by INBIO

"Connecting The Dots of Sciences"

Trending

Della Blatama, S.Pd.M.Sc                 
379 0 0
Sains dan Teknologi December 27 7 Min Read

Integrasi Kesehatan dan Literasi di Era Digital dibahas secara mendalam melalui Virtual Health and Writing Bootcamp 5.0




Bidang kesehatan dan literasi adalah dua bidang yang mengalami perubahan signifikan di era digital ini. Untuk itu, webinar "Virtual Health and Writing Bootcamp 5.0 Series 1 yang diadakan pada hari Jumat, 22 desember 2023 cukup menyita banyak perhatian para pemerhati bidang Kesehatan dan literasi. Kegiatan ini didukung oleh beberapa organisasi dan Lembaga, diantaranya yaitu AWMI, Vascular Indonesia, VOICE, Predigti, AHT Cure, dan School of Life Institute ini. Keunggulan dari webinar ini adalah merangkum esensi transformasi yang mampu menyatukan dunia Kesehatan dan penulisan. Dengan menggabungkan kedua bidang ini peserta dapat mengetahui bagaimana informasi Kesehatan dapat disampaikan secara efektif melalui berbagai platform digital. Tidak hanya kemudahan dalam mengakses informasi, literasi Kesehatan digital juga diharapkan mampu memudahkan kita dalam memahami, mengolah dan menggunakan informasi tersebut secara bertanggungjawab. 

Webinar ini menghadirkan lima narasumber yang kompeten di bidangnya. Narasumber pertama yaitu, Prof DR. Tria Astika Endah Permatasari, SKM, MKM yang memberikan materi berjudul: Writing Books 5.0: Rahasia Sukses Menulis Buku di Era Digital. Dalam kesempatan ini, beliau menjelaskan secara rinci mengenai teknik menulis buku referensi, mulai dari tahap prewriting, drafting, revising, editing, hingga publishing. Melalui penulisan buku, kita dapat berkomunikasi, berbagi pengetahuan, dan menyebarkan informasi kepada masyarakat luas.  

Beralih dari penulisan buku, pemaparan selanjutnya berkenaan dengan penelitian nanomedicine yang disampaikan oleh dr. Dito Anurogo, M.Sc., Ph.D (Cand.). Beliau membawakan topik mengenai The art of Nanoimmunobiotechnomedicine 5.0 dengan focus studi penyakit HIV AIDS. Menurut pemaparan beliau, penyakit HIV merupakan salah satu penyakit yang menjadi program prioritas dari WHO saat ini. Hal ini dikarenakan sekitar 37.7 milyar orang telah terinveksi penyakit HIV pada tahun 2022. Dalam webinar ini beliau menyampaikan secara rinci penjelasan penyakit  HIV, stadium klinis HIV 1 hingga HIV 4, serta beberapa opsi penanganan dan penyembuhan HIV diantaranya melalui terapi stemcell sumsum tulang, CRISPR, pengobatan nanoparticle, dll. 

Selanjutnya, topik yang tidak kalah menarik adalah tentang transformasi literasi Kesehatan digital yang dibawakan oleh dr. Agus Ujianto, M.Si., Med., Sp.B. Sebagaimana kita tahu, di era perkembangan teknologi yang pesat saat ini, konsep literasi kesehatan digital banyak digunakan untuk mencari, menemukan, memahami, dan menilai informasi kesehatan dari sumber elektronik dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat. Hal ini semakin diakui sebagai kompetensi prasyarat bagi pasien dan profesional Kesehatan. Beliau menyampaikan kepada kita mengenai literasi kesehatan digital meliputi individual maupun kelompok. Hal yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana kita bisa menggunakan informasi untuk menginformasikan tindakan mengenai kesehatan sehingga kita dapat membuat kebijakan untuk diri sendiri, komunitas maupun suatu ekosistem. harapannya, dengan adanya kemampuan literasi digital ini, mampu untuk menggunakan informasi dari sumber elektronik untuk memecahkan suatu masalah kesehatan.

