by INBIO
IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN STEAM PADA KURIKULUM MERDEKA
Roslinta Munte, S.Pd
Pendidikan adalah upaya setiap orang untuk mempersiapkan diri melalui kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan potensi, kemampuan, dan bakat yang dimilikinya. Kegiatan-kegiatan ini harus memungkinkan setiap orang untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasilnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan berkembang dengan sangat cepat. Namun, beberapa masalah sosial dan lingkungan, seperti peningkatan iklim, tidak dapat diselesaikan dengan hanya satu bidang ilmu. Oleh karena itu, mengintegrasikan berbagai bidang ilmu secara kreatif dipandang sebagai kebutuhan global (Kim dan Lee, 2018).
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) membuat kebijakan untuk membangun Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini diberikan kepada sekolah sebagai opsi tambahan selama pemulihan pembelajaran terkait kurikulum nasional. Kebijakan ini akan dikaji ulang pada tahun 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran. Dibahas tentang situasi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyak hambatan yang memengaruhi proses pembelajaran di sekolah, yang memiliki dampak yang signifikan. Kurikulum 2013, yang digunakan sebelum pandemi, hanya digunakan oleh satuan pendidikan. Namun, selama pandemi, Kemendikburistek menetapkan kebijakan untuk menggunakan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat sebagai rujukan kurikulum. Sebelum pandemi, Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan penggunaan Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak (SP). Kurikulum 2013 kemudian disederhanakan menjadi kurikulum darurat, yang membuat pembelajaran lebih mudah dengan materi yang penting. Kurikulum bebas SP, yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2021, menjadi angin segar dalam upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran.
Dibutuhkannya penerapan metode pembelajaran yang tepat sasaran dalam pengembangan Kurikulum Merdeka di SP. Salah satu penerapan metode pembelajaran yang dapat saling berintegrasi dan diaplikasikan di Kurikulum Merdeka yaitu STEAM (Science, Technology, Engineering, Art and Math) (Bahrum et al., 2017; El-Deghaidy dan Mansour, 2015; Taylor, 2016). Pembelajaran STEAM dapat mendorong peserta didik dalam mengembangkan keterampilan abad 21 dan dinilai sebagai pendekatan interdisiplin yang dapat mencakup seluruh proses pendidikan sehingga dapat memotivasi peserta didik dalam pembelajaran di sekolah (Park et al., 2016; Henriksen et al., 2019; Land, 2013).
Pembelajaran STEAM menjadi penting karena praktik pada STEAM dapat mendorong pembelajaran mandiri, tanggung jawab sosial, dan pemecahan masalah yang kreatif dalam pembelajaran terintegrasi secara transdisiplin (Rolling, 2016; Liao, 2016). Pembelajaran dengan pembelajaran STEAM mengintegrasikan materi pembelajaran secara transdisiplin dengan melibatkan kreativitas dan pengembangan pemikiran transdisiplin peserta didik dalam proses penyelesaian masalah yang rumit (Costantino, 2018; Henriksen et al., 2019; Nicolescu, 2018).
Beberapa penelitian mengenai praktik dan persepsi guru terhadap pembelajaran STEAM telah dilakukan salah satunya pada pembelajaran matematika dan IPA di sekolah dasar yang memiliki persepsi positif terhadap pembelajaran STEAM yang memperhatikan karakteristik perkembangan, perbedaan individu, kecerdasan, dan preferensi belajar para peserta didik. Di samping persepsi positif, guru memiliki kekhawatiran terhadap kesiapan mereka dalam mengimplementasikan STEAM dalam mengembangkan keterampilan abad 21 di kelas (Mansour, 2015). Tantangan yang dihadapi dalam implementasi STEAM oleh guru yaitu tantangan kurikulum, tantangan struktural, kekhawatiran tentang peserta didik, kekhawatiran tentang penilaian, dukungan dari sesama guru dan tantangan dalam mengintegrasikan teknologi (Margot et al., 2019; Li et al., 2020).
