by INBIO
Vape atau rokok elektrik merupakan sediaan rokok yang mengubah nikotin menjadi uap melaui proses pemanasan, bukan membakar sebagaimana yang dilakukan oleh rokok konvensional. Karena menghasilkan nikotin dalam bentuk uap itulah maka WHO (World Helath Organization) menyebut vape sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS).
Sejak dikembangkan dipenghujung tahun 2000 , vape dianggap sebagai pilihan yang lebih baik bagi perokok. Banyak pihak meyakini jika vape atau rokok elektronik lebih aman sehingga beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi perokok elektronik terus mengalami peningkatan. Hal tersebut mendorong FDA di Amerika Serikat melakukan penelitian tentang rokok elektronik pada tahun 2009. Dan hasilnya sangat bertolak belakang dengan anggapan masyarakat pada umumnya, vape ternyata mengandung senyawa Tobacco Spesific Nitrosamin (TSNA) dan Diethylene Glycol (DEG) yang bersifat toksik serta karsinogenik.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga merilis beberapa dampak penggunaan rokok elektronik bagi kesehatan, tiga diantaranya adalah sebagai berikut:
Selain itu klaim aman yang melekat pada vape dapat meningkatkan jumlah perokok pemula di kalangan remaja, dan mempengaruhi orang-orang yang berusaha berhenti merokok konvensional untuk melakukan aktifitas merokok lagi. Meskipun dampak buruk merokok tidak datang seketika, tetapi dapat dipastikan bahwa masalah kesehatan yang ditimbulkannya akan menghampiri para penggunanya, cepat atau lambat hanyalah masalah waktu.
Dilansir dari berbagi sumber.
Sumber gambar: kompas.com
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.