by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Farida Dewi Nur`aini                 
905 0 2
Sains dan Teknologi January 24 5 Min Read

Lubang Ozon di Atas Antartika Diprediksi Akan Membaik pada 2066




Dampak dari pemanasan global telah banyak kita rasakan di antaranya adalah suhu bumi yang semakin ke sini semakin panas. Selain itu rusaknya lapisan ozon di atas Antartika juga termasuk salah satu dampak dari pemanasan global.

Menurut laporan dari PBB, dalam asesmen ilmiah yang dilakukan selama 4 tahun sekali ditemukan adanya sebuah proses pemulihan pada lapisan ozon di atas Antartika.  Hal ini terjadi setelah 35 tahun negara-negara di dunia bersepakat untuk mengurangi produksi zat kimia yang dapat merusak lapisan ozon tersebut. Pemulihan lubang ozon ini berjalan lambat tapi nyata dengan membutuhkan waktu selama 43 tahun.

Perlu kita waspadai bahwa rusaknya lapisan ozon ini sangat membahayakan bagi kita karena tidak ada pelindung kita dari radiasi sinar matahari. Yang mana radiasi sinar matahari tersebut dapat menyebabkan kanker kulit, katarak, kerusakan tanaman dan masih banyak lagi.

Dikutip dari laman Time news, Paul Newman yang merupakan ketua asesmen menyebutkan bahwa terjadi perbaikan pada stratosfer atas dan lubang ozon. “ Di statosfer atas dan di lubang ozon kita dapat melihat segalanya menjadi lebih baik” tuturnya.

Berdasarkan presentasi laporan pada acara pertemuan American Meteorological Society pada Senin (9/1/2023) di Denver menyebutkan bahwa progress perbaikannya berjalan lambat. Jumlah rata-rata global ozon  setinggi 30 km di atmosfer tidak akan kembali pada kondisi seperti saat sebelum terjadinya penipisan tahun 1980 sampai dengan 2040. Lapisan ozon di kutub utara juga tidak akan kembali seperti normal paling tidak sampai dengan tahun 2045. Lubang ozon raksasa di Antartika juga tidak akan sepenuhnya pulih sebelum tahun 2066.

Salah satu upaya yang dilakukan ilmuwan dan pendukung lingkungan dalam mengatasi terbentuknya lubang ozon adalah dengan mematuhi perjanjian Protokol Montreal yang dicetuskan pada tahun 1987. Perjanjian berisi larangan penggunaan bahan kimia yang sering digunakan dalam lemari pendingin dan aerosol.

Menurut prof. Petteri Taalas, sekretaris jenderal World Meteorological Organization, tindakan seperti melarang penggunaan bahan kimia yang dapat merusak ozon, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan mengurangi emisi rumah kaca dapat membatasi terjadinya peningkatan suhu.

Newman sebagai ketua peneliti Bumi di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddart  NASA menyebutkan bahwa dua bahan kimia utama yang merusak lapisan ozon kini jumlahnya rendah di atmosfer. Jumlah klorin turun 11,5% sejak terjadi kenaikan yang puncaknya terjadi pada tahun 1993. Bromine yang lebih kuat dalam merusak lapisan ozon berjumlah 14,5% lebih rendah dibanding jumlahnya yang memuncak pada tahun 1999. Newman menyebutkan bahwa efektivitas Protokol Montreal dibuktikan dengan penurunan jumlah klorin dan bromin pada atmosfer.

Lubang ozon di Antartika juga dipengaruhi oleh pola cuaca, yang mana puncaknya terjadi pada musim gugur. Beberapa tahun terakhir lubang ozon membesar diakibatkan oleh pola cuaca tersebut. Tetapi secara keseluruhan trend menunjukkan adanya perbaikan.

Newman menyebutkan beberapa tahun lalu emisi salah satu bahan kimia terlarang yaitu chlorofluorocarbon-11 (CFC-11), berhenti menyusut dan meningkat. Terlihat beberapa emisi yang merugikan di China, tetapi sekarang sudah turun dn kembali ke keadaan yang diharapkan.

Dalam laporan ini juga disebukan bahwa dalam upaya untuk mendinginkan planet secara artifisial dengan menempatkan aerosol pada atmosfer agar memantulkan sinar matahari dapat menipiskan lapisan ozon di Antartika sebanyak 20%.

 

Sumber : TIME News

Sumber Gambar : Google Images


AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.