by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Dintya Ivantarina                 
609 0 2
Sains dan Teknologi August 15 4 Min Read

Mengenal Preeklampsia Sebagai Penyebab Kematian Ibu Tertinggi Di Indonesia




Sudahkah Anda mengenal preeklampsia yang selalu disebut sebagai penyebab kematian ibu nomor 2 di Indonesia sampai saat ini?????? Tentu bagi tenaga kesehatan mendengar diagnosis preeklampsia bukanlah hal yang asing karena sangat sering dijumpai sebagai salah satu kasus terbanyak pada kondisi kegawatdaruratan maternal. Menariknya, preeklampsia hanya terjadi pada kondisi kehamilan saja dan gejalanya akan menghilang ketika terminasi kehamilan telah dilakukan. Bagi orang awam mari kita kenali lebih dalam mengenai definisi dan penyebab preeklampsia di bawah ini:

Apakah Preeklampsia?

Preeklampsia adalah gangguan hipertensi yang dapat terjadi pada kehamilan dan disertai dengan proteinuria (protein dalam urine) terjadi pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Preeklampsia lebih sering terjadi pada usia kehamilan > 34 minggu (late onset) dibanding preeklampsia yang terjadi pada usia kehamilan < 34 minggu (early onset). Namun, preeklampsia onset dini menunjukkan tingkat peradangan yang parah dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin sehingga memiliki hasil ibu dan janin yang lebih buruk.

Bagaimana Preeklampsia Bisa Terjadi Pada Ibu Hamil?

Preeklampsia disebabkan oleh adanya disfungsi pada plasenta yang menyebabkan ketidakseimbangan faktor angiogenik dan antiangiogenik yang bersikulasi di dalam tubuh ibu hamil sehingga menyebabkan kerusakan endotel berefek pada gangguan sirkulasi sistemik dengan hasil akhir hipertensi, gangguan sirkulasi di ginjal dengan hasil akhir proteinuria, gangguan sirkulasi otak dengan hasil akhir eklampsia (kejang) dan gangguan sirkulasi di hati dengan hasil akhir sindrom HELPP (pecahnya sel darah merah atau hemolisis (H), kerusakan hati atau elevated liver enzymes (EL) dan penurunan jumlah trombosit atau low platelets count (LP).

Preeklampsia berat termasuk kondisi berbahaya yang memerlukan penanganan serius untuk menstabilkan kondisi ibu. Ibu hamil dengan preeklampsia harus mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan yang memiliki teknologi dan tenaga kesehatan profesional yang lebih kompeten di bidang tersebut. Fasilitas kesehatan yang harus dimiliki untuk menangani kasus ini yaitu ruang resusitasi untuk stabilisasi pasien dan pemberian ventilasi mekanis atau intubasi untuk perawatan kesehatannya. Sehingga banyak kasus preeklampsia dilakukan rujukan di fasilitas kesehatan sekunder atau tersier yang wajib memiliki syarat antara lain memiliki perawatan intensif maternal (Intensive Care Unit), perawatan intensif neonatal (Neonatal Intensive Care Unit), kamar operasi beserta timnya dan tim anestesi yang siap 24 jam.

Bagaimana Penatalaksanaan Kasus Preeklampsia Berat?

Terminasi kehamilan dianjurkan bila usia kehamilan telah mencapai 37 minggu. Namun, untuk pasien dengan preeklamsia berat dan kondisi tidak stabil maka pada usia kehamilan 34 minggu atau lebih sudah cukup dan direkomendasikan untuk melahirkan setelah dilakukan stabilisasi pada ibu. Metode terminasi kehamilan yang paling banyak digunakan adalah seksio sesaria dengan perawatan kesehatan maternal dilakukan di ruang perawatan intensif (ICU).

Komplikasi yang ditimbulkan oleh preeklampsia tidak bisa disepelekan begitu saja. Selain menyebabkan kesakitan bagi ibu di masa kini maupun mendatang juga bisa berefek jangka pendek maupun jangka panjang pada bayi yang dilahirkan. Fatalnya, terlambat dalam melakukan pertolongan akan menyebabkan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Apakah Komplikasi Yang Terjadi Pada Ibu Akibat Preeklampsia?

Komplikasi preeklampsia yang dapat terjadi pada ibu yaitu edema paru, eklampsia, sindrom HELPP, gangguan ginjal, gangguan hati, oligohidramnion, infeksi, gagal jantung, gangguan neorologis dan kardiomiopati peripartum.

Apakah Komplikasi Yang Terjadi Pada Janin atau Bayi Baru Lahir Akibat Preeklampsia?

Komplikasi preeklampsia yang dapat terjadi pada janin atau bayi baru lahir yaitu gawat janin, pertumbuhan janin terhambat, prematuritas, berat badan lahir bayi < 2500 gram (BBLR) dan asfiksia (gangguan pernapasan).

Bagi ibu hamil yang pernah didiagnosis mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya tentu akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan sekaligus mendebarkan selama proses kehamilannya. Kehamilan yang seharusnya berlangsung secara alami harus disertai dengan komplikasi kehamilan sehingga membutuhkan perawatan kesehatan lebih lanjut dan ketat. Tentu kondisi tersebut juga akan menimbulkan kecemasan pada kehamilan selanjutnya karena dari beberapa bukti penelitian menunjukkan riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya berisiko lebih tinggi menyebabkan preeklampsia pada kehamilan selanjutnya.

Apakah Faktor Risiko Preeklampsia?

Secara umum faktor risiko tertinggi yang paling sering ditemui pada kasus preeklampsia yaitu:

  1. Usia < 20 tahun atau > 35 tahun
  2. Obesitas level 2 (IMT 30)
  3. Primigravida
  4. Riwayat Preeklampsia
  5. Riwayat Hipertensi

Oleh sebab itu penting bagi tenaga kesehatan maupun ibu hamil untuk mendapatkan edukasi mengenai faktor risiko terjadinya preeklampsia sebagai bentuk aktivitas deteksi dini preeklampsia untuk menentukan upaya pencegahan dan mendapatkan penatalaksanaan secara dini dan tepat waktu. Tidak ada salahnya ibu hamil pertama kali ataupun kedua dan seterusnya baik yang memiliki riwayat preeklampsia atau tidak, memahami faktor risiko dari preeklampsia agar terhindar dari kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

Jadi….. berhati-hatilah jika mendapatkan faktor risiko atau menemui tanda dan gejala preeklampsia dalam kehamilan. Jangan panik! Bagi tenaga kesehatan, lakukan pertolongan sesuai SOP yang berlaku. Bagi ibu hamil, segera hubungi bidan atau dokter spesialis obstetri ginekologi terdekat untuk mendapatkan penanganan awal dan perawatan lebih lanjut agar ibu dan bayi sehat melewati tahap proses kehamilan sampai dengan masa nifas dan neonatal.

Informasi lebih lanjut silahkan membaca referensi di bawah ini:

Firmanto, Neissya Nastiti., Maulydia., Mulawardhana, Pungky., Fitriati, Mariza. (2022). Severe Preeclamptic Patients In The Resuscitation Room Of Dr. Soetomo General Academic Hospital Surabaya: A Retrospective Study. Indonesian Journal Of Anesthesiology and Reanimation, 4(2), 62-71.   

https://doi.org/10.20473/ijar.V4I22022.62-71

Sumber Gambar: Sehatq.com


AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.