Narasumber keempat yaitu Letda Kes Dokter Muhammad Sobri Maulana, menyampaikan tentang Pembuatan Laporan Kasus Berdasarkan Bukti atau Evidence-Based Case Report. Evidence-Based Medicine (EBM) merupakan pendekatan kedokteran yang mengutamakan bukti ilmiah terbaik dalam pengambilan keputusan klinis, berbeda dengan metode lain yang mungkin lebih mengandalkan pendapat pribadi, pengalaman klinis, atau kekuatan dan pengaruh tanpa bukti ilmiah yang kuat. EBM dianggap sebagai metode yang paling rasional dan objektif dalam praktik kedokteran, karena keputusan klinis didasarkan pada bukti ilmiah yang telah diuji secara ketat. Kepentingan EBM dalam praktik klinis sangat signifikan karena memberikan dasar yang kuat untuk keputusan klinis yang lebih tepat dan meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Dengan EBM, praktik klinis yang tidak efektif atau berbahaya dapat dikurangi. Dalam menyusun Evidence-Based Case Report (EBCR), ada tiga langkah utama: menentukan pertanyaan klinis (PICO), mencari literatur yang relevan, dan menerapkan bukti yang ditemukan untuk menjawab pertanyaan klinis. Contoh praktik yang berbasis pada opini, seperti episiotomi rutin atau sunat rutin pada bayi laki-laki, telah dikritik karena kurangnya dukungan dari bukti ilmiah. EBCR, yang bertujuan untuk memastikan praktik berbasis bukti, harus mengikuti format standar yang meliputi metode ringkas, batasan kata, referensi yang digunakan, dan ilustrasi atau tabel untuk menjelaskan isi. Deskripsi kasus dalam EBCR harus mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat medis, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Metode pencarian untuk EBCR harus sistematis dan komprehensif, mencakup strategi pencarian, database yang digunakan, serta kriteria inklusi dan eksklusi artikel. Penilaian kualitas dan kekuatan bukti ilmiah berfokus pada desain penelitian, representasi populasi, validitas pengukuran, dan menggunakan sistem peringkat seperti Oxford untuk menentukan tingkat kekuatan bukti.

Selanjutnya, narasumber kelima yaitu Dr. dr. Niko Azhari Hidayat, Sp.BTKV, SubspVE(K) menyampaikan paparan tentang “The Art of Telemedicine 5.0. topik ini berbicara tentang telehealth yang saat ini sedang berkembang pesat di Indonesia. penggunaan telehealth yaitu telemedicine pada awalnya mengalami penolakan karena tanpa adanya empat pemeriksaan dasar dari dunia kedokteran. telemedicine ini digunakan sebagai preventif, promotif, dan rehabilitatif. selain itu, telemedicine juga sebagai teleeducation yang diperuntukan untuk calon dokter di indonesia. dalam telemedicine, background sangat mempengaruhi bagaimana telemedicine ini bekerja dan berkarakter. peengembangan telemedicine diantaranya telesurgery, telecardiology, telerehabilitasi, teledermatologi, teleheaalthtourism, televaskular, dan teleradiologi. walaupun begitu, penggunaan telemedicine memiliki manfaat dan tantangan sehingga ke depannya dengan adanya teknologi ini apakah manusia yang akan mendominasi atau teknologi yang mendominasi dalam bidang kesehatan maupun kedokteran.  

Adanya Virtual bootcamp ini, diharapkan menginspirasi para penulis dan profesional kesehatan untuk mampu berkomunikasi dan beradaptasi dengan efektif dalam era digital. Setelah mengikuti webinar, peserta juga mendapatkan e-sertifikat senilai 100 jam pembelajaran setelah menyelesaikan tugas dari pemateri. 


Editor:     Rezekinta Syahputra Sembiring                 

AUTHOR

Bagikan ini ke sosial media anda

(0) Komentar

Berikan Komentarmu

Tentang Generasi Peneliti

GenerasiPeneliti.id merupakan media online yang betujuan menyebarkan berita baik seputar akademik, acara akademik, informasi sains terkini, dan opini para akademisi. Platform media online dikelola secara sukarela (volunteers) oleh para dewan editor dan kontributor (penulis) dari berbagai kalangan akademisi junior hingga senior. Generasipeneliti.id dinaungi oleh Lembaga non-profit Bioinformatics Research Center (BRC-INBIO) http://brc.inbio-indonesia.org dan berkomitmen untuk menjadikan platform media online untuk semua peneliti di Indonesia.


Our Social Media

Hubungi Kami


WhatsApp: +62 895-3874-55100
Email: layanan.generasipeneliti@gmail.com

Kami menerima Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dunia akademik atau perguruan tinggi.











Flag Counter

© Generasi Peneliti. All Rights Reserved.