by INBIO
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Nature Communications mengungkap fenomena iklim ekstrem yang disebut rapid temperature flips—perubahan suhu yang tiba-tiba dari panas ke dingin atau sebaliknya dalam waktu sangat singkat. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi manusia dan ekosistem karena tidak memberikan waktu cukup untuk beradaptasi terhadap dua ekstrem yang kontras. Studi ini menganalisis data global dari tahun 1961 hingga proyeksi tahun 2100, memberikan gambaran menyeluruh tentang seberapa sering, cepat, dan kuatnya perubahan suhu ekstrem ini terjadi dan akan terus meningkat.
Peneliti menemukan bahwa transisi dari panas ke dingin lebih sering terjadi setelah cuaca basah dan berawan, sementara transisi dari dingin ke panas cenderung terjadi saat kondisi lebih kering dan cerah. Dari seluruh wilayah yang dipantau oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), lebih dari 60% sudah mengalami peningkatan frekuensi, intensitas, dan kecepatan perubahan suhu sejak 1961. Tren ini diperkirakan akan meluas ke hampir seluruh wilayah dunia pada akhir abad ini.
Dalam skenario iklim terburuk (SSP5-8.5), antara tahun 2071 hingga 2100, terjadi peningkatan frekuensi rapid flips sebesar 6,73–8,03%, peningkatan intensitas sebesar 7,16–7,32%, dan durasi transisi yang semakin cepat—berkurang 2,47–3,24% dibandingkan periode 1961–1990. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan suhu ekstrem akan terjadi lebih sering, lebih intens, dan lebih cepat dari sebelumnya.
Dampak terhadap populasi juga sangat signifikan. Paparan global terhadap fenomena ini diperkirakan meningkat lebih dari dua kali lipat, dan lebih buruk lagi bagi negara berpendapatan rendah, yang tingkat eksposurnya bisa mencapai 4 hingga 6,5 kali lebih besar dari rata-rata global. Negara-negara ini memiliki sumber daya terbatas untuk merespons krisis iklim, sehingga kerentanan sosial dan ekonomi akan semakin meningkat.
Temuan ini memperkuat urgensi untuk lebih memahami fenomena iklim ekstrem ini dan segera mengambil tindakan mitigasi. Rapid temperature flips bukan hanya sekadar perubahan cuaca, tetapi merupakan ancaman nyata terhadap ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, dan stabilitas lingkungan global. Dunia perlu lebih siap menghadapi pola iklim yang makin tak menentu di era pemanasan global.
Original Article: https://doi.org/10.1038/s41467-025-58544-5
Ayo publikasikan artikel ilmiahmu di website generasipeneliti.id secara gratis!
Hubungi kami di WhatsApp +62 822-5828-1664 (Afifah)
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.