by INBIO
Beberapa waktu yang lalu beredar data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut sebanyak 42% korban pinjol berprofesi sebagai guru. Kemudian diikuti dengan korban PHK 21%, ibu rumah tangga 18%, karyawan 9%, pedagang 4%, pelajar 3%, tukang pangkas rambut 2%, dan pengemudi ojek online 1%.
CEO & Principal Zapfinance Prita Hapsari Ghozie mengungkapkan pihaknya banyak mendapatkan kasus guru terjerat utang pinjaman online (pinjol). Prita mengatakan bahwa masing-masing orang memiliki situasi keuangan yang berbeda-beda. Latar belakang pinjol juga tak hanya soal gaji yang kecil.
"Ada cashflow-nya tidak lancar, pembayaran honorer guru terlambat, kebanyakan generasi sandwich, untuk gaya hidup karena tergoda paylater. Atau untuk beli laptop gadget kebutuhan mengajar pada pandemi kemarin, itu mau nggak mau untuk mengajar, banyak dari situ," tuturnya. (Detikedu, 24 Nov 2023)
Hal ini mengungkap beberapa kondisi;
Pertama, guru masih mengalami kendala ekonomi. Kebutuhan 1,3juta guru ASN diselesaikan dengan pengangkatan PPPK dengan alasan untuk menghemat anggaran. Masih banyak guru honorer yang mengajar dengan upah sangat rendah, bahkan tak cukup meski hanya untuk sekedar untuk bertahan hidup. Pengangkatan PPPK yang memiliki waktu kontrak singkat, yaitu minimal satu tahun, masih memunculkan kecemasan tentang keberlanjutan kontrak, pemotongan tunjangan, hingga gaji yang tertunda bayar hingga berbulan-bulan.
Kedua, kelebihan beban jam mengajar. Ada anggapan bahwa dalam Kurikulum Merdeka siswa belajar lebih mandiri hingga tidak membutuhkan banyak guru, karena itulah di beberapa daerah Pemda tidak mengusulkan lebih banyak guru PPPK. Dengan kondisi ini, guru yang secara fakta memiliki gaji kecil, juga tidak memiliki waktu dan tenaga lebih untuk menambah penghasilan mereka.
Ketiga, beban digitalisasi guru. Pengenalan Platform Merdeka Belajar (PMM) yang dianggap produk inovasi untuk meringankan tugas, ternyata tak sedikit yang memunculkan tekanan pada guru. Platform ini memilki sederet tugas yang harus dikerjakan sebagai indikator capaian keberhasilan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Kebijakan ini menambah stress pada guru yang tidak mampu mengejar kemajuan tekhnologi, yang belum memiliki gawai yang memadai, ataupun koneksi internet yang baik. Akhirnya, guru melakukan segala cara agar bisa melaksanakan tugasnya termasuk terjerat dalam pinjol ataupun membayar jasa pihak lain untuk menyelesaikan urusan administratif.
Merdeka Belajar dan Kapitalisasi Dunia Pendidikan
Merdeka belajar memberikan ruang bagi sekolah, siswa, dan guru untuk berinovasi, serta belajar dengan mandiri dan kreatif.
Dengan dasar pemikiran itulah, dianggap siswa lebih banyak belajar mandiri, sehingga peran guru tak lagi dianggap sentral. Pemerintah tidak mau mengeluarkan dana banyak untuk menggaji guru sesuai standar dengan rekrutmen ASN. Justru sebaliknya, pemerintah melakukan penghematan anggaran dengan menutup mata terhadap kebutuhan guru, dibanding meningkatkan taraf ekonomi guru, dan malah menambah beban jam mengajar mereka.
Proyek digitalisasi juga memunculkan pihak ketiga, perusahaan edutech yang menjadi perantara guru dan siswa, termasuk mengadakan pelatihan berbayar untuk guru.
Kurikulum merdeka ternyata tidak memerdekakan guru. Dengan sistem kapitalistik, kondisi guru justru semakin terbebani, dan kehidupannya semakin jauh dari kata sejahtera.
Alih-alih berinovasi dan menjalankan pembelajaran yang bermutu, guru semakin terjebak dalam beban yang seharusnya bukan menjadi tugas utamanya, bahkan tak sedikit yang stress dengan beratnya beban ekonomi hingga terjerat pinjol.
Islam memerdekakan Guru
Merdeka dalam konsep Islam adalah membebaskan manusia dari penghambaan kepada selain Allah.
"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menggambarkan diri kepadaKu" (TQS Adz Dzariyat : 56)
Karena itulah, Sistem pendidikan Islam mendukung guru menjadi hamba yang merdeka, sekaligus mendukung setiap proses pendidikan yang membentuk peserta didik yang hanya menghambakan diri kepada Allah, bukan yang lain.
Guru adalah sosok yang penting, bukan hanya perannya dalam mentransfer ilmu pengetahuan, tapi juga pembentukan kepribadian. Guru juga memiliki peranan untuk mendorong peran setiap peserta didik, memberikan andil dalam kemajuan peradaban ketika mereka terjun ke tengah masyarakat nantinya.
Karena itulah, segala hal yang bisa menghambat tugas guru harus dijauhkan, termasuk perkara pembebanan tugas administratif yang berlebihan. Setiap guru memahami dengan benar misi pendidikan Islam dan berjalan dengan visi dan misi itu, bukan memenuhi benaknya semata untuk mengejar materi. Alih-alih mendidik, guru yang memenuhi otaknya dengan materi akan cenderung menjadikan pendidikan sebagai ladang bisnis ala kapitalis.
Kurikulum Islam hendaknya juga ditetapkan bersifat baku. Selama sudah mencakup visi pendidikan Islam, tidak akan berubah hanya karena perubahan pemimpin. Jika konsep sudah jelas, tidak akan ada banyak perubahan yang bisa menyita waktu dan fokus guru diluar tugas utamanya.
Sistem kurikulum yang baku bukan berarti tidak ada ruang untuk melakukan inovasi dan konstektualisasi. Justru sebaliknya, dorongan pemahaman bahwa ilmu untuk diamalkan akan menjadikan kreatifitas guru dan pelajar berkembang dan mendorong mereka untuk memikirkan solusi atas setiap masalah yang terjadi di tengah masyarakat.
Pentingnya peran guru ini hanya akan berjalan dengan baik dengan adanya jaminan penuh negara terhadap kebutuhan layanan pendidikan yang meliputi; fasilitas pendidikan, operasional pendidikan, termasuk penyediaan guru yang cukup dengan tunjangan yang mampu memenuhi setiap kebutuhan hidup guru. Dengan begitu guru akan leluasa melakukan proses belajar mengajar tanpa perlu memikirkan cara bertahan hidup, apalagis ampai terjerat hutang pinjol. Wallahualam.
Sumber gambar : Bing AI
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.