by INBIO
DEBAT ISTILAH ISLAM NUSANTARA LEWAT HASTAG INSTAGRAM
Beberapa waktu yang lalu ramai diperbincangkan tentang istilah Islam Nusantara baik di televisi, surat kabar dan media sosial walaupun istilah tersebut telah dikenal cukup lama ada di wilayah nusantara. Namun istilah Islam Nusantara ini muncul lagi dibahas masyarakat ketika dijadikan tema utama pada Muktamar Nahdatul Ulama (NU) ke-33 di Jombang Jawa Timur yang kegiatannya dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 15 Agustus 2015.
Kita harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan nusantara itu, negara-negara manakah yang masuk dalam nusantara. Nusantara berasal dari bahasa sanskerta yang terdiri dari kata nusa yang artinya pulau dan antara artinya luar atau seberang. Jadi Nusantara adalah pulau-pulau yang diluar atau seberang. Pulau yang diluar atau seberang maksudnya pulau di luar jawa yaitu pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Kata Indonesia berasal dari bahasa latin yaitu indus yang berarti India dan nesos yang berarti pulau. Indonesia adalah pulau yang berada dibalik India.Dalam bahasa Arab, Indonesia diterjemahkan menjadi Aljuzur Al-India. Aljuzur atau jazirah artinya pulau. Selain Indonesia, negara-negara yang berada dibalik India yaitu Thailand, Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Filipina, Vietnam.
Pulau-pulau kecil yang berada dibalik India sebelum datangnya penjajahan barat bernama Nusantara. Pada masa kerajaan Sriwijaya, kekuasaannya sampai ke Kamboja, Laos, Vietnam, Filipina, Thailand. Dan pada masa kerajaan Majapahit menyatukan nusantara.
Berbicara tentang Islam, tak ada bedanya antara Islam yang ada di Mekah, Madinah, Timur Tengah dan negara-negara lain di belahan bumi ini karena sama-sama bersyahadat Asyhadu an laa ilaaha illallahu, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.
Hadirnya istilah Islam Nusantara itu sebenarnya untuk memberitahukan kepada dunia bahwa Islam yang ada di Nusantara ini memiliki ulama-ulama yang berkaliber internasional yang hapal Al-Qur’an dan Hadist bukan Islam yang hanya mengekor dan copy paste.
Ulama Nusantara yang pertama menterjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Melayu adalah Syech Abdurra’uf Al-Singkili yang biasa dipanggil Syech atau Syiah Kuala berasal dari Singkel Aceh. Ulama besar lainnya yaitu Syech Abdul Muhi Pamijahan berasal dari Jawa Barat. Selanjutnya ada Syech Yusuf Al-Makassari yang berasal dari Makassar Sulawesi. Syech Burhanuddin dari Ulakan Sumatera Barat. Ulama tafsir yang juga sebagai Syaid Ulama Al-Hijaz (pemimpin Mekkah Madinah) yaitu Syech Muhammad Nawawi Al-Bantani dari Banten Jawa Barat. Ulama hadist Syech Mahfud Attermasi dari Pacitan Jawa Tengah. Dan Imam besar Masjidil Haram dan Mufti Mahzab Syafe’i bernama Syech Ahmad Khatib Al-Mingkabawi berasal dari Minangkabau Sumatera Barat.
Hal ini membuktikan sebelum ada jaringan internet, ulama-ulama nusantara sudah memiliki jaringan ulama, mereka dapat saling berkomunikasi. Mengkaji Islam di Nusantara tujuannya adalah untuk membangkitkan semangat anak-anak muda bahwasanya kita bukan Islam yang mengcopy paste yang hanya mengikuti ulama-ulama Timur Tengah akan tetapi orang-orang Islam yang ada di Nusantara adalah orang-orang yang cerdas, jadi tidak ada alasan tidak mengerti tentang Islam dengan dalih bahwa kita bukan orang Arab, karena kita orang Nusantara punya kualitas keIslaman, cara berfikir dan kekuatan hapalan yang tak kalah dengan mereka. Bercerita tentang Islam di Nusantara adalah bercerita tentang ulama-ulama dan tentang penyebaran Islam.
Ada 5 (lima) cara atau isu atau modus untuk merusak Islam di Nusantara, yaitu :
Berhati-hatilah dengan modus yang dilancarkan terhadap Islam di Nusantara terutama merusak akhlak melalui internet. Bijaklah untuk bersosial media.Jangan sampai terprovokasi dengan isu yang dikemas sedemikian rupa, seperti isu #IslamNusantara yang marak di Instagram, jutaan warganet yang pro dan kontra dengan istilah tersebut.
Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Dawam Multazamy Rohmatullah dkk pada tahun 2021 dengan menganalisis sejumlah 344.000 tagar #IslamNusantara di Instagram. Dimana artikel mereka mengantisipasi bahwa kontestasi daring di antara komunitas Muslim Indonesia belum akan segera berakhir, terlebih dengan adanya kolam minat (interest pool) baru: #islamnusantara. Dawam,dkk (2021) menyimpulkan bahwa perdebatan atau silang pendapat di media sosial tentang Islam Nusantara tidak bisa dilepaskan dari kontestasi sejarah dalam konteks umat Islam di Indonesia. Kehadirannya di media sosial baru seperti Instagram, hanyalah perpanjangan dari platform untuk kontes yang secara tradisional ada sebelum lahirnya internet. Di media sosial Instagram, dimana kontes hashtag #IslamNusantara dan variannya seperti :
#islamnusantarasesat
#islamnusantaracenter #islamnusantarauntukperadabandunia #islamnusantaraberkah #islamnusantaraberkemajuan #islamnusantaraaswaja #islamnusantara_official #islamnusantaracentre #islamnusantarabukanagama
#islamnusantarauntukperdamaiandunia #islamnusantaraa #islamnusantara2
#islamnusantarabangkit #islamnusantaradamai #islamnusantarakedokliberal #islamnusantaraindonesia #islamnusantaraagendapenjajah #islamnusantarayangmendunia #islamnusantaracivilization #islamnusantarasejati
#islamnusantarajaya
menjadi trending topik dalam kolam minat (interest pool) kepentingan bersama. Bukan hanya antara mereka yang mensupport dan beragumen tentang gagasan atau ide Islam Nusantara tersebut tetapi juga antara mereka yang bersimpati dan melontarkan pendapat kritis. Motif atau sikap umum yang muncul dalam postingan kolam minat (interest pool), yaitu praduga atau serangan (ofensif), klarifikasi (defensif dan ofensif), dan informasi (netral). Dilihat dari sudut tren dan kontinuitas, mesti diantisipasi bahwa kontestasi atau debat via medsos instagram ini akan terus berlanjut berkat tumbuhnya semangat untuk menunjukkan kepedulian dari suatu gerakan sosial melalui aktivitas di dunia maya (kliktivisme/clicktivism) dan perkembangan teknologi media baru di masa akan datang.
Sumber : https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/article/view/16952
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.