"Menulis adalah kebebasan dari berbagai intervensi, kebebasan mengungkap makna dari berbagai referensi “
Agungnya para sastrawan itu, para pengabar, para pengukir kata demi kata yang ingin meninggalkan makna, yang akan terkenang bahkan sampai nanti, kelak jika jasadnya musnah dibalik tanah, beruntunglah mereka yang pernah menulis dan menembus pemikiran banyak manusia jika tulisannya mengarahkan untuk kebaikan dan penyadaran, dan akan menjadi kecelakaan bagi mereka yang menulis yang tujuannya untuk memutarbalikkan kebenaran.
Dipojok ruangan yang sunyi, aku temukan berbagai gagasan yang menggiurkan melilit – lilit di benakku. Terkadang gagasan itu tentang kegamanganku sendiri, berbagai harap yang diungkap tentang cita dan cinta, tentang kemelut bangsa yang begitu menarik untuk dilewatkan, tentang hujan gerimis atau badai yang ku maknai sendiri. Benarlah, kehidupan begitu apik untuk diracik menjadi sajian berbagai hikmah yang dapat dipetik oleh siapapun yang suka berfikir.
Untuk apa aku menulis? Biar dikenal ? agar dapat royalty? Untuk gebrakan sosial? Atau hanya hobi? Jawabannya ada di yang terakhir, hanya hobi, namun dari hobi ini aku temukan makna hidup. Orang bilang dia akan merasa benar – benar ‘hidup’ apabila sedang sibuk dengan hobinya. I think so, kita akan menemukan diri kita ketika tengah melakukan sesuatu yang kita gemari. Bagiku, disamping menulis adalah hobi, ia terkadang ku artikan sebagai bentuk tanggung jawab, ketika lidahku begitu kelu untuk berkata- kata, ketika nyaliku tak cukup mampu berhadap muka. Tanggung jawab untuk apa? Untuk diriku sendiri, untuk menumpahkan gelisah. Berharap mereka yang membaca mengerti apa maksud diri.
Menulislah, jika memang itu akan bermanfaat, ilmu bisa diungkap dengan banyak cara, ada mereka yang pintar memasak lalu menuangkan resep serta tips agar masakan bisa enak, ada businessman yang mengungkap strategi suskesnya menaklukkan pasar, ada politikus yang menceritakan dengan gamblang dinamika perpolitikan yang dialaminya, dan ada juga petani yang membagikan rahasia tanamannya bisa tumbuh subur. Apa maksudnya? Maksudnya adalah, siapapun kamu bisa menjadi penulis, dalam berbagai contoh tadi, kusebut itu adalah panggilan jiwa, mereka yang tak ingin fakir dengan ilmunya, mencoba berbagi lewat tulisan.
Menulislah, maka kita akan pelan – pelan mengembangkan kebiasaan literasi ditengah masyarakat, yang barangkali mulai kering akan gagasan, yang hanya diisi oleh riuhnya konten kesenangan praktis dari aplikasi – aplikasi kekinian. Eksistensi yang minim esensi, menebarkan budaya konsumtif, globalis sedang berpesta akan degradasi peradaban gagasan yang dialami hari ini. Benarkan?
Selamat menulis..
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.