Muhsin artinya orang yang berbuat ihsan. Kata ihsan sendiri berasal dari kata hasuna yang artinya baik atau bagus. Perilaku ihsan seperti yang mendatangkan manfaat dan menghindarkan kemudharatan. Nabi menyebutkan bahwa ihsan bermuara pada peribadahan dan muwajahah, dimana ketika sang hamba mengabdikan diri kepada-Nya, seakan-akan bertatap muka dan hidup bersama dengan-Nya, sehingga seluruh perilakunya menjadi baik dan bagus.
Kepribadian muhsin adalah kepribadian yang dapat memperbaiki dan mempercantik individu, baik berhubungan dengan diri sendiri, sesamanya, alam semesta dan kepada Tuhan yang diniatkan hanya mencari ridhanya.
Dalam studi tematik Qur’ani ditemukan beberapa indikator ihsan:
- Berserah diri kepada Allah agar terhindar dari rasa takut (phobia) dan sedih hati (Q.S al-Baqarah: 112).
- Menahan amarah dan suka memaafkan (Q.S Ali Imran: 134).
- Berdamai, memiliki rasa empati dan tidak berbuat acuh tak acuh (Q.S an-Nisa’: 128).
- Tidak membuat atau mencari-cari masalah (kerusakan), melainkan memohon maaf dengan harap-harap cemas (pada pasangannya) (Q.S al-A’raf: 56).
- Membalas dengan berbuat baik, agar kejelekannya ditutup dan hilang dengan kehadiran perbuatan baik (Q.S Yunus: 26).
- Bersabar dan tabah menghadapi persoalan (Q.S Hud: 115).
- Bertakwa dan mencari hikmah yang terkandung di dalam persoalan dengan diikuti penambahan ilmu (Q.S Yusuf: 22 dan 90, al-Qashash: 14).
- Saling menasihati agar terhindar dari perbuatan mungkar dan keji (Q.S an-Nahl: 90).
- Rela berkorban untuk menambah ketakwaan dan keutuhannya (Q.S al-Hajj: 37).
- Mencari, menggunakan, dan memanfaatkan pemberian Allah (fitrah bercinta) secara baik (Q.S al-Qashash: 77).
- Berusaha keras mencari dan menempuh jalan Allah (dalam bercinta) agar terhindar dari jurang kesesatan (Q.S al-Ankabut: 69).
- Berusaha mendapatkan petunjuk dan rahmat-Nya agar keutuhan cintanya menjadi semakin kokoh (Q.S Luqman: 3).
- Memegang janji setia atau komitmen bersama dan tidak berusaha mengingkarinya (Q.S Luqman: 22).
- Tidak berbuat zalim (aniaya) terhadap pasangannya (Q.S Ahqaf: 12).
Kepribadian muhsin dapat dibentuk dengan dua pola:
- Pola umum, yaitu segala perilaku baik, yang dapat mempercantik diri manusia yang objeknya tidak terbatas pada subjek tertentu. Pola umum ini antara lain perilaku syukur, sabar, tawakal, pemaaf, iffah, dan sebagainya.
- Pola khusus, yaitu segala perilaku baik yang dapat mempercantik diri manusia yang objeknya ditujukan pada subjek tertentu. Misalnya perilaku baik khusus pada Allah SWT, perilaku hormat anak pada orang tuanya, perilaku sayang orang tua kepada yang lebih muda, perilaku taat istri kepada suami dan sebaliknya, perilaku santun guru kepada muridnya, perlakuan baik majikan kepada pembantunya, berbuat baik kepada tetangga, berbuat baik kepada sesama manusia, sesama agama, sesama hamba Allah, dan seterusnya.
Untuk mencapai kepribadian muhsin terdapat tiga pola yang bisa diterapkan:
- Pola hierarki, untuk mencapai kepribadian muhsin seseorang bisa melakukannya melalui karakter yang memiliki tahapan-tahapan. Seperti yang dikenal dalam dunia psikosufistik yang disebut maqamat. Contoh: seseoarang untuk mencapai kepribadian muhsin, individu yang memiliki karakter taubah, diteruskan dengan zuhud, sabar, faqir, tawadhu, takwa, tawakkal, ridha, cinta, dan berakhir pada ma’rifah.
- Pola proposional, dimana seseorang dapat memiliki bagian-bagian dari kepribadian muhsin menurut keadaan yang dialami, tidak menuntut adanya tata urut. Contoh: seseorang yang memiliki sifat-sifat agresif dan pemarah maka sabar merupakan karakter muhsin yang harus ditanamkan dalam dirinya.
- Pola elektis, menggunaka semua bentuk-bentuk kepribadian muhsin secara campuran dan simultan. Contoh: seorang yang materialis sesungguhnya dia tidak memiliki sifat zuhud, sabar, faqir, tawakkal dan ridha. Untuk menghilangkan sifat materialisnya itu, dia harus melakukan kelima karakter muhsin secara bersamaan.
Secara singkat kepribadian muhsin adalah:
- Merasa melihat Allah SWT.
- Meyakini Allah Maha Melihat dan mengawasi makhluk.
- Segera bertaubat jika salah.