Dalam penerapannya, Pembelajaran STEAM membutuhkan sebuah refleksi atau evaluasi sehingga dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu, pembelajaran STEAM dapat mengembangkan keterampilan peserta didik dalam sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika hanya dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan. Pembelajaran STEAM dapat membuat peserta didik berpikir kreatif, memecahkan masalah, dan berpikir ilmiah. Pembelajaran STEAM memberikan banyak manfaat terutama dalam suatu metode dan model pembelajaran yang diterapkan ketika didalam kelas dan dapat membantu dalam melaksanakan pembelajaran yang menarik sehingga dapat dengan mudah meningkatkan motivasi peserta didik ketika belajar (Kim dan Lee, 2018; Park et al., 2016; Kartini dan Widodo, 2020; Riyanti et al., 2020).
Salah satu tujuan dari pembelajaran STEAM yaitu seorang peserta didik dapat dengan mudah mengasah kemampuan atau pengetahuannya agar terus meningkat atau terus berkembang sehingga dalam pembelajaran STEAM ini mendapatkan hasil yang baik. Selain itu, manfaat penerapan pembelajaran STEAM di kelas yaitu sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas peserta didik atau meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam kegiatan sehari-hari. Alasan metode STEAM dapat meningkatkan kreativitas peserta didik di kelas yaitu pembelajaran berbasis STEAM dapat melatih peserta didik menggunakan teknologi untuk menerapkan pengetahuan sebagai bentuk pemecahan masalah berbasis lingkungan mereka, serta guru dapat mendorong peserta didik untuk mendesain, memanipulatif dan afektif dalam mengaplikasikan pengetahuan, serta mendorong peserta didik untuk mengikuti imajinasi mereka dan berkreasi yang membentuk pola pikir kreatif yang sangat baik.
Daftar Pustaka
Bahrum, S., Wahid, N., & Ibrahim, N. (2017). Integration of STEM education in Malaysia and why to STEAM. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 7(6), 645-654.
Costantino, T. (2018). STEAM by another name: Transdisciplinary practice in art and design education. Arts education policy review, 119(2), 100-106.
El-Deghaidy, H., & Mansour, N. (2015). Science teachers’ perceptions of STEM education: Possibilities and challenges. International Journal of Learning and Teaching, 1(1), 51-54.
Henriksen, D., Mehta, R., & Mehta, S. (2019). Design thinking gives STEAM to teaching: A framework that breaks disciplinary boundaries. Steam education: Theory and practice, 57-78.
Kartini, D., & Widodo, A. (2020, April). Exploring Elementary Teachers', Students' Beliefs and Readiness toward STEAM Education. In Elementary School Forum (Mimbar Sekolah Dasar) (Vol. 7, No. 1, pp. 58-69). Indonesia University of Education. Jl. Mayor Abdurachman No. 211, Sumedang, Jawa Barat, 45322, Indonesia. Web site: https://ejournal. upi. edu/index. php/mimbar/index.
Kim, S. W., & Lee, Y. (2018). An investigation of teachers’ perception on STEAM education teachers’ training program according to school level. Indian Journal of Public Health, 9(9), 256-263.
Land, M. H. (2013). Full STEAM ahead: The benefits of integrating the arts into STEM. Procedia Computer Science, 20, 547-552.
Li, Y., Wang, K., Xiao, Y., & Froyd, J. E. (2020). Research and trends in STEM education: A systematic review of journal publications. International journal of STEM education, 7(1), 1-16.
Mansour, N. (2015). Science teachers’ perceptions of STEM education: Possibilities and challenges. International Journal of Learning and Teaching, 1(1), 51–54. doi.org/ 10.18178/ijlt.1.1.51-54
Margot, K.C., Kettler, T., & Margot, K.C. (2019). Teachers ’ perception of STEM integration and education: A systematic literature review. International Journal of STEM Education, 6, 1– 16.
Nicolescu, B. (2018). The transdisciplinary evolution of the university condition for sustainable development. In: Fam D., Neuhauser L., Gibbs P. (eds) Transdisciplinary Theory, Practice and Education, 73-81. Springer, Cham.
Park, H., Byun, S. Y., Sim, J., Han, H. S., & Baek, Y. S. (2016). Teachers’ perceptions and practices of STEAM education in South Korea. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 12(7), 1739-1753.
Riyanti, E. D., Roshayati, F., & Purnamasari, V. (2020). The profile of elementary teachers’ understanding in STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics) Approach. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 4(4), 678-689.
Taylor, P. C. (2016). Why is a STEAM curriculum perspective crucial to the 21st century?. In 14th Annual conference of the Australian Council for Educational Research.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.