Syahputra Wibowo namanya, mahasiswa Program Doktor Jurusan Biologi Universitas Brawijaya yang masih berusia 26 tahun ini berhasil meraih gelar doktornya pada bulan Juli 2022.
Putra, begitu sapaannya, adalah awardee program beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Putra dulunya merupakan mahasiswa S1 jurusan Biologi UB angkatan tahun 2013 yang mampu menyelesaikan studinya dalam waktu 3,5 tahun.
Dia berhasil memperoleh gelar doktor di usianya yang masih terbilang muda ini karena mampu menempuh studi S2 selama 1 tahun dan S3 selama 3 tahun.
“PMDSU adalah beasiswa magister menuju doktoral untuk sarjana unggul, jadi saya menyelesaikan program S2 satu tahun dan S3 tiga tahun", ucapnya dikutip dari laman kampus.
Dia menyelesaikan kuliah doktoralnya melalui diseminasi tanpa ujian terbuka disertasi dan meraih IPK 4,00.
Dia juga merupakan penerima beasiswa Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional untuk mahasiswa S3. Melalui program tersebut, dia melakukan penelitian kolaboratif atau joint research dengan universitas di Italia dan Jepang.
"Host university di Italia yang menjadi wadah research saya adalah Universita Degli Studi di Siena, di bawah bimbingan Prof. Rebecca Pogni, Ph.D., Jessica Costa, Ph.D., dan Maria Camilla Baratto, Ph.D.," ujar Putra.
"Universitas tersebut merupakan salah satu universitas tertua di Eropa di mana dibangun pada tahun 1240 dan telah melahirkan berbagai tokoh hebat dunia," lanjutnya.
Selain melakukan penelitian di Universita Degli Studi, dia juga melakukan riset co-kolaborasi dengan Hiroshima University di bawah arahan Prof. Koichi Matsuo.
Hasil penelitiannya yang dilakukan dalam program joint research tersebut berhasil terbit di jurnal Q1 Scopus dengan H-Index 195 dan Impact Factor 5.925. selain itu hasil penelitiannya juga berhasil terbit di jurnal Q2 (1 jurnal), Q3 (2 jurnal), proceeding scopus (1 proceeding) dan SINTA 2 (1 jurnal).
"Saya telah mendapatkan hak kekayaan intelektual (HKI) dari pemerintah Indonesia dengan masa perlindungan 50 tahun. Untuk HKI saya mendapatkan perlindungan atas karya jurnal yang berjudul 'DFT and molecular dynamics studies of astaxanthin-metal ions (Cu2+ and Zn2+) complex to prevent glycated human serum albumin from possible unfolding'," imbuhnya.
Setelah lulus studi doktornya dia ingin mengabdi kepada Indonesia sebagai dosen terlebih dahulu, sebelum nantinya dia juga berencana akan melakukan kolaborasi research dengan pihak luar negeri lagi.
Dia juga bersyukur telah mendapat kesempatan berharga untuk menempuh pendidikan tinggi dari Ditjen Dikti Kemendikbud Ristek terkait beasiswa PMDSU untuk studi magister hingga doktoral di UB.
"Kesempatan yang sangat berharga ini akan menjadi batu loncatan saya dalam berkarier menjadi dosen serta peneliti dan turut membangun negeri," tutur pria yang menganggap bahwa pendidikan merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam hidup tersebut.
Hebat sekali bukan? Siapa yang tidak terkesan dengan prestasinya. Semoga kita semua bisa mempelajari ketekunannya dalam belajar ya.
Sumber : prasetya.ub.ac.id; kompas.com; detik.com
Sumber Gambar : prasetya.ub.ac.id
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.