by INBIO
Jatuh cinta fitrah setiap manusia yang pasti pernah dialami dan kedatangannya tidak bisa kita kendalikan sesuai keinginan kita. Kata orang, cinta datang dari mata turun ke hati. Saat jatuh cinta, semua hal akan terasa indah dan menyenangkan. Logika manusia akan terkalahkan ketika ia sedang jatuh cinta. Tak dapat dipungkiri bahwa jatuh cinta akan membawa perubahan bagi diri manusia. Saat jatuh cinta, kita akan merasa berbunga-bunga saat mendengar namanya, perasaan yang membuncah, resah jika tidak mendapatkan kabar darinya, jantung selalu berdebar ketika bertemu sang pujaan hati. Secara tidak langsung, ketika jatuh cinta tubuh dan otak juga akan memberikan reaksi yang khas. Jadi, sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita ketika jatuh cinta? Bagaimana otak bereaksi ketika kita jatuh cinta?
Cinta adalah reaksi kimia. Ketika kita bertemu dengan orang yang kita sukai, secara alami tubuh kita akan memberikan reaksi berlebih seperti jantung akan berdegup lebih kencang, pipi merah, merasa gugup, dan tidak jarang kita akan merasakan salah tingkah. Hal tersebut terjadi karena adanya permainan dari reaksi kimia dalam otak. Saat jatuh cinta, tingkat oksitosin (hormon yang berkaitan dengan perasaan cinta, emosi yang baik, dan kasih sayang) dan vasopressin (hormon yang berpengaruh terhadap perilaku) cenderung lebih tinggi. Kedua hormon tersebut akan diproduksi oleh otak bagian hipotalamus ketika sedang jatuh cinta, sehingga keduanya akan menimbulkan perasaan ketertarikan yang lebih kuat.
Secara ilmiah, menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Helen Fisher yang dikutip dari laman liputan6.com diketahui bahwa cinta dibagi menjadi tiga kategori, yaitu nafsu, ketertarikan, dan keterikatan. Setiap kategori memiliki kumpulan hormonnya masing-masing. Dari ketiga kategori cinta tersebut, lantas hormon mana yang akan berperan saat jatuh cinta? Ketika cinta yang kita rasakan berupa ketertarikan, tubuh dan otak akan melepaskan hormon norepinefrin dan serotonin. Ketika cinta yang kita rasakan berupa nafsu, bagian otak akan melepaskan hormon testosterone dan estrogen. Sedangkan, ketika seseorang merasakan keterikatan maka hormon yang akan dilepaskan berupa hormon oksitosin dan vasopressin.
Neurokimia seperti dopamin dan oksitosin akan memenuhi otak ketika seseorang merasakan jatuh cinta, efeknya akan timbul perasaan senang. Hal ini juga akan menghasilkan respon fisik dan psikis yang lebih dari tubuh. Berikut hal yang akan terjadi pada otak ketika jatuh cinta yang dilansir dari Harvard Medical School, seperti otak akan menjadi aktif di daerah yang kaya akan dopamin sehingga akan timbul perasaan yang lebih bahagia, hormon kortisol meningkat, saat kadar hormon kortisol meningkat kadar neurotransmitter serotonin menjadi habis, ketika tingkat serotonin yang rendah dapat memicu rendahnya tingkat stress. Selain itu, ketika jatuh cinta otak akan melepaskan dopamin tingkat tinggi, menonaktifkan jalur saraf yang bertanggung jawab atas emosi negatif, yang membuat penilaian kritis terhadap orang lain mati, dan memandang positif orang lain termasuk pada seseorang yang kita sukai.
Ketika jatuh cinta selain mempengaruhi kinerja otak juga dapat membawa perubahan pada tubuh seseorang, seperti menurunkan tekanan darah atau hipertensi, menurunkan tingkat stress, merasa lebih aman dengan orang yang dicintai, serta membuat hidup lebih bahagia. Banyak manfaat yang dapat kita rasakan ketika jatuh cinta, akan tetapi kita juga harus dapat mengontrol perasaan yang sedang kita rasakan agar tidak menjadi boomerang bagi diri sendiri yang berujung rasa patah hati. Jatuh cinta akan indah ketika dapat membawa dampak positif bagi diri. Rasa cinta yang kita rasakan tidak selamanya harus kita curahkan pada manusia, tetapi juga dapat kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesama makhluk hidup, bahkan rasa cinta pada setiap apa yang terjadi dan kita lakukan setiap harinya.
AUTHOR
© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.