan yang selama ini terhambat oleh masalah ketahanan bahan. TNA memungkinkan implan untuk berfungsi lebih lama di dalam tubuh tanpa menimbulkan efek samping, menjadikannya pilihan yang ideal untuk pasien dengan kebutuhan implan jangka panjang. Penelitian ini membuka peluang besar untuk pengembangan material medis yang lebih aman dan lebih efisien, khususnya bagi pasien yang memiliki risiko infeksi dan komplikasi implan yang tinggi.
Selain itu, Dr. Rabiatul juga telah melakukan penelitian mengenai nanopartikel hibrida, seperti kombinasi ZnO dan CuO untuk pembalut luka atau wound dressing. Material ini memiliki potensi untuk mempercepat proses penyembuhan luka dengan meminimalkan risiko infeksi, sehingga sangat cocok untuk aplikasi di rumah sakit dan klinik kesehatan. Dalam bidang medis, pengembangan bahan ini sangat penting karena infeksi luka adalah salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca-operasi. Dengan pembalut berbasis nanopartikel, infeksi dapat dicegah sejak dini, yang pada akhirnya akan mempercepat proses pemulihan pasien. Riset ini merupakan contoh nyata dari bagaimana nanoteknologi dapat mengubah pendekatan konvensional dalam perawatan medis dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Sebagai seorang ilmuwan yang berdedikasi, Dr. Rabiatul terus mengejar publikasi dan penelitian dengan semangat yang tak pernah surut. Ia mengakui bahwa tantangan dalam melakukan penelitian dan menulis publikasi ilmiah sangat besar, tetapi menurutnya semua itu dapat diatasi dengan konsistensi dan rasa ingin tahu yang mendalam. Pesan yang ia sampaikan pada akhir kuliah umum tersebut mencerminkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan adalah perjalanan panjang yang membutuhkan ketekunan dan semangat untuk terus mencari jawaban dari berbagai pertanyaan yang belum terjawab.
Dengan dedikasinya yang kuat terhadap ilmu pengetahuan dan inovasi, Dr. Rabiatul Basria S.M.N. Mydin telah menjadi panutan bagi generasi peneliti muda yang bercita-cita untuk mengukir prestasi dalam bidang sains. Kuliah umum ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi peserta, tetapi juga menginspirasi mereka untuk turut terlibat dalam penelitian nanopartikel yang memiliki potensi besar untuk menjawab berbagai tantangan di masa depan. Program Studi Bioteknologi UGM telah membuka pintu bagi kolaborasi lintas negara dalam upaya mengembangkan teknologi yang tidak hanya canggih tetapi juga relevan dengan kebutuhan masyarakat.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.